Bab 32
Menerima Tugas Anda ??
P |
ada bab 32 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhsembilan dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Mulai bab 29 ini, Warren mengajarkan tentang tujuan keempat Allah bagi manusia yaitu untuk melayani Allah. Khusus pada bab ini, ia mengajarkan tentang melayani Allah identik dengan melayani orang lain. Pada beberapa hal, konsep ini benar, tetapi di sisi lain, konsep ini mengandung sedikit kelemahan, khususnya ketika Warren mengutip perkataan dari Bunda Theresa, dll.
Pada awal bab ini, ia mengajarkan,
Anda ditempatkan di bumi untuk memberikan sumbangsih.
Anda tidak diciptakan hanya untuk menghabiskan sumber daya, ... Allah merancang Anda untuk mengadakan sesuatu yang berbeda melalui kehidupan Anda... Anda diciptakan untuk menambah semarak kehidupan di bumi, bukan hanya untuk mengambil darinya. Allah ingin Anda memberikan sesuatu kembali. Inilah tujuan keempat Allah bagi kehidupan Anda, dan ini disebut “pelayanan” (ministry atau service) Anda... (Warren, 2005, p. 247)
Komentar saya :
Kita diciptakan oleh Allah untuk bersekutu dengan-Nya. Itu ide utama dari Alkitab. Persekutuan-Nya itu tidak boleh hanya dimengerti sebagai tindakan membaca Alkitab, berdoa, pergi ke gereja, dll, lalu mengabaikan tindakan-tindakan yang sesuai dengan prinsip Kristen yang harus dikerjakan di luar gereja. Itulah yang disebut mandat budaya (cultural mandate) di dalam theologia Reformed. Dalam hal ini, apa yang Warren katakan memang benar bahwa kita tidak boleh hanya suka menghabiskan sumber daya, tetapi juga harus memeliharanya, selain mengusahakannya (Kejadian 2:15). Oleh karena itu, kita juga diperintahkan Tuhan untuk melayani dan “mewarnai” dunia kita dengan semangat Kristen yang berdasarkan Alkitab. Atau dengan kata lain, kita harus menjadi terang dan garam bagi dunia yang memberikan “rasa” bagi dunia. Melalui apa yang kita kerjakan dengan semaksimal mungkin, marilah kita memuliakan Allah.
Selanjutnya, ia memaparkan tentang rincian pengajaran Alkitab tentang pelayanan,
Anda diciptakan untuk melayani Allah. Alkitab mengatakan, “Allah membentuk kita supaya kita melakukan hla-hal yang baik yang sudah dipersiapkannya untuk kita.” (Efesus 2:10 ; Bahasa Indonesia Sehari-hari). “Hal-hal yang baik” inilah pelayanan Anda. Kapanpun Anda melayani orang lain dengan cara apapun, Anda sebenarnya sedang melayani Allah (Kolose 3:23-24 ; Matius 25:34-35 ; Efesus 6:7 ; AITB) dan memenuhi salah satu tujuan Anda. (Warren, 2005, pp. 2-2)... Anda ditempatkan di planet ini untuk suatu tugas khusus.
Anda diselamatkan untuk melayani Allah. ... Allah menebus Anda supaya Anda bisa melakukan “pekerjaan kudus-Nya.” Anda tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi Anda diselamatkan untuk pelayanan. Dalam Kerajaan Allah, Anda memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai yang luar biasa kepada kehidupan Anda.
Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan Anda... Kita tidak melayani Allah karena rasa bersalah atau ketakutan atau bahkan kewajiban, tetapi karena sukacita dan ucapan syukur yang dalam atas apa yang telah Dia kerjakan bagi kita. Kita berhutang nyawa kepada-Nya. Melalui keselamatan, masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita dijamin...
Rasul Yohanes mengajarkan bahwa pelayanan kita dengan penuh kasih kepada orang lain menunjukkan bahwa kita benar-benar diselamatkan... Hati yang diselamatkan adalah hati yang ingin melayani.
... Jika Anda seorang Kristen, Anda merupakan seorang pelayan (minister), dan Anda melayani (serving atau pun ministering).
... Kita diselamatkan untuk melayani, bukan untuk bermalas-malasan dan menantikan surga.
... Dia meninggalkan kita di sini untuk memenuhi tujuan-tujuan-Nya. Begitu Anda diselamatkan, Allah bermaksud untuk memakai Anda bagi tujuan-tujuan-Nya. Allah memakai sebuah pelayanan bagi Anda di dalam gereja-Nya dan sebuah misi bagi Anda di dunia.
Anda dipanggil untuk melayani Allah...., Alkitab berkata bahwa semua orang Kristen dipanggil untuk melayani (Efesus 4:4-14 ; lihat juga Roma 1:6-7 ; 8:28-30 ; 1 Korintus 1:2, 9, 26 ; 7:17 ; Filipi 3:14 ; 1 Petrus 2:9 ; 2 Petrus 1:3 ; AITB). Panggilan Anda untuk keselamatan meliputi panggilan Anda untuk melayani. Keduanya sama. Tidak peduli apa pekerjaan atau karier Anda, Anda dipanggil untuk pelayanan kristiani purna waktu...
... Setiap kali Anda memakai kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menolong orang lain, Anda sedang memenuhi panggilan Anda.
...
Salah satu alasan mengapa Anda perlu berhubungan dengan sebuah keluarga gereja ialah untuk memenuhi panggilan Anda melayani orang-orang percaya lainnya dengan cara-cara yang praktis... Tidak ada pelayanan yang kecil bagi Allah ; semuanya berharga.
Begitu juga, tidak ada pelayanan yang tidak penting di dalam gereja... Pelayanan-pelayanan kecil atau tersembunyi sering membuat perubahan terbesar...
Anda diperintahkan untuk melayani Allah.... Bagi orang-orang Kristen, pelayanan bukanlah pilihan, namun sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu. Pelayanan adalah inti kehidupan Kristen. Yesus datang “untuk melayani” dan “untuk memberi,” dan kedua kata kerja tersebut seharusnya juga menjadi ciri kehidupan Anda di dunia... Bunda Teresa pernah berkata, “Kehidupan yang kudus tercapai karena melakukan pekerjaan Allah dengan senyuman.”
Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan ! Kita bertumbuh untuk memberi... Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani...
Hal yang tidak diperlukan banyak orang percaya sekarang ialah pergi ke pendalaman Alkitab lainnya. Mereka telah mengetahui jauh lebih banyak daripada yang mereka jalankan. Apa yang mereka butuhkan ialah pengalaman-pengalaman melayani di mana mereka bisa melatih otot-otot rohani mereka.
Melayani adalah lawan dari kecenderungan alamiah kita. Sering kali kita lebih tertarik pada “layani kami” ketimbang pelayanan... ketika kita dewasa di dalam Kristus, fokus kehidupan kita seharusnya semakin bergeser kepada menjalani kehidupan pelayanan... (Warren, 2005, pp. 247-252)
Komentar saya :
Sebagai orang yang telah diciptakan dan diselamatkan di dalam Kristus bukan oleh pelayanan, tetapi melalui anugerah Allah di dalam iman yang sejati, kita sebagai anak-anak Tuhan memang harus melayani. Tepat sekali apa yang Warren katakan bahwa hati yang diselamatkan adalah hati yang ingin melayani. Pelayanan yang kita kerjakan adalah respon kita yang tepat (meskipun belum 100% sempurna) akan anugerah Allah yang sudah begitu besar pada kita. Tetapi ini tidak berarti seperti yang Warren katakan bahwa dengan melayani, kita berhutang nyawa kepada-Nya atas apa yang Ia telah kerjakan melalui penebusan dosa di Golgota. Kita memuliakan Allah dengan melayani-Nya tidak berarti kita berhutang nyawa, karena kita tidak pernah akan mungkin bisa melunasi hutang tersebut, sebaliknya kita melayani sebagai respon kita yang bisa dilakukan untuk bersyukur atas anugerah-Nya.
Kedua, melayani adalah suatu kewajiban yang harus kita lakukan dengan dorongan kasih. Kita melayani Tuhan bukan karena mode atau tren orang-orang Kristen di dalam gereja, melainkan kita melayani Tuhan karena didorong oleh kasih-Nya. Kalau melayani itu adalah suatu kewajiban yang dilakukan dengan dorongan kasih, maka tidak benar pernyataan Warren yang mengatakan bahwa pelayanan itu, “sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu.” Bukankah ia sendiri mengatakan bahwa hati yang diselamatkan adalah hati yang ingin melayani, tetapi ia sendiri mengatakan hal yang berbeda, di mana kita dapat melayani jika kita bisa menyediakan waktu ? Ini berkontradiksi. Kita harus (bukan bisa) menyediakan waktu untuk melayani. Mengapa ? Karena kalau kita bisa menyediakan waktu, baru melayani, itu berarti waktu itu adalah milik kita yang bisa dipergunakan, padahal waktu itu adalah milik Allah yang dipercayakan kepada kita untuk dipertanggungjawabkan. Kalau waktu adalah milik Allah, maka sebagai responnya, kita harus menyediakan waktu untuk melayani-Nya sebagai wujud pertanggungjawaban kita terhadap waktu yang telah Allah berikan kepada kita.
Ketiga, apakah melayani orang lain identik dengan melayani Allah dan hidup kudus ? Simak kutipan Warren ini dari Bunda Teresa, “Kehidupan yang kudus tercapai karena melakukan pekerjaan Allah dengan senyuman.” Kita bisa belajar dari kehidupan Bunda Teresa yang mengasihi orang-orang yang terlantar di India dan menolong mereka. Hal ini murni tidak salah, tetapi jika mengidentikkan dan memasukkan tindakan menolong orang-orang yang terlantar sebagai satu-satunya wujud kehidupan yang kudus yang tercapai, saya pikir ini suatu hal yang terlalu dimutlakkan dan tidak ada dasar Alkitabnya. Allah melalui Paulus memerintahkan kita untuk mengubah paradigma kita sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1-2), bukan mengubah tindakan kita ! Ini yang terpenting. Perubahan paradigma berawal dari perubahan hati yang taat kepada Kristus dan perubahan paradigma juga berdampak kepada perubahan tindakan, tetapi ingat, tidak berarti perubahan tindakan lebih penting daripada perubahan paradigma ! Lalu, apakah melayani orang lain identik dengan melayani Allah ? TIDAK ! Saya akan memberikan contoh. Melayani orang lain, bisa berupa memberikan sumbangan kepada orang-orang yang membutuhkan. Apakah setiap kali kita memberikan sumbangan kepada orang-orang yang membutuhkan berarti kita melayani Allah ? TIDAK ! Tolong perhatikan. Saya membagi orang-orang yang membutuhkan ke dalam dua bagian. Pertama, orang-orang yang benar-benar membutuhkan karena orang-orang tersebut baru saja mengalami bencana alam, di mana rumah, harta, dll mereka ludes, hancur, roboh, dll (misalnya, akibat bencana lumpur panas di Sidoarjo atau bencana di Aceh). Kedua, orang-orang yang membutuhkan yang sebenarnya malas secara motivasi, sehingga yang mereka lakukan hanya meminta-minta uang di tepi jalan atau di traffic light. Secara etika, kita tetap harus memperhatikan dan melayani golongan orang yang membutuhkan versi pertama sebagai wujud melayani Allah. Tetapi terhadap golongan orang yang membutuhkan versi kedua, kita tidak perlu melayani mereka dengan memberikan uang. Mengapa ? Karena dengan kita memberikan uang kepada mereka, kita tidak melayani Allah dan membantu mereka, tetapi sebaliknya kita meninabobokan dan membuat mereka malas dan hanya bergantung pada pemberian orang lain, lalu kita tidak sedang melayani Allah, karena Allah tidak menghendaki orang malas ! Perhatikanlah kata-kata bijak dari Salomo ini, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" -- maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.” (Amsal 6:6-11). Hal yang sama diperingatkan dengan tegas oleh Rasul Paulus kepada suratnya yang kedua kepada jemaat di Tesalonika, “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tesalonika 3:10). Prinsipnya jelas, bekerja dahulu baru makan, tidak mau bekerja, tidak perlu diberi makan. Kita boleh saja membantu orang-orang yang membutuhkan pada versi pertama tadi, tetapi tidak terus-menerus. Kita membantu mereka hanya pada tahap awal, lalu kita membantu mereka mencarikan lapangan pekerjaan agar mereka bekerja dan menghasilkan uang sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Kemudian, ia menjelaskan tentang pentingnya makna pelayanan bagi orang lain kelak di dalam kekekalan,
Bersiap-Siap untuk Kekekalan
Pada akhir hidup Anda di bumi Anda akan berdiri di hadapan Allah, dan dia akan mengevaluasi seberapa baik Anda melayani orang lain dengan kehidupan Anda. Alkitab berkata, “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tetnang dirinya sendiri kepada Allah.” (Roma 14:12 ; AITB). Pikirkan tentang implikasinya. Suatu hati Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan utnuk diri kita sendiri dengan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain.
...
Kita hanya sepenuhnya hidup bila kita menolong orang lain. Yesus berkata, “Jikalau kalian mempertahankan nyawa, kalian akan kehilangan nyawa. Jikalau kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi Berita Kesukaan, kalian akan dapat menikmati hidup yang sesungguhnya.” (Markus 8:35 ; Firman Allah Yang Hidup (FAYH) ; lihat juga Matius 10:39 ; 16:25 ; Lukas 9:24 ; 17:33 ; AITB). Kebenaran ini begitu penting sehingga diulangi lima kali di dalam kitab-kitab Injil. Jika Anda tidak melayani, Anda hanya ada, karena kehidupan dimaksudkan bagi pelayanan. Allah ingin agar Anda belajar mengasihi dan melayani sesama tanpa mementingkan diri sendiri. (Warren, 2005, p. 252).
Komentar saya :
Apakah seberapa pentingnya melayani orang lain sehingga itu dicatat sebanyak 5 kali di dalam Injil seperti yang Warren katakan ? TIDAK ! Markus 8:35 TIDAK mengajarkan tentang melayani orang lain, tetapi sedang berbicara tentang memberitakan Injil, meskipun ini juga termasuk salah satu tindakan melayani orang lain. Ayat ini sedang mengajarkan bahwa kita harus rela membayar harga bahkan mati sekalipun demi memberitakan Injil dan menyuarakan Kebenaran Kristus di tengah-tengah dunia yang berdosa dan gelap ini. Kita memang juga diperintahkan untuk mengorbankan nyawa kita demi orang lain di dalam 1 Yohanes 3:16, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”, tetapi ingat, prinsipnya adalah kita menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudara kita SESUAI dengan kasih Kristus, bukan dengan kasih yang humanis. Jika kita maunya menyerahkan nyawa tetapi kepada pacar/pasangan kita yang hidupnya tidak beres dan melawan Allah, itu bukan menyerahkan nyawa, melainkan tindakan gila ! Kita wajib menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudara kita (KJV : brethren = saudara-saudara seiman) asalkan itu sesuai dengan kasih Kristus yang juga menyerahkan nyawa-Nya dan tetap menegakkan keadilan-Nya (Yohanes 3:16-19). Ingatlah, kasih HARUS disertai dengan keadilan dan kebijaksanaan !
No comments:
Post a Comment