24 July 2010

WHAT'S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-2: Eden dan Dosa-1: Penyimpangan Kebenaran

WHAT’S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-2:
Eden dan Dosa-1: Penyimpangan Kebenaran


oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Kejadian 2:8-3:24 (3:1-5)



Setelah menyelidiki 5 fakta tentang Taman Eden, maka kita masuk ke dalam pembahasan permulaan dosa dari 7 dosa di dalam Taman Eden, yaitu dosa memutarbalikkan kebenaran. Mengapa saya mengatakan bahwa ini merupakan permulaan/awal dosa? Karena dosa dimulai bukan karena tindakannya melawan Allah, namun karena sikap hati yang tidak mau taat kepada kebenaran yang ditandai dengan memutarbalikkan kebenaran. Mari kita menyelidiki satu per satu secara singkat.


Setelah Alkitab mencatat bahwa kedua manusia itu (Adam dan Hawa) telanjang dan tidak menjadi malu, maka di Kejadian 3:1, Alkitab mencatat bahwa iblis datang berupa ular. Mengapa dalam bentuk ular? Alkitab mencatat bahwa ular adalah binatang darat yang paling cerdik. IVP Bible Background: Old Testament memberikan keterangan tambahan bahwa di dalam literatur seni Timur Dekat, ular merupakan sebuah karakter yang signifikan, yaitu racunnya yang berbahaya bagi kehidupan dan matanya yang menunjukkan gambaran yang sukar dimengerti. Dari sini, IVP Bible Background: Old Testament menyimpulkan bahwa gambaran ular merupakan gambaran gabungan antara kematian dan hikmat. Gambaran kematian dan hikmat mengingatkan kita agar kita semakin waspada dengan sosok ular, karena meskipun seolah-olah memberikan hikmat, ular sebenarnya mematikan. Kematian dan hikmat ini akan kita coba selidiki di seluruh Kejadian 3 ini.


Setelah segala sesuatu tampak “aman”, maka iblis datang merayu wanita dengan berkata, “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kej. 3:1) Dari ayat ini, kita mendapatkan penjelasan dua tipu muslihat iblis, yaitu:
Pertama, mengubah sedikit kebenaran. Dengan jelas, iblis merayu wanita itu dengan pertama-tama mengubah sedikit kebenaran, yang lebih celaka, mengubah sedikit kebenaran Allah. Di Kejadian 2:16, Allah berfirman, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,” Namun iblis mengubah sedikit kebenaran Allah dengan mengatakan bahwa semua pohon dalam taman ini tidak boleh dimakan buahnya. Perhatikanlah pemutarbalikan yang iblis kerjakan. Dari Kejadian 2:16 dan Kejadian 3:1, hanya beda satu kata, yaitu: BOLEH (Kej. 2:16) Vs JANGAN (Kej. 3:1). Inilah trik iblis paling dasar. Ia tidak langsung memelintir seluruh kebenaran, namun pertama-tama ia mengubah sedikit kebenaran. Jika iblis langsung memelintir seluruh kebenaran, maka kedoknya akan terbongkar, maka ia perlu memulai trik halus untuk menipu manusia. Meskipun hanya beda satu kata, perbedaan itu tentu sangat signifikan. Nah, dalam tingkat dasar ini, manusia memang cukup teliti membedakannya. Hal ini terlihat dari jawaban wanita itu di ayat 2 yang menolak pernyataan si ular. Dari sejak permulaan di Taman Eden sampai sekarang, iblis tetap menggunakan tipu daya halus seperti ini untuk mencobai manusia. Ia pertama-tama tentu TIDAK langsung memelintir seluruh kebenaran, ia akan mencoba mengubah sedikit kebenaran. Misalnya, pada hari-hari ini, iblis memakai trik sangat halus untuk menipu orang Kristen untuk meragukan Alkitab. Ambil contoh, di dalam 2 Timotius 3:16, Tuhan melalui Rasul Paulus mengajar kita, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Namun iblis dengan tipu muslihatnya mengganti kata “segala” ini dengan kata “beberapa”. Perbedaan kata ini bukanlah perbedaan sepele, namun perbedaan yang sangat signifikan, membedakan dengan jelas manakah iman Kristen sejati vs iman “Kristen” palsu. Mengapa iblis menggantinya dengan kata “beberapa” di 2 Timotius 3:16? Tentu maksudnya ingin menjatuhkan iman Kristen, sehingga Kekristenan makin lama makin hancur. Tetapi kalau untuk masalah begini, banyak orang Kristen dan pemimpin gereja Injili yang waras langsung sadar akan tipu muslihat ini. Namun tentu saja, ada beberapa orang “Kristen” KTP (biasanya “Kristen” keturunan—keturunan dari orangtua) yang meng“amin”kan konsep konyol ini.

Kedua, meragukan kebenaran. Setelah mengubah sedikit kebenaran, iblis sekarang masuk ke dalam tipu muslihat kedua, yaitu meragukan kebenaran, khususnya kebenaran Allah. Hal ini ditandai dengan suatu kalimat tanya di dalam Kejadian 3:1 (Alkitab Indonesia menambahkan satu kata, “bukan?”). Mengapa setelah mengubah sedikit kebenaran, iblis tidak langsung saja memutarbalikkan seluruh kebenaran? Karena jika itu dia lakukan, maka kedok iblis cepat diketahui oleh si wanita itu. Oleh karena itu, tahap kedua dari tipu muslihat iblis adalah meragukan kebenaran. Pertanyaan selanjutnya, mengapa iblis bertanya kepada wanita itu tentang perintah Allah? Apakah iblis tidak tahu? Tentu saja iblis tahu. Motivasi dasar si iblis bertanya kepada wanita itu bukan sungguh-sungguh bertanya, tetapi ingin meragukan kebenaran yang Allah sampaikan. Hal inilah yang kurang peka dimengerti oleh wanita itu, sehingga si wanita itu menjawab iblis seolah-olah iblis membutuhkan jawaban. Mengapa iblis perlu bertanya kepada si wanita itu untuk meragukan kebenaran Allah? Jelas tujuannya agar manusia tidak lagi berpegang pada kebenaran Allah, kemudian meragukannya, dan akhirnya berpegang pada “kebenaran” iblis (nanti akan dibahas pada bagian 3 tema ini). Dari sejak di Taman Eden sampai sekarang, iblis tetap sama tingkahnya, yaitu meragukan kebenaran Allah. Di zaman ini, kita sudah tidak asing lagi dengan pernyataan banyak orang bahwa semua agama itu sama, semua gereja itu sama saja, dll. Relativisme konsep ini sebenarnya bukan produk zaman ini, namun sudah ada sejak di Taman Eden. Yang aneh adalah sambil meneriakkan bahwa segala sesuatu itu relatif, teriakan itu sendiri bersifat non-relatif. Mau bukti? Coba katakan kepada para penganut relativisme (baik secara teori maupun praktik) bahwa relativisme itu salah. Apa jawab mereka? Apakah mereka konsisten dengan “iman” mereka, lalu juga menerima kita yang berbeda pandangan dengan mereka? TIDAK. Yang terjadi adalah justru kita yang menantang para relativis itu akan dibenci oleh para relativis. Inilah konsep konyol: Irrelativism of Relativism (Irelativisme dari Relativisme). Makin seseorang meneriakkan ide bahwa segala sesuatu itu relatif, ia makin meneriakkannya dengan semangat non relatif.


