29 April 2008

Roma 8:1-4: JAMINAN HIDUP YANG TIDAK DIKUASAI DOSA

Seri Eksposisi Surat Roma :
Manusia Lama Vs Manusia Baru-12


Jaminan Hidup yang Tidak Dikuasai Dosa

oleh: Denny Teguh Sutandio


Nats: Roma 8:1-4.

Setelah mempelajari tentang jalan keluar dari masalah dosa tersebut dan fungsi Hukum (Taurat) itu sesungguhnya, maka Paulus mulai melanjutkan pembahasannya tentang adanya jaminan hidup dari suatu hidup yang tidak lagi dikuasai oleh dosa mulai pasal 8.

Di pasal 7 ayat 25, Paulus sudah mengajarkan bahwa satu-satunya jalan dilepaskan dari kuasa dosa adalah Tuhan Yesus yang diutus untuk menjadi jalan pendamaian dosa kita dengan Allah, substitusi (pengganti) kita yang seharusnya mati akibat dosa, dan peredaan murka Allah (propisiasi), lalu di ayat 26, ia melanjutkan bahwa meskipun Kristus telah diutus untuk menebus dosa, kita tetap dituntut untuk tetap mematuhi hukum-hukum Allah sebagai pedoman dan penuntun tingkah laku, perkataan, pikiran, dll dalam hidup kita sehari-hari. Lalu, apa yang menjadi jaminan dari hidup yang tidak lagi dikuasai oleh dosa ini ? Di pasal 8 ayat 1, Allah melalui Paulus menjelaskan, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” King James Version (KJV) menerjemahkannya, “There is therefore now no condemnation to them which are in Christ Jesus, who walk not after the flesh, but after the Spirit.” International Standard Version menerjemahkannya, “Therefore, there is now no condemnation for those who are in union with Christ Jesus.” Jaminan dari hidup yang tidak lagi dikuasai oleh dosa adalah hidup yang bersatu di dalam Kristus Yesus. KJV menambahkan bahwa hidup di dalam Kristus Yesus adalah hidup yang tidak berjalan menurut daging, tetapi menurut Roh. New International Version (NIV) memberikan catatan kaki (footnote) pada akhir ayat ini dengan mengatakan bahwa beberapa manuskrip belakangan menyebutnya, “Jesus, who do not live according to the sinful nature but according to the Spirit.” (=Yesus, yang tidak hidup menurut natur berdosa tetapi menurut Roh.) ISV menerjemahkan hidup di dalam Kristus dengan hidup bersatu dengan Kristus. Ketika kita ingin mengerti hidup bersatu dengan Kristus, kita akan teringat dengan penjelasan Rasul Paulus di dalam Surat Efesus 2:11-22 yang menjelaskan tentang dipersatukan di dalam Kristus, di mana kita (konteks waktu itu adalah orang-orang Yunani/non-Yahudi dan dapat diimplikasikan bagi kita, umat pilihan Allah dari segala bangsa, suku, ras, status sosial, ekonomi) yang dahulu jauh dari Allah, karena bukan termasuk umat Israel (rohani), tetapi sudah dipersatukan di dalam Kristus sebagai warga negara Kerajaan Allah, sehingga kita mendapatkan warisan umat pilihan Allah. Bukan hanya menerima warisan dalam Keluarga Kerajaan Allah, Paulus menyambungnya di ayat terakhir, yaitu ayat 22 di dalam Efesus 2 dengan mengajarkan bahwa di dalam Kristus, kita juga dibangun menjadi tempat kediaman Allah. Ini berarti, kita bukan hanya menerima hak sebagai anak-anak Allah, tetapi kita juga harus menjalankan kewajiban kita sebagai umat pilihan-Nya menjadi tempat kediaman Allah (=tempat berdiamnya Allah). Orang yang sudah hidup bersatu di dalam/dengan Kristus, Alkitab mengatakan, kita tidak lagi dihukum. Tuhan Yesus juga mengajarkan hal serupa di dalam Yohanes 3:18, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” Di sini, Tuhan Yesus lebih jelas mengartikan bahwa orang yang tidak akan dihukum adalah barangsiapa yang mempercayakan dirinya di dalam/kepada Kristus. Kembali ke Surat Roma 8 ayat 1, di dalam ayat ini baik frase “tidak ada penghukuman” maupun “yang ada di dalam Kristus Yesus” sama-sama menggunakan present tense (bentuk sekarang), sehingga arti dari ayat ini adalah ketika kita hidup bersatu di dalam Kristus, pada saat yang sama kita pasti tidak dihukum. Ini adalah jaminan bagi kita yang sangat agung dan mulia. Berbahagialah mereka yang percaya karena anugerah Allah. Bagaimana dengan kita yang termasuk umat pilihan Allah ? Sudahkah kita benar-benar mempercayakan hidup dan hati kita di dalam Kristus dan bersatu di dalam-Nya ? Ketika orang-orang dunia mulai terkatung-katung hidupnya karena hidup mereka tak berpengharapan dan di luar Kristus, serta mereka tinggal menunggu waktu untuk dihukum Allah, umat pilihan Allah tidak seharusnya hidup tak berpengharapan, karena hidup kita sangat berbeda jauh dari hidup orang-orang dunia, di mana hidup kita sudah dijamin oleh Allah di dalam Kristus yang telah menebus dosa-dosa kita sehingga kita tidak lagi dihukum. Bukan hanya bersukacita atas hidup kita yang berpengharapan, kita juga diperintahkan oleh Kristus untuk memberitakan Kabar Baik (Injil) ini kepada semua orang (Matius 28:19) supaya orang-orang yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan pun dapat meresponi Injil setelah dilahirbarukan oleh Roh Kudus.

Mengapa kita bisa memiliki pengharapan yang sangat agung ini ? Puji Tuhan, di ayat 2, Roh Kudus mencerahkan kita melalui Paulus, “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” KJV menerjemahkan dengan tepat, “For the law of the Spirit of life in Christ Jesus hath made me free from the law of sin and death.” NIV menerjemahkannya, “because through Christ Jesus the law of the Spirit of life set me free from the law of sin and death.” ISV menerjemahkannya, “For the law of the Spirit of life in Christ Jesus has set me free from the law of sin and death.” Dari ketiga terjemahan Alkitab bahasa Inggris kita mendapatkan suatu pengertian pengontrasan antara hukum Roh kehidupan dengan hukum dosa dan hukum maut. Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tidak menerjemahkan sejelas ketiga terjemahan Alkitab bahasa Inggris di atas. Kata “hukum” baik yang dipakai di dalam pernyataan “hukum Roh kehidupan” maupun di dalam “hukum dosa dan maut” sama-sama menggunakan kata Yunani nomos yang berarti peraturan (ingat, kata Ekonomi juga berasal dari kata Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos berarti peraturan). Hukum Roh kehidupan menurut Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible bukanlah hukum yang berdasarkan perbuatan. Ini berarti hukum Roh melampaui hukum manusia apalagi dikontraskan dengan hukum dosa dan maut. Hukum Roh yang melampaui hukum manusia inilah yang dimengerti sebagai hukum dari Roh yang memberi hidup (terjemahan LAI). Orang-orang Yahudi di zaman Perjanjian Lama sangat terikat dengan dan dibelenggu oleh Taurat, karena mereka tak mengerti esensi Taurat yaitu kasih Allah. Oleh karena itu, mereka melakukan Taurat tanpa ada penghidupan di dalamnya. Artinya, mereka melakukan Taurat tanpa ada semangat dan motivasi hidup yang bersukacita di hadapan-Nya, tetapi mereka melakukannya supaya tidak dihukum Allah. Hal ini terbukti dari kecaman Tuhan Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi yang menetapkan sejumlah adat istiadat yang mengikat orang-orang Yahudi (Matius 15 dan 23). Oleh karena itu, ketika Kristus datang berinkarnasi menjadi manusia (tanpa meninggalkan natur Ilahi-Nya), Ia mengajar mereka bukan peraturan manusia, tetapi langsung dari Allah dan melalui kuasa Roh Kudus. Kristus datang mengajar mereka dengan kuasa Roh Kudus, sehingga banyak yang bertobat dari kesalahan mereka dahulu, sebaliknya cukup banyak juga yang menolaknya. Ini juga menandakan bahwa hukum Roh Kehidupan yang memberi hidup diberikan bagi umat pilihan-Nya, sedangkan sisanya dibiarkan oleh-Nya untuk binasa sehingga mereka diikat oleh hukum dosa dan maut. Kalau hukum Roh kehidupan memberi hidup, maka sebaliknya hukum dosa dan maut juga memberikan kematian kekal. Orang yang terikat dan menjadi budak dari hukum dosa dan maut tidak akan memiliki hidup sejati, karena mereka sudah dikuasai oleh iblis. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita berada di bawah hukum Roh yang memberi hidup atau hukum dosa dan maut yang pasti membawa kita kepada kematian kekal ? Kembali, orang-orang dunia telah berada di bawah hukum dosa dan maut. Hal ini terbukti dengan kecenderungan mereka menganut suatu keyakinan yang memuaskan keinginan mereka, seperti mengizinkan mereka menjadi poligami, melakukan free-sex, menjadi pragmatis, materialis, humanis, atheis, pluralis dan is-is lainnya. Bukan hanya itu saja, mereka juga mencari para pemimpin yang dapat menyetujui semua filsafat hidup mereka dan menyerang siapapun yang menyerang mereka sebagai orang yang “menghakimi”, padahal secara tidak sadar, mereka pun sedang menghakimi orang yang mengkritik mereka. Memang suatu kontradiksi yang aneh ! Semua ini, jika dapat dikatakan, memenuhi nubuat Paulus di dalam 2 Timotius 4:3-4 yang mengajarkan, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Tetapi sebagai umat pilihan Allah, kita tidak perlu lagi terkatung-katung dan hidup diperbudak oleh si setan dan kroni-kroninya baik berupa manusia atau filsafat atau agama palsu lainnya, kita harus keluar dari belenggu si jahat, dan kembali menghambakan diri di bawah Kebenaran sejati yaitu di dalam Kristus dan Alkitab. Itulah hukum Roh yang memberi kita kehidupan sejati, karena Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan hidup kita sehingga hidup kita lebih bermakna dan berkenan di hadapan Allah.

Lalu, mengapa Roh Kudus memberikan hidup kepada kita, dan bukan oleh manusia atau peraturan agama palsu lainnya ? Di ayat 3-4, Paulus menjelaskan hal ini dengan teliti, “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.” KJV menerjemahkannya, “For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh: That the righteousness of the law might be fulfilled in us, who walk not after the flesh, but after the Spirit.” Manusia atau agama atau filsafat manapun tak mungkin dapat memberikan hidup. Ini dijelaskan Paulus dengan mengatakan bahwa hukum Taurat tak mungkin atau tak dapat memberi hidup kepada kita, mengapa ? Apakah hukum Taurat itu salah, berdosa, dll ? TIDAK. Tetapi karena hukum Taurat itu adalah hukum yang mati dan tidak menghidupkan. Hal ini dijelaskan Paulus dengan alasan di dalam ayat 3, “karena tak berdaya oleh daging,” Lalu, bagaimana solusinya ? Paulus menjelaskan bahwa Taurat dan hukum-hukum agama/manusia/filsafat/kebudayaan tak mampu menghidupkan manusia karena keterbatasan daging mereka, tetapi apa yang tak mungkin bagi manusia, sangat mungkin bagi Allah, sehingga Allah pasti bisa melakukannya yaitu memberi hidup, karena hanya Dia satu-satunya Sumber Hidup sejati. Dengan kata lain, ketika kita ingin memiliki hidup, kembalilah kepada Sumber asli yaitu di dalam Allah, jangan kepada manusia atau agama atau kebudayaan atau filsafat palsu lainnya, karena itu menyesatkan kita dari jalan Kebenaran sejati. Ketika kita kembali kepada Allah, lalu kita bertanya, apa yang Allah sediakan supaya kita memperoleh hidup sejati ? Banyak agama mengajarkan bahwa supaya kita memperoleh “hidup”, kita harus melakukan ini, itu dan semua perintah agamawi misalnya bertarak/menyiksa diri, berpuasa, dll. Tetapi itu semua bukan dikehendaki Allah, karena itu semua mendukakan hati-Nya tetapi menyenangkan manusia. Tidak ada jalan lain, Alkitab menyatakan bahwa Allah sendiri yang menyediakan jalan bagi manusia supaya kita bisa memiliki hidup yaitu dengan jalan mengutus Tuhan Yesus Kristus, Putra Tunggal-Nya untuk menebus dosa-dosa manusia. Paulus menjelaskan di ayat 4 bahwa Kristus diutus dalam daging, yang serupa dengan daging, ini berarti Kristus selain bernatur Ilahi, juga bernatur manusiawi 100%. Ini juga berarti Kristus adalah Allah yang berkuasa yang sanggup memakai materi yang berdosa ini sebagai sarana untuk menebus dosa manusia. Hal ini dipaparkan Paulus, “Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,” Luar biasa pemaparan theologia Paulus ! Ia mampu mengaitkan natur kemanusiaan Tuhan Yesus dengan kuasa Kristus yang juga bernatur Ilahi untuk meremukkan kuasa dosa dalam diri manusia/daging. Ini berarti Kristus sekalipun bernatur manusia, Ia tak berdosa, karena Ia menjadi manusia untuk mengalahkan dosa dan kedagingan serta Ia menjadi teladan bagi kita di dalam mengalahkan dosa. Penulis Kitab Ibrani mengajarkan, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:15) Puji Tuhan, Tuhan Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa bukan hanya bernatur Ilahi, tetapi juga bernatur manusia, Ia rela merendahkan diri dan taat sampai mati demi menebus dosa manusia (Filipi 2:8) sekaligus menjadi teladan bagi kita bagaimana mengalahkan pencobaan dan dosa serta menolong kita di saat kita dicobai.

Bukan hanya menjadi teladan mengalahkan pencobaan dan dosa serta menolong kita di saat kita dicobai, pengorbanan Kristus di kayu salib lebih bertujuan, “supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.” Mengutip perkataan Rev. G. I. Williamson dan beberapa penulis bertheologia Reformed yang dipengaruhi oleh theologia Paulus di Surat Roma ini, ketidaktaatan kita diimputasikan kepada Kristus sehingga Ia menanggung kelemahan dan dosa kita melalui ketaatan-Nya secara sempurna kepada hukum-hukum Allah. Selanjutnya ketaatan Kristus tersebut diimputasikan kepada kita sehingga kita yang tadinya tidak mungkin bisa taat akibat dosa dilayakkan oleh Allah dan dijadikan taat oleh-Nya karena ketaatan Kristus. Inilah yang Paulus maksudkan dengan mengajarkan bahwa dengan kematian-Nya di kayu salib, Ia menggenapi tuntutan hukum Taurat di dalam kita sehingga kita tidak lagi hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Dengan kata lain, pengimputasian ketaatan Kristus di dalam kita mengakibatkan adanya transformasi hidup yang dahulu menurut daging (dikuasai hawa nafsu yang menyesatkan) menjadi hidup menurut Roh (dikuasai oleh Roh). Orang yang mengaku diri Kristen dan sudah lahir baru seharusnya pasti memiliki kerinduan untuk hidup menurut Roh dan tidak lagi hidup menurut kedagingan yang menyesatkan.

Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita hari ini berkomitmen untuk mau bertobat dari kedagingan kita ketika kita menjadi manusia lama dan berubah menjadi manusia baru yang hidup menurut Roh ? Maukah kita dirombak pikiran kita dan dipimpin oleh Roh Kudus agar hidup taat pada pimpinan-Nya dan berbuah bagi kemuliaan nama Allah Trinitas ? Ingatlah, kita yang termasuk umat pilihan Allah sudah menerima jaminan kelepasan dari hidup yang dikuasai daging dan dosa, maukah kita benar-benar berkomitmen untuk hidup baru bagi Kristus ? Soli Deo Gloria. Amin.

No comments: