Bab 27
Diubahkan Lewat Kebenaran ??
P |
ada bab 27 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhempat dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Pada awal bab ini, ia mengutip satu bagian Alkitab dari Kisah Para Rasul 20:32 versi The Message yang mengatakan, “Firman kasih karunia Allah bisa membuatmu menjadi apa yang Dia inginkan dan memberimu segala sesuatu yang kamu perlukan.” (Warren, 2005, p. 205)
Komentar saya :
Entah apa motivasi Warren mengutip Kis. 20:32 dengan menggunakan versi The Message, padahal ayat ini tidak seharusnya berarti demikian, apalagi frase terakhir, “memberimu segala sesuatu yang kamu perlukan.” Di dalam terjemahan Alkitab yang dapat dipertanggungjawabkan, mulai dari Terjemahan Baru (TB) LAI, Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan King James Version (KJV), tidak ada satu frase yang mengandung pernyataan bahwa Firman Allah memberi kepada kita apapun yang kita perlukan. Mari kita menyelidikinya. Terjemahan Baru (TB) LAI, “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” BIS, “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” KJV, “And now, brethren, I commend you to God, and to the word of his grace, which is able to build you up, and to give you an inheritance among all them which are sanctified.” Dari ketiga terjemahan di atas, saya TIDAK menjumpai sedikitpun frase yang mengajarkan seperti yang Warren kutip dari versi The Message bahwa Alkitab memberi kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan. Sebaliknya, yang ada adalah Allah dan Firman-Nya menganugerahkan kepada kita bagian atau warisan (inheritance) yang telah Ia tentukan bagi umat-Nya. Apa bedanya ? Kalau versi The Message, Alkitab itu sebagai bahan pemuas apa yang kita perlukan, tetapi versi aslinya mengajarkan bahwa Allah dan Alkitab sendiri lah yang menganugerahkan kepada kita sebuah warisan yang telah ditetapkan-Nya (ada anugerah dan kedaulatan Allah). Dari sini, bisakah Anda membedakan antara theologia yang bertanggungjawab yang Theosentris (Reformed) dengan theologia yang Antroposentris (Arminian/Warren) ?!
Pada bab ini, ia meneruskan konsepnya tentang cara kita bertumbuh dengan prinsip pertama yaitu diubahkan lewat kebenaran. Pada awal bab ini, ia memaparkan,
Kebenaran mengubah kita.
Pertumbuhan rohani merupakan proses menggantikan dusta dengan kebenaran. Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran ; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17 ; AITB). Penyucian membutukan Penyataan Allah. Roh Allah memakai Firman Allah untuk menjadikan kita serupa dengan Anak Allah. Untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita harus memenuhi hidup kita dengan Firman-Nya...
Firman Allah tidak seperti firman lainnya. Firman Allah itu hidup (Ibrani 4:12 ; Kisah 7:38 ; 1 Petrus 1:23 ; AITB)... Ketika Allah berbicara, hal-hal berubah. Segala sesuatu di sekeliling Anda, yaitu semua ciptaan, ada karena “Allah telah berfirman.”... Tanpa Firman Allah Anda bahkan tidak akan hidup...
Alkitab jauh lebih dari sekadar sebuah buku petunjuk berisi doktrin. Firman Allah menghasilkan kehidupan, menimbulkan iman, mendatangkan perubahan, membuat Iblis takut, menyebabkan mukjizat, menyembuhkan sakit hati, membangun karakter, mengubah keadaan, memberikan sukacita, mengatasi kesusahan, mengalahkan pencobaan, memberikan pengharapan, melepaskan kuasa, menyucikan pikiran kita, menciptakan berbagai hal, dan menjamin masa depan kita selamanya ! Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah ! Jangan pernah meremehkannya... (Warren, 2005, pp. 205-206)
Komentar saya :
Apa yang Warren ajarkan di atas tidak salah karena memang benar bahwa pertumbuhan rohani pasti berkaitan dengan Alkitab dan Roh Kudus memakai Alkitab untuk mempertumbuhkan rohani kita. Alkitab juga merupakan Firman Allah yang hidup yang tanpanya kita tidak dapat hidup. Semuanya itu benar, tetapi ketika Warren mengajarkan bahwa Firman Allah menghasilkan manfaat-manfaat bagi manusia, khususnya menyebabkan mukjizat, saya agak meragukannya. Bukan berarti bahwa saya anti mukjizat, tetapi yang dipersoalkan adalah yang menyebabkan mukjizat bukan Firman Allah, tetapi Allah sendiri dengan kedaulatan-Nya. Meskipun kita telah berulang kali membaca Alkitab, tetapi jika Allah yang berdaulat tidak mengizinkan adanya mukjizat, maka mukjizat tidak akan terjadi. Inilah prinsipnya. Sebagai tambahan, Alkitab dipelajari dan dipegang sebagai satu-satunya pedoman hidup dan Firman Allah, BUKAN karena Alkitab memberikan manfaat-manfaat seperti yang Warren ajarkan pada poin selanjutnya, tetapi karena Alkitab itu diwahyukan oleh Allah dan itu harus dipelajari.
Selanjutnya, ia menguraikan prinsip tentang Tinggal Dalam Firman Allah dalam tiga poin kegiatan. Poin pertamanya mengatakan, sebagai berikut,
Saya harus menerima otoritas Firman Allah. Alkitab harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan saya : kompas yang saya andalkan untuk petunjuk arah, nasihat yang saya dengarkan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijak, dan patokan yang saya gunakan untuk menilai segala sesuatu. Alkitab harus selalu merupakan penentu dalam hidup saya.
Banyak masalah kita muncul karena kita mendasarkan pilihan-pilihan kita pada berbagai otoritas yang tidak dapat diandalkan : ... Apa yang kita butuhkan adalah sebuah standar yang sempurna yang tidak akan pernah membawa kita ke arah yang keliru. Hanya Firman Allah yang memenuhi kebutuhan tersebut... (Warren, 2005, pp. 206-207)
Komentar saya :
Anak-anak Tuhan sejati memang harus menerima otoritas Firman Allah. Firman Allah harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan mereka, itu tentu tidak salah. Anjuran Warren dalam poin ini dapat dibenarkan bahwa kita harus kembali bukan kepada masalah yang muncul tetapi kepada Alkitab sebagai satu-satunya Firman Allah yang membawa kita kepada jalan yang benar. Jalan yang benar itulah jalan Allah yang membawa kepada kekekalan, dan bukan kesementaraan.
Kemudian, ia menjelaskan poin kegiatan keduanya,
Saya harus menerima kebenaran Firman Allah. Tidak cukup hanya percaya Alkitab ; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu. Ada lima cara untuk melakukan hal ini : Anda bisa menerimanya, membacanya, menelitinya, menghafalnya, dan merenungkannya.
Pertama, Anda menerima Firman Allah ketika Anda mendengar dan menyambutnya dengan sikap terbuka dan reseptif. Perumpamaan tentang penabur menggambarkan bagaimana sikap reseptif kita menentukan apakah Firman Allah berakar di dalam hidup kita dan menghasilkan buah atau tidak...
Setiap kali Anda merasa tidak mendapat apa-apa dari suatu khotbah atau dari seorang guru Alkitab, Anda seharusnya mengecek sikap Anda, khususnya kesombongan, karena Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif...
Kedua, selama sebagian besar dari 2.000 tahun sejarah gereja, hanya pendeta-pendeta yang harus membaca Alkitab secara pribadi, tetapi sekarang jutaan orang bisa membacanya. Namun, banyak orang percaya lebih setia untuk membaca koran harian daripada Alkitab mereka. Tidak heran kalau kita tidak bertumbuh...
...
Ketiga, meneliti, atau mempelajari, Alkitab adalah cara praktis lain untuk tinggal di dalam Firman. Perbedaan antara membaca dan meneliti Alkitab meliputi dua kegiatan tambahan : mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda...
... Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat...
Cara keempat untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah dengan menghafalnya. Kemampuan Anda untuk menghafal ialah pemberian Allah... Jika Firman Allah itu penting, Anda akan menyediakan waktu untuk mengingatnya.
Ada banyak manfaat menghafal ayat-ayat Alkitab. Itu akan membantu Anda melawan pencobaan, membuat keputusan-keputusan yang bijak, mengurangi ketegangan, membangun rasa percaya diri, memberikan nasihat yang baik, dan menyampaikan iman Anda kepada orang lain (Mazmur 119:11 ; 119:105 ; 119:49-50 ; Yeremia 15:16 ; Amsal 22:18 ; 1 Petrus 3:15 ; AITB).
Ingatan Anda seperti otot. Semakin Anda menggunakannya, semakin kuat ia jadinya, dan menghafal ayat akan menjadi lebih mudah. Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun : sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang ! Alkitab berkata, “Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana.” (Kolose 3:16a ; Firman Allah yang Hidup/FAYH).
Cara kelima untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah merenungkannya, yang Alkitab sebut “renungan” (meditation)... Merenungkan adalah cara berpikir yang difokuskan... Khawatir adalah cara berpikir yang difokuskan pada sesuatu yang negatif. Merenungkan ialah melakukan hal yang sama, hanya yang difokuskan adalah Firman Allah dan bukannya masalah Anda...
Jika Anda melihat setiap kali Allah berbicara perihal merenungkan di dalam Alkitab, Anda akan kagum pada manfaat-manfaat yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang mengambil waktu untuk merenungkan Firman-Nya sepanjang hari... Sungguh-sungguh merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil (Yohanes 15:7 ; Yosua 1:8 ; Mazmur 1:2-3 ; AITB). (Warren, 2005, pp. 207-210).
Komentar saya :
Dari pernyataan-pernyataan Warren di atas, saya menemukan lima poin kesalahan paradigma di dalamnya. Mari kita akan menelitinya.
Pertama, adalah suatu kejanggalan ketika Warren mengatakan, “Tidak cukup hanya percaya Alkitab ; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu.” Memang tidak salah bahwa kita tidak cukup hanya percaya Alkitab, tetapi juga kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Allah, tetapi yang menjadi persoalannya adalah kata “sehingga” di dalam kalimat ini yang dapat ditafsirkan bahwa kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Allah dahulu, baru setelah itu Roh Kudus dapat mengubah kita dengan kebenaran itu. Dengan kata lain, peran Roh Kudus baru ada setelah kita menunaikan peran kita dengan mengisi pikiran kita dengan Firman. Ini jelas salah. Di dalam theologia Reformed, kedaulatan Allah menjadi pusat segala sesuatu. Dengan kata lain, di dalam hal ini, Roh Kudus menggunakan Firman Allah untuk mencerahkan hati dan pikiran kita dan memimpin pikiran kita sesuai dengan kebenaran Alkitab. BUKAN karena saya dahulu yang mengisi pikiran dengan Firman baru setelah itu Roh Kudus menggunakan apa yang telah kita kerjakan untuk mengubah kita, tetapi Roh Kudus dahulu yang berinisiatif mengarahkan dan memimpin hati dan pikiran kita sesuai dengan Firman, baru setelah itu kita dapat meresponi apa yang Roh Kudus telah kerjakan dengan menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas Firman Allah di dalam kehidupan kita.
Kedua, Warren mengungkapkan, “Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif.” Memang benar bahwa Allah kita itu berdaulat sanggup memakai siapa saja menjadi hamba-Nya untuk menyampaikan berita Firman, dan juga kita perlu memiliki kerendahan hati dan sikap menerima apa yang Firman Allah ajarkan. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah perkataan Warren, “pengajar yang paling membosankan.” Saya tidak mengerti secara tuntas apa yang ia maksudkan dengan istilah “pengajar yang paling membosankan” ini. Bukankah ini lebih menunjuk kepada penilaian manusia terhadap hamba-hamba Tuhan ? Lalu, bolehkah kita melakukan ini ? Ini bukan masalah boleh atau tidak, tetapi apa motivasi kita menilai hamba Tuhan ini membosankan atau tidak ? Standar apa yang kita pakai untuk mengadakan penilaian tersebut ? Apakah karena sang “pendeta” berkhotbah sesuatu yang lucu, menyenangkan, dll, lalu kita sebut mereka sebagai “pengajar yang menyenangkan/tidak membosankan”, sedangkan sang pendeta yang benar-benar mengkhotbahkan Firman Allah dengan pengertian doktrinal yang kental dan sistematis serta aplikatif juga, lalu kita menyebut mereka sebagai “pengajar yang membosankan” ?! Kalau demikian, tidaklah heran, Paulus kepada Timotius telah memperingatkan hal ini sebelumnya, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4) dan juga nasihat Paulus bagi Timotius, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:5).
Ketiga, salah satu cara meneliti/mempelajari Alkitab menurut Warren adalah, “mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda.” Selanjutnya, ia juga mengajarkan, “Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.” Apakah hanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan saja kita dapat mempelajari Alkitab ? TIDAK ! Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks memang salah satu, tetapi pertanyaan tersebut harus segera dijawab dengan penyelidikan yang menyeluruh akan Alkitab, mulai dengan memperhatikan konteks dan perikop, perbandingan terjemahan Alkitab (khususnya dengan bahasa aslinya, Ibrani dan Yunani), perbandingan satu kata kunci di dalam satu perikop Alkitab dengan bagian kitab lain di dalam Alkitab, dll (lihat Bab 2). Kita harus meneliti Alkitab dari perspektif Alkitab yang menjelaskan dirinya sendiri, BUKAN dari pengertian kita yang kita tulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita tentang teks !
Keempat, perhatikan pernyataannya ini,
“Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun : sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang ! Alkitab berkata, “Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana.” (Kolose 3:16a ; Firman Allah yang Hidup/FAYH).”
Dalam menghafal Alkitab, bagi Warren, kita pertama kali memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab yang telah menyentuh perasaan kita ditambah usaha kita menuliskannya di atas kartu kecil untuk dibawa ke manapun kita pergi untuk nantinya dihafalkan. Pertama, kesalahan fatal ajaran ini adalah kita mempelajari Alkitab bukan secara keseluruhan, tetapi HANYA BEBERAPA AYAT ALKITAB YANG MENYENTUH PERASAAN. Di sini, fungsi perasaan ditonjolkan untuk dijadikan standar kita mempelajari Alkitab. Ini jelas salah. Di dalam mempelajari Alkitab, kita harus mempelajarinya secara keseluruhan tanpa memotong ayat Alkitab apalagi membatasi BEBERAPA ayat Alkitab yang menyentuh perasaan (dengan kata lain, ayat-ayat Alkitab yang berisi sejarah, dll yang tidak menyentuh perasaan, dipelajari belakangan/kemudian). Kedua, ayat-ayat tersebut dijadikan ayat-ayat mantera yang diucapkan untuk dihafalkan di mana saja dan kapan saja kita ada baik pada waktu bekerja, berolah raga, dll. Itu MIRIP dengan klenik dan kata-kata mantera yang para dukun ajarkan. Lalu, apa bedanya Warren dengan dukun klenik ? Bagi saya, kita BUKAN diajarkan untuk menghafal Firman, tetapi MENGERTI FIRMAN. Percuma saja, kita menghafal Firman, seperti yang orang-orang Farisi lakukan pada zaman Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak mengerti esensi Firman. Seorang yang mengerti Firman adalah seorang yang berbahagia karena ia mendapatkan berkat rohani yang begitu melimpah yang bisa menjadi “arsip” baginya yang langsung keluar dari pengertian tersebut ketika ia sedang berputus asa, menghadapi penderitaan, bahkan dalam mengambil keputusan. Mengerti Firman lah yang Paulus maksudkan di dalam Kolose 3:16 yang Warren kutip, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” Kata “diam... di antara kamu” diterjemahkan oleh BIS, “meresap ke dalam hatimu” dan oleh KJV diterjemahkan, “dwell in you”. Kata “dwell in” (Yunani : enoikeō) artinya tinggal di dalam. Perkataan Kristus yang tinggal di dalam kita TIDAK berarti kita harus menghafalkannya untuk itu. Perkataan Kristus bisa tinggal di dalam kita ketika kita mengerti Firman dan Roh Kudus yang memimpin dan mencerahkan kita melalui Firman setiap saat.
Kelima, dengan mengungkapkan, “merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil (Yohanes 15:7 ; Yosua 1:8 ; Mazmur 1:2-3 ; AITB).” berarti Warren secara implisit ingin mengajarkan bahwa merenungkan Firman Allah itu baik dan bermanfaat kalau itu mendatangkan keuntungan bagi kita. Secara tidak langsung, ia tetap mengajarkan “theologia” kemakmuran secara implisit melalui kata “kehidupan yang berhasil”. Benarkah dengan merenungkan kebenaran Allah, doa kita dikabulkan dan kita mendapatkan hidup yang berhasil ? Benarkah Yohanes 15:7 mengajarkan bahwa dengan merenungkan Firman, doa kita pasti dikabulkan ? Benarkah pula Mazmur 1:2-3 mengajarkan hidup yang berhasil sebagai akibat dari merenungkan Firman ? Mari kita akan menyelidikinya dengan teliti.
Di dalam Yohanes 15:7, Tuhan Yesus bersabda, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Ayat ini bagi Warren cukup mendukung pengajarannya bahwa dengan merenungkan Firman, setiap doa kita dikabulkan Tuhan. Benarkah demikian ? Mengikuti prinsip bagaimana menafsirkan Firman dengan bertanggungjawab, ayat 7 di dalam Yohanes 15 tentu tidak bisa dipisahkan dari perikop Yohanes 15 yang mengajarkan tentang prinsip berbuah di dalam iman Kristen, dan tentu ayat 7 ini juga berkaitan dengan ayat 8, di mana Tuhan Yesus juga bersabda, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Permintaan kita memang dapat dikabulkan tetapi prinsipnya jelas asalkan melalui permintaan doa itu Bapa dipermuliakan, BUKAN diri kita yang dipermuliakan dan juga permintaan doa kita dikabulkan asalkan kita telah berbuah banyak.
Kedua, Mazmur 1:1-6 mengatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” Benarkah di ayat 3 ini, pemazmur ingin mengajarkan bahwa dengan merenungkan Firman, hidup kita berhasil ? Mari kita memperhatikan keenam ayat di dalam pasal 1 ini dengan seksama. Kalau kita mau mengerti Alkitab, jangan membatasi Alkitab hanya pada beberapa ayat, tetapi perhatikan konteks dan kaitkan dengan keseluruhan ayat. Ayat 3 tidak bisa dipisahkan dari ayat 1, sehingga arti kata “berhasil” tidak berarti berhasil dalam materi, tetapi orang percaya sejati akan berhasil dalam melakukan apa yang Allah perintahkan di dalam kehidupan mereka, dan hal ini sangat berbeda dengan orang fasik (ungodly) yang lebih menyukai jalan kebinasaan, ketimbang jalan Tuhan. Itu konteks dan arti sebenarnya.
Terakhir, ia memaparkan poin kegiatan ketiganya di dalam konsep Tinggal Dalam Firman Allah,
Saya harus menerapkan prinsip-prinsipnya. Menerima, membaca, meneliti, menghafal, dan merenungkan Firman akan sia-sia jika kita gagal mempraktikkannya...
... Tanpa penerapan, semua pendalaman Alkitab kita sia-sia...
Alasan lain mengapa kita menghindari penerapan pribadi ialah karena hal tersebut bisa sulit atau bahkan menyakitkan. Kebenaran akan membebaskan Anda, tetapi mula-mula kebenaran tersebut mungkin membuat Anda tidak senang ! Firman Allah menyingkapkan berbagai motif kita, menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, menegur dosa-dosa kita, dan berharap agar kita berubah. Menentang perubahan merupakan sifat manusia, karena itu menerapkan Firman Allah merupakan kerja keras...
Tidak berlebihan kalau saya menekankan pentingnya menjadi anggota dari sebuah kelompok kecil diskusi pendalaman Alkitab. Kita selalu belajar dari orang lain kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa kita pelajari sendiri... (Warren, 2005, pp. 210-211).
Komentar saya :
Adalah benar bila Warren mengajarkan bahwa kebenaran Firman perlu bahkan harus dipraktikkan karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia adanya (Yakobus 2:26), tetapi TIDAK berarti iman tidak penting, lalu yang dipentingkan adalah perbuatan. Itu tafsiran yang keliru, yang benar adalah iman sejati melahirkan perbuatan yang beres. Iman yang tidak beres pasti menghasilkan perbuatan yang tidak beres pula. Kita bisa melakukan perbuatan yang beres, ketika kita meletakkan fondasi iman kita di atas dasar Alkitab yang memimpin kita, dan tindakan kita ini bisa terjadi semata-mata karena anugerah Allah melalui Roh Kudus yang memimpin kita. Tanpa Roh Kudus yang mencerahkan hati dan pikiran kita akan Firman (Alkitab), maka sia-sialah usaha kita.
No comments:
Post a Comment