Lalu, bagaimana jawaban wanita yang dirayu iblis itu? Di Kejadian 3:2-3, wanita itu menjawab, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Dari dua ayat ini, kita belajar tiga poin tentang jawaban si wanita ini:
Pertama, ia menjawab pertanyaan iblis. Setelah iblis melancarkan rayuannya, maka di ayat 2, si wanita menjawab perkataan si iblis. Ketika iblis mencoba merayu si wanita ini, dengan “murah hati”, si wanita ini menjawab pernyataan iblis. Ini berarti si wanita mencoba berdialog dengan iblis. Inilah letak kelemahan si wanita itu tanpa sadar. Mengajak berdialog/berdiskusi dengan iblis khususnya berkenaan dengan kebenaran Allah merupakan tindakan konyol, karena iblis yang adalah penentang Allah tak mungkin bisa mengerti dan berada di dalam kebenaran Allah. Ketika iblis mencobai kita di zaman sekarang, tugas kita bukan meladeni pencobaan iblis itu, tetapi mengusirnya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Perhatikan apa yang Kristus lakukan ketika iblis mencobainya. Di dalam Matius 4, ketika iblis mencobai-Nya untuk mengubah batu menjadi roti, maka Ia langsung menjawab iblis dengan firman Allah. Pencobaan kedua, ketika iblis juga memakai ayat Alkitab untuk mencobai Yesus, Kristus langsung menghardiknya dengan mengatakan bahwa jangan mencobai Tuhan Allah. Dan ketika pencobaan terakhir dilancarkan si iblis, dengan kuasa Roh Kudus, Kristus menghardik si iblis, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat. 4:10) Di dalam pelayanan-Nya, ketika ada orang kerasukan setan, maka Kristus mengusir setan itu tanpa terlalu banyak berbasa-basi dengan iblis. Hal ini juga diteladani oleh para rasul Kristus di dalam pelayanan mereka yang tidak sedikitpun memberi ruang untuk terlalu banyak bercakap-cakap dengan iblis.

Kedua, ia mencoba mengoreksi kesalahan iblis. Kesalahan iblis, perlukah dikoreksi? TIDAK. Mengoreksi kesalahan iblis itu merupakan tindakan konyol dan sia-sia saja, mengapa? Karena iblis adalah penentang Allah yang sudah diusir Allah yang tak mungkin bisa bertobat! Adalah suatu kekonyolan jika ada orang (apalagi mengaku “pemimpin gereja”) “Kristen” yang mengajar bahwa Allah mengasihi semuanya, termasuk iblis. Iblis TIDAK pernah dikasihi Allah, karena ia adalah penentang-Nya dan bapa segala pendusta. Maka kita pun jangan sok suci dan hebat mengoreksi kesalahan iblis, namun usirlah iblis itu dalam nama Tuhan Yesus.

Ketiga, ia menambahi dan mengurangi sendiri kebenaran Allah. Sambil menjawab iblis dan mengoreksi kesalahannya, si wanita mencoba menjelaskan ulang apa yang Allah katakan, namun sayangnya si wanita ini menambahi sedikit. Perhatikan apa yang dikatakan si wanita ini, “tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Allah memang melarang manusia makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, namun Ia TIDAK pernah melarang manusia untuk merabanya. Perhatikanlah apa yang Allah firmankan sendiri, “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej. 2:17) Bandingkan Kejadian 2:17 vs Kejadian 3:3! Dengan mudahnya, si wanita ini menambahi kata “raba”, padahal Allah TIDAK mengatakan bahwa manusia tidak boleh meraba buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Mengapa si wanita ini nekat menambahi apa yang Allah katakan? Beberapa kemungkinan yang muncul: Pertama, ia mendengar dari laki-laki (Adam) yang mengatakan secara salah kepadanya. Kedua, ia secara tidak sadar sedang dipengaruhi oleh iblis yang mengubah sedikit kebenaran dan meragukannya (bdk. Kej. 3:1). Ketiga, ia sedang stres ketika dicobai iblis. Atau kemungkinan keempat, ia memang lebay. Kemungkinan keempat bukan kemungkinan asli, tetapi hanya lelucon saja, hehehe. Di zaman sekarang, Kekristenan berkembang dengan berbagai variasi, bahkan yang ngawur, yaitu dengan menambahi apa yang firman Tuhan katakan. Mengusir setan pun TIDAK cukup hanya dengan menggunakan nama Tuhan Yesus, namun harus ditambah “ritual” lainnya, yaitu menggunakan minyak urapan, air suci, dll. Mereka mengklaim bahwa minyak urapan, air suci, dll hanya sarana/media saja, namun tanyalah kepada mereka, jika mengusir setan hanya dengan menggunakan nama Tuhan Yesus dan TIDAK menggunakan media-media tersebut, apakah diperbolehkan? Jika mereka menjawab: TIDAK BOLEH, jelaslah bahwa media yang dipakai mereka bukan sekadar media, namun berhala. Peringatan bagi kita, ketika kita dicobai iblis, hardiklah iblis dengan kebenaran firman Tuhan yang murni, jangan ditambah-tambahi! Tidak cukup menambahi firman Allah, ia juga mengurangi apa yang Allah katakan. Di Kejadian 2:17, Allah berfirman bahwa ketika manusia makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, maka manusia itu PASTI mati. Kata PASTI di dalam struktur bahasa Ibrani juga menggunakan bentuk absolut, namun anehnya, ketika si wanita mengatakan ulang firman Allah, ia menghilangkan kata PASTI tersebut. Budaya diskon yang ngawur ini terbawa sampai di zaman sekarang. Manusia gemar mendiskon kebenaran supaya lebih banyak diterima oleh orang lain yang berbeda keyakinan. Dengan dalih toleransi, beberapa pemimpin gereja yang lebih taat kepada manusia mencoba mendiskon kebenaran firman Tuhan supaya “Kekristenan” lebih banyak diterima oleh orang-orang non-Kristen. Ya memang, kelakuan anak tidak jauh berbeda dari bapaknya sich…


Setelah si wanita ini menjawab pertanyaan iblis, lalu, apa jawaban iblis? Di ayat 4-5, iblis mulai menunjukkan wajah aslinya, “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Iblis tidak mau kalah dengan si wanita itu. Iblis melancarkan serangan jitunya, yaitu:
Pertama, menyangkal kebenaran Allah dan menggantinya. Setelah meragukan kebenaran Allah, iblis masuk ke tahap ketiga yaitu menyangkal kebenaran Allah. Hal ditandai dengan pernyataan iblis di ayat 4 bahwa sekali-kali si wanita itu tidak akan mati. Berarti, kebenaran Allah bukan hanya diragukan, tetapi sudah diganti total. Mengganti total kebenaran Allah adalah kegemaran iblis dari sejak di Taman Eden sampai sekarang. Di zaman sekarang, iblis bekerja dengan cara-cara yang cerdas, namun licik. Setelah meragukan otoritas kebenaran Alkitab, ia mencoba melemahkan Kekristenan dengan mengganti total otoritas kebenaran tersebut dengan cara pandang manusia, yaitu kehebatan diri. Iblis akan berkata bahwa Alkitab itu buku buatan manusia yang bisa salah, maka perlu diragukan dan diganti dengan kehebatan diri yang tak mungkin bersalah, sehingga sudah menjadi satu paket bahwa orang yang meragukan otoritas Alkitab pasti menggunakan otoritas diri untuk mengkritik kesalahan Alkitab. Sambil mengkritik kesalahan Alkitab, ia makin membanggakan diri “kepandaiannya” lebih daripada Allah. Makin ia membanggakan diri lebih hebat dari Allah, sebenarnya ia makin bodoh di mata Allah. Mari kita buktikan. Para pengkritik Alkitab dengan teori-teori kritiknya plus teori Yesus Sejarah (terakhir: The Third Quest of Historical Jesus) mengkritik Alkitab bahwa Alkitab itu buku buatan manusia. Namun pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh teman gereja saya adalah mengapa para pengkritik Alkitab itu lebih mempercayai buku-buku manusia yang mengkritik Alkitab yang jelas-jelas berisi kata “mungkin” atau “barangkali”, dll ketimbang Alkitab sendiri yang TIDAK mengandung kata-kata tersebut? Dengan kata lain, mengapa mereka lebih mempercayai ketidakpastian buku-buku manusia ketimbang kepastian buku Allah, tetapi mengatakan dengan pasti bahwa Alkitab itu tidak pasti dan buku-buku yang mengkritik Alkitab itu sebagai suatu kepastian? Bukankah ini suatu kekonyolan dan kekontradiksian?

Kedua, memutarbalikkan seluruh kebenaran Allah. Setelah mengganti otoritas kebenaran, maka iblis memasuki tahap keempat/terakhir yang lebih blak-blakan dalam mencobai si wanita itu, yaitu memutarbalikkan seluruh kebenaran Allah. Di tahap ini, iblis tidak tanggung-tanggung menambahi bahkan memutarbalikkan apa yang Allah firmankan, yang lebih mengerikan, menggunakan otoritas Allah (“Allah mengetahui”). Iblis berkata bahwa Allah mengetahui bahwa ketika manusia memakan buah tersebut, ia bukan saja tidak akan mati, namun matanya akan terbuka, akan menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan jahat. Cara kerja iblis yang memutarbalikkan seluruh kebenaran Allah ditambah menggunakan otoritas Allah untuk meyakinkan sebenarnya juga berlaku di sepanjang zaman. Lihatlah perkataan iblis untuk mencobai Tuhan Yesus pada pencobaan yang kedua, bukankah ia mengutip apa yang Allah katakan di dalam Perjanjian Lama (tentu dengan penafsiran yang semaunya sendiri) supaya lebih meyakinkan Tuhan Yesus untuk menaati perkataan iblis? Bagaimana dengan kelakuan iblis di zaman sekarang? SAMA! Iblis memutarbalikkan seluruh kebenaran Allah dengan menggunakan otoritas Allah supaya lebih meyakinkan. Bukankah hari-hari ini kita mendengar banyak pemimpin gereja kontemporer dengan berani mengatakan, “Tuhan berkata kepadaku, …”? Tetapi sambil berkata demikian, ia mengatakan hal-hal yang tidak ada di Alkitab bahkan bertentangan dengan Alkitab (misalnya ajaran bahwa Allah itu bukan Tritunggal, tetapi 9 tunggal). Namun anehnya, si “pendeta” yang mengajar doktrin yang katanya langsung berasal dari “Allah” ini beberapa saat kemudian mengubah pandangannya. Mungkinkah wahyu Allah dapat diubah dengan seenaknya sendiri? Hal ini mirip dengan konsep dalam salah satu agama yang mengajar bahwa di dalam “kitab suci”nya, “Allah” bisa mengubah “wahyu-Nya”.


Dari ayat 1, kita bisa menyimpulkan kelicikan iblis secara bertahap: mengubah sedikit kebenaran, meragukan kebenaran, menyangkal kebenaran dan menggantinya, dan terakhir memutarbalikkan kebenaran ditambah menggunakan otoritas Allah untuk meyakinkan manusia bahwa apa yang dikatakan si iblis berasal dari Allah.


Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai para pengikut Kristus? Tidak ada jalan lain, hanya satu: BERWASPADALAH! Ingatlah akan nasihat Rasul Petrus ini: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Ptr. 5:8) Mengapa kita harus berjaga-jaga? Rasul Paulus memberikan alasannya, “Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran.” (2Kor. 11:13-15a) Setelah kita berwaspada, ingatkan sesama saudara seiman kita juga akan kebenaran Alkitab yang sesungguhnya dan bahaya penyesatan terselubung di dalam Kekristenan, supaya kita bisa sama-sama belajar kebenaran dan mencegah penyesatan itu agar tidak lebih menjamur.


Biarlah kita makin lama makin lapar dan haus akan kebenaran Allah melalui firman-Nya, Alkitab, sehingga kita makin bertumbuh dewasa di dalam iman, karakter, kerohanian, pikiran, perkataan, sikap, dll dan tentunya tidak mudah ditipu oleh berbagai macam arus pengajaran yang menyesatkan. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: