21 December 2009

Roma 16:19-20: KESATUAN DAN KEBENARAN DI DALAM TUBUH KRISTUS: Solusinya

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-16


KESATUAN DAN KEBENARAN DI DALAM TUBUH KRISTUS: Solusinya

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:19-20



Dikontraskan dengan dua ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa ada sekumpulan jemaat yang berniat memecah belah jemaat Roma, maka di ayat 19, Paulus memuji jemaat Roma yang setia/taat sekaligus tetap memberikan nasihat-nasihat, “Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat.” Dibandingkan dengan beberapa jemaat yang berusaha memecah belah, maka jemaat Roma dipuji Paulus adalah jemaat yang setia dan kesetiaannya telah didengar banyak orang. Kata “kesetiaan” dalam bahasa Yunaninya hupakoē bisa berarti ketaatan atau ketundukan atau kepatuhan. Kata “terdengar” dalam bahasa Yunaninya aphikneomai bisa berarti tersebar luas atau tiba (to arrive at). Berarti, ketaatan jemaat Roma tersebar luas ke semua orang (bdk. Rm. 1:8). Sebagai reaksinya, Paulus bersukacita karena ketaatan jemaat Roma tersebut. Lalu, apa maksud Paulus mengungkapkan hal ini? Di ayat 19b, ia mengatakan, “Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat.” Apa maksud ayat ini? Adam Clarke di dalam tafsirannya Adam Clarke’s Commentary on the Bible menafsirkan bahwa pernyataan Paulus yang bersukacita akan ketaatan jemaat Roma dimaksudkan agar jemaat Roma terus mendengar ajaran yang benar dan menjauhi para pengajar yang salah. Berarti Paulus ingin agar jemaat Roma memiliki discerning power (kekuatan membedakan). Mendengar ajaran yang benar dan menjauhi para pengajar yang salah ditandai dengan dua sikap yang Paulus kemukakan di ayat 19b ini:
Pertama, bijaksana terhadap apa yang baik. Kata “baik” dalam bahasa Yunaninya agathos bisa berarti baik atau berguna. Teks Yunani lain ada yang menerjemahkannya men berarti benar-benar (truly). Dengan kata lain, Paulus di titik pertama hendak mengajar jemaat Roma untuk bijaksana terhadap apa yang sungguh-sungguh/berguna/baik. Berarti, bijaksana di titik awal harus dikaitkan dengan suatu kebaikan atau kesungguhan. Bijaksana tanpa dikaitkan dengan kebaikan/kesungguhan bisa berakibat fatal. Berapa banyak dari kita yang menganggap diri bijaksana, namun sayangnya konsep bijaksana mayoritas tidak dibangun di atas dasar kebaikan/kesungguhan, sehingga bijaksana kita menjadi bijak-sini. Selain itu, bijaksana bukan hanya dibangun di atas dasar kebaikan/kesungguhan, tetapi juga melakukan yang baik. Sebagai perbandingan, di Roma 12:9b, Paulus juga mengajar, “lakukanlah yang baik” (King James Version: “cleave to that which is good.”) Kata Yunani untuk “baik” di ayat 9b ini juga agathos. Struktur kata kerja Yunani di dalam ayat ini adalah pasif, berarti bukan kita yang aktif, tetapi kita pasif, mengapa? Karena Roh Kudus yang aktif pertama kali membuat kita berpaut pada dan melakukan kebaikan. Karena Roh Kudus yang aktif dan memulai karya ini, maka Ia pulalah yang menuntun kita di dalam proses bijaksana melakukan yang baik demi kemuliaan-Nya. Melakukan sesuatu yang baik memang diperlukan suatu kebijaksanaan, karena jika tidak, bisa berbahaya. Banyak orang berbuat baik, namun sayangnya tidak bijaksana. Misalnya, menolong orang yang kekurangan dengan menghambur-hamburkan uang, tanpa mendidik orang yang berkekurangan itu untuk bekerja. Akibatnya, pengemis bukan tambah sedikit, tetapi tambah banyak. Biarlah Roh Kudus terus memurnikan dan menuntun kita agar kita makin bijaksana melakukan yang baik demi kemuliaan-Nya.
Kedua, bersih terhadap apa yang jahat. Kata “bersih” di sini memiliki beragam terjemahan. KJV menerjemahkannya simple (=jujur, tidak bercampur, murni). Terjemahan Indonesia dari teks Yunani yang diterjemahkan oleh Pdt. Hasan Sutanto, D.Th. di dalam Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia adalah tidak bernoda. New International Version (NIV) dan New American Standard Bible (NASB) menerjemahkannya innocent (=tidak berdosa/tidak bersalah). Berarti, selain bijaksana terhadap apa yang baik, Paulus menuntut jemaat Roma untuk memiliki kerohanian yang bebas dari sesuatu yang jahat. NIV Spirit of the Reformation Study Bible menafsirkannya bahwa jemaat Roma membutuhkan kebijaksanaan dan hati rohani tanpa campuran dari sesuatu yang jahat. Dengan kata lain, selain bijaksana terhadap apa yang baik, kita pun dituntut untuk memiliki kemurnian hati yang tidak dikontaminasi oleh sesuatu yang jahat. Bagaimana caranya agar tidak tercampur dengan hal-hal yang jahat? Kembali, di dalam Roma 12:9b, Paulus mengajar kita, “Jauhilah yang jahat” KJV menerjemahkannya, “Abhor that which is evil” Ya, bukan hanya sekadar menjauhi kejahatan, tetapi sangat bencilah kejahatan itu. Seorang yang telah membangun bijaksananya di atas dasar kebaikan dan melakukan kebaikan itu dengan sendirinya (dengan bantuan Roh Kudus, tentunya) mengakibatkan orang itu di titik pertama memiliki motivasi hati yang murni, cara yang murni, dan tentunya tujuan yang murni, bukan untuk diri, namun untuk Tuhan. Dia tidak akan mau apa yang dilakukannya dari motivasi, cara, dan tujuan bercampur dengan hal-hal kejahatan, karena itu mendukakan hati-Nya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menguji hati kita ketika melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukannya dengan motivasi, cara, dan tujuan yang beres di hadapan-Nya?


Lalu, Paulus bukan hanya memberi pujian dan nasihat, ia juga memberi kekuatan kepada jemaat Roma untuk menjalankan nasihat Paulus itu. Sebagai kekuatan dan penghiburan, di ayat 20, ia menyatakan, “Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!” Kekuatan dan penghiburan dari Paulus kepada jemaat Roma untuk menjalankan nasihat Paulus untuk memiliki kekuatan pembeda adalah bahwa mereka bisa melakukan hal tersebut karena Allah akan menghancurkan Iblis di bawah kaki umat-Nya. Kata “menghancurkan” di dalam bahasa Yunani suntribō bisa berarti menghancurkan/mematahkan sampai berkeping-keping (to break in pieces). Kata ini di dalam struktur teks Yunani menggunakan bentuk keterangan waktu future (masa depan) dan aktif. Berarti, ketika kita berada di dalam pergumulan melawan kejahatan ketika kita hendak berbijaksana melakukan yang baik, maka percayalah, ada Allah menyertai kita, Ia akan meremukkan iblis sampai berkeping-keping dan meletakkannya di bawah kaki kita, umat-Nya. Dengan kata lain, kemenangan Allah menjadi kemenangan kita asalkan kita tetap berpaut kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengalami kemenangan yang Tuhan anugerahkan kita di dalam kesatuan dan kebenaran di dalam tubuh Kristus? Mari kita mengalami terus-menerus kemenangan Allah itu di dalam hidup kita. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: