06 September 2009

Roma 16:11-12: SALAM KEPADA SAUDARA SEIMAN-5

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-11


Salam Kepada Saudara Seiman-5

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:11-12



Setelah menyampaikan salam kepada 4 budak, maka ia menyampaikan salam terakhirnya kepada beberapa orang. Orang-orang tersebut adalah:
Pertama, Herodion (ay. 11a). Siapa Herodion? Paulus mengatakan bahwa ia adalah teman sebangsanya (KJV: kinsman; NIV: relative; International Standard Version—ISV: fellow Jew). Karena Paulus mengatakan bahwa Herodion adalah teman sebangsanya, maka Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible menafsirkan bahwa Herodion juga adalah orang Yahudi dari suku Benyamin dan sedarah dengan Paulus. Adam Clarke di dalam tafsirannya Adam Clarke’s Commentary on the Bible menafsirkan bahwa mungkin sekali Herodion adalah orang Yahudi yang bertobat. Dr. John Gill juga menunjukkan hal serupa dengan mengaitkan Herodion ini dengan nama salah seorang ke-70 murid Kristus dan kemudian menjadi uskup di Tarsus. Dengan kata lain, Herodion ini sama seperti nama orang-orang yang Paulus sebut di ayat 7.


Kedua, mereka yang ada di rumah Narkisus yang ada di dalam Tuhan. Siapa Narkisus? Dr. John Gill menafsirkan bahwa Narkisus adalah sekretaris Claudius Caesar dan ia sangat kaya. NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan tambahan keterangan bahwa Narkisus dipaksa bunuh diri oleh Agrippina setelah Nero naik takhta. Mengapa Paulus memberi salam kepada orang-orang yang ada di rumah Narkisus? Matthew Henry di dalam tafsirannya Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible menafsirkan bahwa mungkin sekali Narkisus (seperti Aristobulus di ayat 10) pada waktu itu telah meninggal atau tidak ada pada saat Paulus menyapa atau mungkin bukan seorang Kristen. Yang lebih unik adalah tafsiran Matthew Henry tentang alasan mengapa Paulus memberi salam bukan kepada Narkisus, tetapi kepada orang-orang yang ada di dalam rumah Narkisus. Matthew Henry menafsirkan bahwa Paulus mengerti bahwa Tuhan memanggil dan memilih orang-orang yang miskin di mata dunia dan membiarkan orang kaya mati dalam ketidakpercayaan mereka. Meskipun hal ini ada benarnya, namun tidak bisa dijadikan standar mutlak, lalu diekstrimkan bahwa orang kaya pasti masuk neraka. Memang benar, bahwa Allah memanggil dan memilih orang-orang yang miskin, bodoh, tidak terpandang di mata dunia untuk mempermalukan orang-orang yang merasa diri kaya, pandai, bijaksana, dan terpandang, supaya tidak ada seorang manusia yang boleh memegahkan diri karena kehebatan mereka (bdk. 1Kor. 1:26-29). Tetapi tidak berarti tidak ada orang kaya yang tidak Tuhan panggil dan pilih menjadi umat-Nya. Di dalam PL, Allah memanggil Abraham, seorang kaya. Kesemuanya ini mengingatkan kita pada satu prinsip, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Sam. 16:7b) Tuhan tidak melihat seberapa kaya, hebat, pintar, terpandang seseorang, karena itu tidak ada apa-apanya di mata-Nya, namun IA lebih melihat kedalaman hati kita, karena di situlah, IA menguji kita. Bagaimana dengan kita? Maukah kita meneladani Dr. John Calvin yang mengatakan bahwa kita menyerahkan hati kita kepada Tuhan dengan tulus dan murni? Ketika kita menyerahkan hati kita kepada Sang Pemilik Hati kita, maka percayalah, kita akan terus-menerus dimurnikan oleh Roh-Nya melalui firman-Nya, sehingga kita makin lama makin menikmati dan memuliakan Dia selama-lamanya.


Ketiga, para pelayan Tuhan yang membanting tulang demi pekerjaan Tuhan. Orang ketiga yang Paulus beri salam adalah orang-orang yang membanting tulang demi pekerjaan Tuhan. Ayat 12 menjelaskan tiga nama orang tersebut: Trifena, Trifosa, dan Persis. Matthew Henry menafsirkan bahwa ketiga nama ini adalah nama perempuan. Nelson Compact Series (Compact Bible Commentary) menafsirkan bahwa Trifena dan Trifosa secara umum dianggap saudara. Kedua saudara ini, menurut tafsiran Dr. John Gill, adalah perempuan bangsawan Yahudi yang tinggal di Ikonium lalu pindah ke Roma. Setelah mereka bertobat, mereka membanting tulang/giat melayani Tuhan. The People’s New Testament menafsirkan bahwa mungkin sekali kedua saudara ini adalah diakones. Apa saja yang mereka kerjakan? Dr. Gill menjelaskan bahwa mereka melayani orang miskin dan para pelayan Injil dengan pengajaran, teguran, nasihat, dll. Tugas ini bukanlah tugas yang mudah. Meskipun demikian, mereka melayani Tuhan melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut dengan sukacita. Mereka melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh tanpa mau kelihatan menonjol. Inilah jiwa pelayanan. Melayani Tuhan TIDAK boleh diidentikkan dengan naik mimbar/berkhotbah. Melayani Tuhan adalah memiliki jiwa hamba yang terus-menerus mengabdi kepada Tuhan di dalam setiap aspek kehidupan. Jika seorang hamba Tuhan pintar berkhotbah, namun ia tidak memiliki jiwa mengabdi kepada Tuhan sebagai budak-Nya, maka hamba Tuhan itu belum layak disebut melayani Tuhan, karena esensi melayani Tuhan adalah esensi budak, bukan esensi mau menonjolkan diri. Yohanes Pembaptis adalah sosok hamba Tuhan yang memiliki jiwa melayani, karena ia tidak mau menonjolkan diri. Tentang Kristus, ia mengatakan, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh. 3:30) Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus juga mengatakan hal yang serupa, “Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (1Kor. 2:1-5) Yohanes Pembaptis dan Rasul Paulus adalah sosok dua hamba Tuhan yang benar-benar menghambakan diri mereka taat kepada panggilan Tuhan. Mereka rela merendahkan diri mereka supaya nama Allah ditinggikan. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita ingin menonjolkan diri meskipun secara perkataan kita menyangkalinya? Ketika kita melakukan sesuatu yang berguna bagi orang, masihkah kita ingin nama dan perbuatan kita diingat oleh orang lain? Mengapa kita masih berani merebut kemuliaan Allah? Biarlah orang Kristen memiliki hati seorang hamba yang benar-benar mengabdi kepada Allah sebagai Tuhan, Raja, dan Pemerintah di dalam segala aspek kehidupan mereka, bukan hanya secara perkataan saja.

Meskipun di dalam terjemahan LAI, ketiga orang ini dikatakan bekerja keras demi pekerjaan Tuhan, namun beberapa terjemahan menerjemahkan bahwa Persis lebih banyak bekerja keras daripada dua orang lain. King James Version (KJV) menerjemahkan, “Salute Tryphena and Tryphosa, who labour in the Lord. Salute the beloved Persis, which laboured much in the Lord.” Kata much di dalam KJV ini di dalam teks Yunaninya polus berarti banyak. Siapa Persis? Dr. John Gill menafsirkan bahwa Persis adalah istri dari Rufus yang disebutkan di ayat 13. Kalau Trifena dan Trifosa disebutkan membanting tulang demi pekerjaan Tuhan, maka Persis dikatakan lebih banyak bekerja keras demi pekerjaan Tuhan. Ayat 12 ini memberikan pelajaran bagi kita tentang sosok perempuan. Di dalam tradisi Yahudi, perempuan dianggap kelas kedua yang lebih rendah daripada laki-laki. Namun di dalam Kristus, meskipun tetap ada perbedaan natur dan urutan antara pria dan wanita, tidak ada lagi perbedaan antara pria dan wanita di dalam melayani-Nya. Di dalam melayani-Nya, tidak ada perbedaan jenis kelamin. Bahkan uniknya, para wanita lah yang disebutkan di ayat 12 bekerja keras melayani Tuhan. Ini juga menjadi pelajaran bagi para pria dan wanita. Kaum pria biasanya diidentikkan dengan kaum pekerja keras, namun Tuhan menegur para pria melalui Paulus bahwa mereka tidak bisa lebih banyak bekerja keras untuk pekerjaan Tuhan ketimbang wanita. Bagi kaum wanita, bersyukurlah karena Tuhan memakai tiga orang wanita untuk menjadi para pelayan Tuhan yang berapi-api dan bekerja keras demi kerajaan-Nya.


Dari dua ayat ini saja, kita banyak belajar tentang konsep pelayanan. Pelayanan kepada Tuhan adalah pelayanan yang diawali dari hati yang taat kepada Tuhan, rela menghambakan diri terus-menerus kepada Allah sebagai Tuhan dan Raja, dan diakhiri dengan semangat kerja keras yang berapi-api. Kalau orang dunia bisa berapi-api dan bekerja keras demi mengejar hal-hal sementara, mengapa untuk hal-hal yang bersifat kekekalan kita tidak bisa lebih banyak bekerja keras? Biarlah renungan 2 ayat ini menyadarkan kita tentang konsep pelayanan yang beres kepada Allah. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: