18 August 2010

WHAT'S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-6: Eden dan Dosa-5: Kebingungan Ordo

WHAT’S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-6:
Eden dan Dosa-5: Kebingungan Ordo


oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Kejadian 3:6b



Setelah melihat bahwa buah pohon pengetahuan baik dan jahat, apa yang Hawa lakukan kemudian? Alkitab mencatat, “Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” (Kej. 3:6b) Alkitab memberi tahu kita bahwa Hawa lalu mengambil buah tersebut dan memakannya. Apakah cukup hanya mengambil dan memakan buah tersebut? TIDAK. Alkitab mencatat kembali bahwa Hawa akhirnya memberikan buah tersebut ke suaminya dan suaminya itu memakannya. Pertanyaan lebih lanjut, mengapa si Adam mau menerima buah yang diberikan oleh Hawa dan yang lebih parah lagi ikut memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat tersebut? Bukankah Adam sudah mendapatkan perintah dan larangan dari Allah sendiri untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat (Kej. 2:17)? Allah sudah memberi perintah kepada Adam, supaya Adam nantinya memberi tahu Hawa, namun semuanya menjadi kacau dan Adam akhirnya mendengarkan perkataan Hawa. Di sini, kita melihat bahwa dosa mengakibatkan adanya kebingungan ordo/urutan. Allah telah menetapkan urutan:
Allah

Pria

Wanita

Makhluk lain (hewan dan tumbuhan)

Alam dan Iblis


Meskipun pria dan wanita diciptakan setara oleh Allah, namun Allah menetapkan ordo bahwa pria di atas wanita. Mengapa? Apakah ini tidak adil? TIDAK. Di dalam seluruh Alkitab, kita mencatat konsistensi pengajaran ini. Di dalam Perjanjian Lama, kita menjumpai bahwa Allah memilih banyak hakim dan raja bagi Israel selalu pria, dalam beberapa kasus, Ia mengizinkan munculnya Debora sebagai nabiah sekaligus hakim di Israel (Hak. 4:4) justru untuk mempermalukan pria yang waktu itu (Barak) seorang pengecut. Di dalam Perjanjian Baru, hal ini menjadi lebih jelas. Di dalam Efesus 5:23, Tuhan melalui Rasul Paulus mengajar kita, “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.” Kata “suami” dan “istri” di dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan pria (man) dan wanita (woman), sehingga dapat diterjemahkan bahwa pria adalah kepala wanita sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Oleh karena itu, sebagai implikasinya, Paulus mengajar dua poin: “Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Ef. 5:24) dan “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Ef. 5:25) Berarti, istri/wanita harus tunduk kepada suami/pria seperti jemaat tunduk kepada Kristus, namun sebaliknya, si pria/suami harus mengasihi wanita/istrinya seperti Kristus mengasihi jemaatnya. Mana yang lebih dahulu? Tentu pria harus terlebih dahulu mengasihi wanita, karena Kristus terlebih dahulu mengasihi jemaat-Nya, sehingga jemaat-Nya dapat tunduk kepada Kristus.

Setelah pria di atas wanita, maka ordo selanjutnya adalah pria dan wanita berada di atas makhluk ciptaan lain, yaitu hewan dan tumbuhan. Mengapa demikian? Karena Allah menciptakan hewan dan tumbuhan bagi manusia, sehingga manusia diberikan kebebasan oleh Allah untuk membunuh hewan untuk dimakan dagingnya dan memotong tumbuhan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Orang Kristen bukanlah orang yang vegetarian alias herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan), tetapi omnivora, karena segala sesuatu halal di hadapan Allah. Saya pribadi heran dengan para vegetarian. Saya memperhatikan fakta di Pasar Atum, Surabaya, ada yang menjual makanan vegetarian, tetapi di situ juga tersedia makanan yang notabene ada dagingnya, ternyata ketika diselidiki itu bukan daging sungguhan, tetapi daging tipuan (kalau dimakan seperti daging, tetapi itu sebenarnya hanya dibuat dari tepung). Seorang vegetarian adalah seorang yang tidak konsisten dengan dirinya sendiri. Kalau mereka mau konsisten, mengapa mereka membuat makanan daging tiruan? Itu sama sekali tidak berguna. Meskipun kita diizinkan membunuh binatang, mengutip Pdt. Dr. Stephen Tong yang mengutip perkataan seorang penginjil, kita tetap tidak boleh menyiksa binatang, seperti menggunting kaki nyamuk, dll.

Kemudian, manusia berada di atas iblis, karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya, sedangkan iblis hanya berbentuk roh. Sekadar intermeso, Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) 2010: Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan memaparkan perbedaan manusia, binatang, dengan roh/malaikat (termasuk setan): manusia memiliki cinta dan seks; binatang memiliki seks, namun tidak memiliki cinta; sedangkan roh/malaikat memiliki cinta, namun tidak memiliki seks. Konsep manusia di atas iblis menjadi jelas tatkala ordo ini berlaku bagi orang Kristen, manusia Kristen sejati jelas berada jauh di atas iblis, bukan karena kehebatan manusia, namun karena Kristus telah mengalahkan setan dan kuasanya melalui karya penebusan-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati (1Kor. 15:55-57; 1Ptr. 5:8-9).


Ordo yang begitu jelas ini akhirnya dirusak oleh dosa, sehingga di Taman Eden yang terjadi:
Alam/iblis/makhluk lain (hewan/tumbuhan)

Wanita

Pria

Allah

Wanita bukan mendengarkan perkataan Allah, namun mendengarkan perkataan iblis. Begitu juga halnya dengan si pria yang malahan mendengarkan perkataan si wanita. Dan akhirnya Allah berada di posisi paling bawah yang tidak didengarkan perintah dan larangan-Nya. Mengapa semua ini bisa terjadi? Karena mereka hidup terlepas dari Allah. Mereka lebih menaati apa yang iblis katakan melalui “kebenaran” yang ditawarkannya, sehingga makin hidup mereka terlepas dari Allah, hidup mereka akan makin kacau dan tidak menentu. Orang sekuler, modern, apalagi yang baru-baru ini beredar paham Atheisme baru (New Atheism) selalu menganggap bahwa agama itu hanya candu dan merupakan sesuatu yang jahat yang harus dibasmi, namun mereka tidak pernah menyadari bahwa ketika Allah dihilangkan dari hidup mereka, hidup mereka bukan tambah baik, tetapi tambah rusak dan kacau. Tidak usah jauh-jauh, gara-gara ngotot menganut feminisme radikal, dunia kita makin lama makin kacau, negara kita yang dahulu pernah diperintah oleh seorang presiden wanita, apakah tambah beres? TIDAK! Benarlah apa yang dikatakan oleh penulis kitab Amsal, “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.” (Ams. 16:4) Makin seseorang (jika bukan umat pilihan-Nya) hidup terlepas dari Allah, percayalah, pelan namun pasti, Tuhan akan menunjukkan kedaulatan-Nya dengan membiarkan orang tersebut binasa selama-lamanya.


Apa akibat dari kebingungan ordo ini?
Pertama, suara Allah diacuhkan. Kalau kita membaca kembali Kejadian 3:6, tidak ada indikasi sedikitpun baik Adam maupun Hawa menyadari peringatan Allah, sehingga mereka akhirnya tidak jadi memakan buah tersebut. Mereka semuanya telah hanyut oleh tipuan iblis. Tidak cukup di situ, keturunan langsung dari Adam dan Hawa pun meniru orangtuanya. Ketika Kain marah karena korban persembahannya tidak diindahkan Tuhan, sedangkan korban persembahan Habel diindahkan Tuhan, Tuhan masih mengingatkan Kain akan dosanya (Kej. 4:6-7). Namun, apa reaksi Kain? Pada ayat 8, Alkitab mencatat, Kain tetap bersikeras membunuh Habel dengan mengajaknya ke padang. Di sini, kita belajar bahwa ketika ordo sudah mulai kacau, di titik pertama, suara Allah diacuhkan.

Hal serupa juga terjadi di zaman yang kita hidupi saat ini. Ordo yang sudah kacau mengakibatkan di titik pertama, suara Allah dan kebenaran-Nya sudah mau diacuhkan. Kita sudah mulai jarang mendengarkan berita Kebenaran firman yang murni yang menegur dosa, mengkritik filsafat zaman, dll, mengapa demikian? Karena di zaman ini, suara Allah diacuhkan dan dianggap tidak up-to-date. Bagi orang zaman sekarang dan mungkin sekali tidak sedikit orang “Kristen” di dalamnya, Alkitab dianggap kuno, sedangkan sains dianggap up-to-date. Ini bukan hanya teori, saya sendiri sudah membaca sebuah pernyataan dari seorang teman saya yang non-Kristen (X) di Facebook yang mengatakan bahwa Alkitab itu kuno, nanti kalau saya masih mempercayai Alkitab, maka akan ditertawakan oleh anak dan cucu saya kelak. Dia juga berkata bahwa teori penciptaan (Allah menciptakan dunia) itu teori yang tidak masuk akal. Yang lebih lucu lagi, dia juga berkata bahwa agamanya mempercayai seperti teori Big Bang. Katanya, Einstein itu seorang ilmuwan yang menganut agamanya. Selain itu, dia juga bertanya kepada saya bahwa dari mana saya tahu bahwa Tuhan menciptakan dunia, Tuhan itu disebut Tuhan, dll? Saya menjawab pertanyaannya dengan beberapa penjelasan singkat (saya berpikir bahwa penjelasan yang terlalu mendetail tidak diperlukan, karena ia belum Kristen). Perlu diketahui, teman saya ini adalah seorang yang menganut agama Timur. Dia tidak percaya akan adanya Tuhan, apalagi Tuhan yang berpribadi. Bagi dia (agamanya), “Pencipta”nya (agama ini TIDAK mengakui adanya Tuhan, namun herannya, ketika memberi selamat ulang tahun kepada temannya di Facebook, si penganut agama ini mengucapkan, “GBU”—God Bless You—sebuah kontradiksi “iman” yang benar-benar lucu) adalah sebuah hukum alam. Seorang yang mempercayai hukum alam adalah seorang yang mempercayai akan adanya kebetulan, karena hukum alam itu tidak berpribadi! Sekarang mari berpikir logis. Jika teman saya (X) percaya bahwa “pencipta”nya adalah sebuah hukum alam, tolong tanya, bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa dia bisa lahir di Surabaya pada akhir abad 20? Yang lebih lucu lagi, ketika saya bertanya kepada dia, dia menjawab, “Itu hukum karma.” Jaka Sembung naik ojek, gak nyambung jek, hahaha… Kedua, jika agamanya mempercayai seperti teori Big Bang, itu lebih tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah ledakan besar mengakibatkan munculnya sebuah dunia yang teratur seperti sekarang ini? Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M. di dalam sebuah seminar di UK Petra, Surabaya pernah memberikan ilustrasi: anggaplah kita sekarang berada di sebuah gedung, mendadak terjadi ledakan bom di depan gedung di mana kita berada, mungkinkah hasil dari ledakan bom tersebut membentuk sebuah mainan anak-anak yang lucu dan indah? TIDAK MUNGKIN, bahkan konyol! Hal yang sama konyolnya terjadi pada orang yang mati-matian mempercayai teori Big Bang sebagai “kebenaran”. Jadi, sebenarnya yang lebih tidak masuk akal: Alkitab atau agamanya yang mempercayai hukum alam dan Big Bang tersebut? Silahkan pikir dan renungkan sendiri!

Kedua, suara iblis didengarkan. Seorang yang di titik pertama telah mengacuhkan suara Allah, maka otomatis ia dengan mudahnya mendengarkan perkataan iblis. Adam dan Hawa telah membuktikannya. Begitu juga halnya dengan Kain yang akhirnya lebih mendengarkan suara iblis untuk membunuh si Habel. Makin seseorang mendengarkan suara iblis, orang tersebut hidupnya makin kacau, bahkan dapat dikatakan, makin bodoh. Saya teringat akan perkataan Pdt. Solomon Yo, M.Div. di dalam khotbah mimbar tanggal 15 Agustus 2010. Beliau mengatakan bahwa orang berdosa adalah orang yang tidak logis. Yup, saya sangat setuju dengan pernyataan beliau. Orang berdosa itu seolah-olah nampak logis, namun ketika ditelusuri ternyata tidak logis. Itulah wajah orang berdosa yang lebih mendengarkan suara iblis. Makin mendengarkan suara iblis, manusia makin bodoh, meskipun terlihat seolah-olah pandai. Mengapa? Karena yang didengarkannya adalah suara dari bapa/sumber pendusta! Tidak heran, Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengeluarkan pernyataan yang sangat berani dan menohok bahwa semua agama, filsafat, dan ilmu yang melawan Alkitab PASTI berkontradiksi dengan dirinya sendiri (self-defeating). Saya sudah membuktikan pernyataan beliau.

Ketiga, wanita memerintah pria dan pria tidak berdaya. Kebingungan ordo mengakibatkan wanita yang memerintah pria dan si pria sendiri tidak berdaya karena diperintah wanita. Adam dan Hawa adalah contoh pertama yang telah membuktikannya. Adam yang seharusnya menegur Hawa agar taat kepada Allah, eh, ternyata malahan menerima tawaran “manis” dari si Hawa dan ikut-ikutan makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Bahkan Alkitab mencatat bahwa bapa orang beriman, Abram pun yang sudah mengenal Allah pernah suatu kali lebih menaati istrinya, Sarai untuk menghampiri budaknya, Hagar. Perhatikan lebih jelas apa yang Alkitab catat, “Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.” (Kej. 16:2) Sarai tentu mengetahui bahwa Tuhan telah berjanji akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2), namun Sarai menyadari bahwa sampai usia tua, ia mandul. Demi “merealisasikan” kehendak Tuhan, maka Sarai memberikan alternatif kepada Abram, yaitu menyuruh Abram untuk tidur dengan Hagar, pembantunya, supaya mendapatkan anak. Dan lucunya, Abram waktu itu menyetujui usul istrinya. Dari sini, kita belajar bahwa istri yang tidak takut akan Allah biasanya (tidak selalu) adalah seorang istri yang mendesak suaminya untuk lebih menaati perkataan si istri ketimbang perkataan Tuhan. Dan karena cinta (atau lebih tepatnya karena cinta yang disisipi oleh dosa di dalamnya), si suami lebih menuruti perkataan si istri yang dinilai masuk akal ketimbang perkataan Tuhan. Di situlah letak rusaknya sebuah keluarga Kristen, dikarenakan seorang istri yang tidak takut akan Tuhan.


Kebingungan ordo mengakibatkan hidup manusia makin lama makin kacau, sehingga tidak ada jalan lain, kecuali pertobatan yang sungguh-sungguh. Sudah saatnya orang Kristen meninggalkan semua filsafat dunia dan tradisi nenek moyang yang melawan Alkitab, lalu bertobat dan menerima Kristus serta melakukan apa yang dikehendaki-Nya sesuai dengan Alkitab. Biarlah renungan singkat ini menyadarkan kita akan pentingnya ordo yang dibangun di atas dasar pengenalan akan Allah dan firman-Nya yang TIDAK mungkin bersalah dalam teks aslinya, yaitu Alkitab! Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: