21 June 2009

Roma 15:25-29: PELAYANAN SOSIAL YANG MEMULIAKAN ALLAH

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-5


Pelayanan Sosial yang Memuliakan Allah

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 15:25-29



Sebelum ke Spanyol, Paulus mampir dahulu ke Yerusalem. Apa tujuannya? Di ayat 25-26, ia menjelaskan, “Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem.” Dari dua ayat ini, kita belajar bahwa Paulus mampir ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan dari orang-orang Kristen di Makedonia dan Akhaya untuk orang Kristen di Yerusalem. Mengapa orang-orang Kristen di Makedonia dan Akhaya memberi bantuan kepada orang Kristen di Yerusalem? Ada dua alasan. Alasan pertama ada di dua ayat ini dan alasan kedua ada di ayat selanjutnya. Alasan pertama adalah masalah kuantitas. New International Version (NIV) Spirit of The Reformation Study Bible memberikan keterangan bahwa orang Kristen di Yerusalem menderita karena mereka tergolong kaum minoritas, karena kaum mayoritas di sana adalah penganut Yudaisme/Yahudi. Dengan alasan ini, jemaat Tuhan di Makedonia dan Akhaya memutuskan untuk membantu jemaat Tuhan di Yerusalem. Luar biasa, semangat saling menolong sesama jemaat Tuhan ini. Bagaimana dengan kita? Kita sebagai orang Kristen yang hidup di Indonesia masih tergolong enak. Jika kita memperhatikan kondisi orang-orang Kristen di luar negeri, khususnya di negara-negara komunis, seperti RRT dan negara-negara yang agama mayoritasnya non-Kristen, seperti: Pakistan (Islam), India (Hindu), Thailand (Buddha), dll, kita akan mendapati kondisi mereka memprihatinkan. Buletin Kasih Dalam Perbuatan (KDP) yang diterbitkan oleh Voice of the Martyrs menceritakan kondisi malang mereka yang hidup di negara-negara demikian. Mereka disiksa, difitnah, gereja dihancurkan/dihalangi dengan segudang argumentasi yang tidak masuk akal (persis seperti di Indonesia), pendeta dibunuh, dll. Bagaimana reaksi kita? Kita sebagai orang Kristen di Indonesia kebanyakan cuek dengan kondisi mereka. Kita terlalu serakah memperkaya diri dan gereja kita sebagai pertanda “berkat Tuhan.” Sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia dan Akhaya, marilah kita juga membantu sesama umat Tuhan yang hidup di negara-negara yang menyiksa mereka. Kita bisa membantu melalui dukungan dana, tenaga, doa, dll. Sudahkah kita melakukannya?


Alasan kedua mereka membantu jemaat di Yerusalem dipaparkan oleh Rasul Paulus sendiri di ayat 27, “Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka.” Di dalam ayat ini, Paulus mengatakan bahwa keputusan memberikan berkat jasmani kepada orang-orang Kristen di Yerusalem merupakan keputusan jemaat Tuhan di Makedonia dan Akhaya sendiri, tanpa ada unsur paksaan. Mengapa mereka bisa berbuat demikian? Alasan kedua adalah karena bangsa-bangsa lain telah mendapat harta rohani dari orang-orang Yahudi (bdk. Rm. 11:11-12), maka mereka pun harus memberikan harta duniawi kepada orang-orang Yahudi. Apa signifikansinya bagi kita? NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan prinsip umum bagi ayat ini, yaitu ayat ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa kita yang telah mendapat berkat rohani harus membagikan berkat jasmani mereka untuk orang lain. Apakah ada unsur timbal balik di dalamnya? Seolah-olah ya, tetapi sebenarnya tidak. Mengapa? Karena orang Kristen yang beres setelah menerima berkat rohani dari Allah dengan rela hati dan penuh syukur akan membagikan berkat jasmani kepada orang lain dan demi pelebaran Kerajaan-Nya di bumi ini. Dengan kata lain, intinya adalah kerelaan hati dan penuh syukur, bukan karena rasa bersalah atau timbal balik. Seorang yang merasa berutang budi atas kebaikan seseorang, lalu memberi balik sesuatu kepada orang lain, maka pemberian itu belum bisa dikategorikan tulus. Utang budi bukan tulus. Suatu pemberian bisa dikatakan tulus apabila pemberian itu dilakukan terlebih dahulu sebelum orang lain memberi sesuatu kepada kita dan pemberian itu tentunya bukan berdasarkan apa yang kita suka, tetapi apa yang orang lain suka. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberi dengan ketulusan dan penuh rasa syukur kepada Allah?


Setelah menyerahkan hasil usaha dari para jemaat Tuhan di Makedonia dan Akhaya, Paulus mengatakan bahwa ia akan pergi ke Spanyol melalui Roma (ay. 28). Ketika ia pergi ke sana, ia mengatakan, “Dan aku tahu, bahwa jika aku datang mengunjungi kamu, aku akan melakukannya dengan penuh berkat Kristus.” (ay. 29) King James Version (KJV) menerjemahkannya, “And I am sure that, when I come unto you, I shall come in the fulness of the blessing of the gospel of Christ.” (=Dan aku yakin bahwa, ketika aku datang kepadamu, aku akan datang dengan kepenuhan berkat dari Injil Kristus.) New International Version (NIV) menerjemahkannya, “I know that when I come to you, I will come in the full measure of the blessing of Christ.” (=Aku tahu bahwa ketika aku datang kepadamu, aku akan datang dengan kepenuhan berkat Kristus.) Analytical-Literal Translation (ALT) menerjemahkannya, “But I know that coming to you*, I will come in [the] fullness of [the] blessing of the Gospel of Christ.” (=Tetapi aku tahu bahwa waktu aku datang kepadamu, aku akan datang dengan kepenuhan berkat dari Injil Kristus.) Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini:
Pertama, “aku tahu.” Di ayat ini, Paulus mengatakan, “Dan aku tahu.” Albert Barnes di dalam tafsirannya Albert Barnes’ Notes on the Bible menyatakan bahwa pernyataan ini menunjukkan keyakinan Paulus yang kuat akan kesuksesan pelayanannya di mana saja. Berarti ada kepuasan tersendiri ketika Paulus telah selesai menunaikan pelayanannya. Bagaimana dengan kita? Kepada kita, Allah telah mempercayakan pelayanan yang beragam. Bagaimana kita melakukan pelayanan itu? Dengan sukacita atau bersungut-sungut? Setelah itu, apakah kita cukup puas dan bersukacita setelah kita menunaikan tugas pelayanan kita? Di satu sisi, memang, kita tidak boleh cepat puas dengan apa yang kita capai khususnya di dalam pelayanan, tetapi di sisi lain, kita dituntut puas dan bersukacita karena kehendak-Nya sudah kita jalankan dengan bertanggungjawab. Kepuasan dan sukacita kita ini merupakan wujud rasa syukur kita kepada-Nya yang telah memanggil kita melayani-Nya dan menguatkan kita di dalam pelayanan tersebut.

Kedua, “aku melakukannya dengan penuh berkat Kristus.” Setelah puas akan sesuatu yang telah ia capai, biasanya manusia (tidak terkecuali beberapa atau mungkin banyak orang Kristen dan pemimpin gereja) akan merasa sombong. Mereka berpikir bahwa pencapaian mereka itu adalah akibat kerja keras mereka. Apakah ini juga terjadi pada Paulus? TIDAK! Puji Tuhan, Paulus bukan tipe orang yang sombong setelah ia berhasil melayani Tuhan di mana-mana, namun ia adalah rasul Kristus yang rendah hati. Ia tetap mengakui bahwa pencapaiannya terjadi karena ada berkat Kristus. Ada sedikit perbedaan terjemahan tentang pernyataan ini. Seperti yang sudah saya kutip di atas: dua terjemahan (KJV dan ALT) menerjemahkannya sebagai berkat dari Injil Kristus, sedangkan terjemahan NIV memakai kata berkat Kristus. Terjemahan Indonesia dari teks Yunaninya adalah berkat Kristus. (Hasan Sutanto, 2003, hlm. 877) Vincent’s Word Studies memberikan keterangan bahwa kata “Injil” di dalam “berkat Injil Kristus” dihilangkan, sehingga menjadi: berkat Kristus. Adam Clarke di dalam Adam Clarke’s Commentary on the Bible memaparkan bahwa kepenuhan berkat Kristus lebih besar dari kepenuhan berkat Injil Kristus. Oleh karena itu, menurut Clarke, Paulus datang ke Roma bukan hanya dengan berkat Injil, namun juga dengan karunia dan anugerah dari Tuhan Yesus yang telah memanggilnya menjadi rasul-Nya. Di sini, kita melihat tafsiran Clarke cukup bertanggungjawab, karena yang menjadi inti pelayanan Paulus bukan apa yang diberitakannya, tetapi siapa yang diberitakannya, yaitu Kristus sendiri! Injil Kristus tidak akan berarti apa-apa tanpa Kristus yang beraksi. Begitu juga dengan pelayanan Paulus. Pelayanan Paulus tidak akan berarti apa-apa jika tanpa anugerah Kristus yang terus menguatkan dan menopangnya, sehingga meskipun harus menderita, Paulus tetap setia melayani-Nya. Bagaimana dengan kita? Pelayanan yang kita kerjakan sungguhkah berpusat kepada Kristus dan memuliakan-Nya saja? Biarlah kita mengintrospeksi diri kita.


Setelah merenungkan lima ayat di atas, bagaimana respons kita? Ketika kita melayani Tuhan, sungguhkah pelayanan itu berpusat kepada Allah, melayani orang lain, dan memuliakan Allah? Jangan pernah menomersatukan diri dan kehendak diri ketika kita melayani-Nya! Utamakan Allah dan kehendak-Nya terlebih dahulu, baru orang lain. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: