14 June 2009

Roma 15:22-24: PELAYANAN YANG DIPIMPIN ALLAH

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-4


Pelayanan yang Dipimpin Allah

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 15:22-24



Setelah menjelaskan tentang pelayanannya, ia menyampaikan salam perpisahannya mulai ayat 22 ini. Salam perpisahan pada bagian pertama yang akan kita soroti adalah mengenai keinginannya bertemu dengan jemaat di Roma. Apa signifikansi ayat 22 s/d 24 ini? Mari kita analisa.


Di ayat 20-21, Paulus sudah mengatakan bahwa ia diutus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi. Karena panggilan inilah, ia rela tidak mengunjungi jemaat Roma. Hal ini diungkapkannya di ayat 22, “Itulah sebabnya aku selalu terhalang untuk mengunjungi kamu.” Kata “terhalang” di dalam struktur bahasa Yunani menggunakan bentuk pasif. Dengan kata lain, Paulus terhalang (dihalangi) untuk mengunjungi jemaat Roma karena pelayanannya untuk orang-orang non-Yahudi di Ilirikum (ay. 19-21). Kalau kita melihat kembali di pasal-pasal awal surat Roma (Rm. 1:8-10), di situ, Paulus berkeinginan mengunjungi jemaat di Roma karena ia telah mendengar berita tentang iman jemaat Roma. Maka di pasal menjelang terakhir, Paulus kembali mengingat itu dan mengatakan kepada jemaat Roma bahwa ia masing ingin datang ke Roma untuk melihat jemaat di sana. Di sini, Paulus lebih mementingkan pekerjaan Tuhan (memberitakan Injil) ketimbang keinginan pribadinya (mengunjungi jemaat Roma). Meskipun dua-dua itu baik, tetapi ia lebih mementingkan tugas pemberitaan Injil di Ilirikum ketimbang mengunjungi jemaat Roma. Inilah hamba Tuhan yang sejati. Hamba Tuhan sejati bukan lebih mementingkan apa yang mengenakkan di dalam pelayanannya, tetapi hamba Tuhan sejati adalah mereka yang lebih mementingkan panggilan dan tugas dari Allah dan mengesampingkan hal-hal sekunder yang kurang penting. Ketika kita diperhadapkan dengan dua kegiatan yang kelihatan sama-sama baik seperti kasus Paulus ini, apa reaksi kita? Misalnya, kita harus memberitakan Injil kepada seseorang atau kita menolong orang yang kekurangan, mana yang harus kita pilih? Beberapa kaum penganut “theologi” religionum bisa dipastikan akan memilih opsi kedua, yaitu menolong mereka yang kekurangan, karena bagi mereka jasmani lebih penting daripada rohani. Memang aneh kedengarannya, tetapi itu realitasnya. Lalu, bagaimana sikap orang Kristen dan hamba Tuhan sejati? Pekalah terhadap kehendak Tuhan. Jika Ia memimpin kita dengan jelas untuk memberitakan Injil, lakukanlah, tetapi jika Tuhan memimpin kita memilih opsi kedua, lakukannya, prinsipnya: TAAT, bukan mana yang mengenakkan kita. Biarlah ini mengoreksi diri dan pelayanan yang kita lakukan. Sudahkah kita menomersatukan Allah dan kehendak-Nya di dalam kehidupan dan pelayanan kita?


Setelah itu, Paulus kembali peka terhadap pimpinan Tuhan. Jika dahulu, ia dipimpin Tuhan memberitakan Injil kepada orang-orang di Ilirikum, saat ini, ia dipimpin Tuhan untuk meninggalkan Ilirikum dan kembali ke Roma. Perhatikan apa yang dikatakannya di ayat 23, “Tetapi sekarang, karena aku tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini dan karena aku telah beberapa tahun lamanya ingin mengunjungi kamu,” “Tempat kerja” yang dimaksud Paulus adalah di Ilirikum (ay. 19). Ketika Tuhan memimpin Paulus untuk berhenti memberitakan Injil di Ilirikum dan pergi ke Roma, ia taat dan berusaha keras mengunjungi jemaat di Roma (ay. 24). Kita akan melihatnya nanti di ayat 24. Kembali, jika kita melihat rangkaian penginjilan yang Paulus lakukan, tidak sedikitpun waktu yang ia sia-siakan di luar pimpinan Tuhan. Ia sangat peka melihat kehendak Tuhan. Kalau kita melihat kembali kisahnya di Kisah Para Rasul 16:9, kita dapat mengerti bahwa Paulus adalah rasul Kristus yang peka terhadap pimpinan Tuhan. Pada waktu itu, ia mendapat penglihatan seorang Makedonia yang memanggilnya. Dari situ, ia langsung tanggap bahwa itu pimpinan-Nya memberitakan Injil di Makedonia. Lalu, bagaimana tanggapan orang-orang Makedonia? Di ayat 13-15, Paulus memang diterima pertama kalinya oleh Lidia, penjual kain ungu dari kota Tiatira di Filipi tersebut, tetapi setelah itu, Paulus mengalami penderitaan karena memberitakan Injil Kristus (baca mulai ayat 16-40). Ya, pimpinan Tuhan bagi pelayanan kita tidak selalu mengenakkan. Ia memimpin kita terus melayani-Nya sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya. Ia memimpin kita jauh di luar pemikiran kita. Ketika Ia memimpin kita meninggalkan suatu tempat pelayanan, sanggupkah kita taat? Ataukah kita beradu argumentasi dengan-Nya bahwa tempat pelayanan kita dahulu adalah tempat pelayanan di mana kita bisa melayani Tuhan dengan lebih dahsyat? Tuhan tidak menunggu seberapa hebat kita beradu argumentasi dengan-Nya, tetapi Ia menuntut kita TAAT mutlak di dalam setiap pelayanan yang Ia telah percayakan kepada kita. Ia yang memungkinkan kita dapat dan layak melayani-Nya, sudah seharusnya kita sebagai budak-Nya TAAT mutlak kepada Tuhan yang memberikan kelayakan kepada kita untuk melayani-Nya. Relakah kita TAAT?


Pimpinan Tuhan bagi Paulus untuk mengunjungi Roma membuat Paulus bersikeras memakai segala cara untuk bertemu dengan mereka. Ia berjanji untuk mengunjungi Roma. Hal ini dikatakannya di ayat 24, “aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana, setelah aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu.” Jika kita bandingkan terjemahan yang kurang enak dibaca ini dengan terjemahan Inggris, kita mendapatkan pengertian yang lebih jelas. Di ayat ini, maksud Paulus adalah ia hendak pergi ke Spanyol, tetapi sebelum ke Spanyol, ia menyempatkan dirinya untuk mengunjungi jemaat Roma dan bertemu dengan mereka sehingga mereka dapat menemaninya ke Spanyol. Albert Barnes di dalam tafsirannya Albert Barnes’ Notes on the Bible memberikan keterangan mengenai ayat ini. Barnes mengatakan bahwa daerah Spanyol zaman Paulus meliputi gabungan Kerajaan-kerajaan modern dari Spanyol dan Portugal yang kemudian tunduk di bawah kekuasaan Roma. Oleh karena itu, ketika ia hendak ke Spanyol, ia mampir bertemu dengan jemaat di Roma sekaligus untuk menemani Paulus ke Spanyol yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Roma. Paulus tidak bermaksud menjadikan jemaat Roma sebagai teman mengobrol dan mengantarkannya ke Spanyol. Inti ayat ini sebenarnya adalah ia sangat rindu mengunjungi jemaat di Roma dan ingin berbagi berkat dengan mereka, sehingga ia mau jemaat Roma menemaninya ke Spanyol. Itulah yang bisa membuat Paulus senang. Lebih lanjut, Barnes mengatakan bahwa ia ragu apakah Paulus akan menyelesaikan perjalanannya ke Spanyol. Mengapa? Karena setelah penangkapannya pada waktu Paulus dibawa menghadap Nero, ia tinggal di Spanyol hanya 2 tahun. Keinginannya untuk mengunjungi jemaat Roma begitu besar, sehingga ia rela singgah di Roma sebelum melanjutkan perjalanannya lagi. Pimpinan Tuhan mengakibatkan kita berapi-api mengerjakannya, seperti yang Paulus lakukan ini. Tuhan menggerakkan dan memimpin Paulus mengunjungi jemaat Roma, oleh karena itu, ia sangat bersemangat. Bagaimana dengan kita? Ketika Ia memimpin kita, Ia memberikan api kuasa Roh Kudus kepada kita di dalam melayani-Nya. Ketika api itu kita rasakan, kita harus bersemangat melayani-Nya di tempat yang Ia pimpin. Para nabi dan rasul Tuhan di Alkitab sudah mengalami, sekarang giliran kita, alami api kuasa Roh Kudus yang membakar hati dan semangat kita di dalam melayani-Nya.


Setelah kita belajar tentang pelayanan yang berpusatkan pada kehendak Allah, bagaimana reaksi kita? Taat ataukah membandel? Tuhan ingin kita melayani-Nya dengan kesungguhan dan kemurnian hati sebagai respons terhadap anugerah yang telah Ia berikan. Biarlah Roh Kudus terus membakar hati kita di dalam melayani-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: