Apa yang Membuat Allah Tersenyum ??
Pada bab 12 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari kesembilan dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Ide pada bab ini jelas kelihatan dari judul dan paragraf awal dari bab ini bahwa Warren sedang mengajarkan sebuah ide “Allah” yang minta disenangkan manusia atau dengan kata lain manusia itu sungguh sangat berharga, bahkan Allah rela dan ingin sekali memperhatikan manusia sampai hal-hal terkecil seperti orangtua yang memperhatikan anak-anaknya. Benarkah ini ajaran Alkitab ? Manusia memang berharga di mata Allah, tetapi lagi-lagi Warren kurang tegas menyebutkan istilah DOSA sebagai sesuatu yang cukup serius yang telah dilakukan oleh manusia.
Lagi-lagi, penyakit Warren kambuh, suka mengutip ayat-ayat Alkitab secara sepotong dengan menggunakan versi terjemahan Alkitab yang cocok dengan ide yang ingin ia sampaikan. Pada awal bab ini, ia mengutip dua ayat Alkitab. Pertama, Bilangan 6:25 yang diambil dari versi New Living Translation (NLT), “Tuhan kiranya tersenyum kepadamu...” dan kedua, Mazmur 119:135 versi The Message, “Tersenyumlah padaku, hamba-Mu ; ajarilah aku cara yang benar untuk hidup.”
Komentar saya :
Kedua ayat itu berbeda dengan terjemahan Alkitab lainnya bahkan dengan bahasa aslinya. Mari kita menyelidikinya. Berikut saya akan mengutip Bilangan 6:25 secara keseluruhan dari versi Terjemahan Baru Indonesia (TB-LAI), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), King James Version (KJV), dan English Standard Version (ESV). TB LAI menerjemahkannya, “TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;” BIS mengartikannya, “Semoga TUHAN baik hati dan murah hati kepadamu.” KJV menerjemahkannya, “The LORD make his face shine upon thee, and be gracious unto thee:” dan ESV mengartikannya, “the LORD make his face to shine upon you and be gracious to you;” Tidak ada kata “tersenyum” di dalam keempat versi terjemahan yang saya sudah kutip tadi. Apakah “menyinari engkau dengan wajah-Nya” identik dengan “Tuhan tersenyum” ? Saya belum berani menafsirkan senekat Warren dengan mengutip dari NLT. Apakah kata “Tuhan tersenyum” berarti Tuhan itu benar-benar menunjukkan kasih-Nya dan bukan keadilan dan kemarahan-Nya ? TIDAK ! Albert Barnes dalam Albert Barnes’ Notes on the Bible mengatakan, ““The face of God” imports not merely God’s good will in general, but His active and special regard. With the “face” or “eye of the Lord accordingly is connected alike the judicial visitation of the wicked. Psa 34:16, and His mercies to the righteous Psa 4:6.” (=“Wajah Allah” bukan hanya bermakna keinginan-Nya yang baik secara umum, tetapi perhatian-Nya yang aktif dan khusus. Oleh sebab itu, “wajah” atau “mata” Allah dihubungkan dengan bencana secara hukum kepada mereka yang jahat—Mazmur 34:16, dan belas kasihan-Nya kepada mereka yang benar—Mazmur 4:6).
Kedua, saya akan mengutip Mazmur 119:135 secara keseluruhan dari versi Terjemahan Baru Indonesia (TB-LAI), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), King James Version (KJV), dan English Standard Version (ESV). TB LAI menerjemahkannya, “Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.” BIS mengartikannya, “Berkatilah aku dengan kehadiran-Mu, dan ajarilah aku ketetapan-Mu.” KJV menerjemahkannya, “Make thy face to shine upon thy servant; and teach me thy statutes.” dan ESV mengartikannya, “Make your face shine upon your servant, and teach me your statutes.” Entah apa hubungannya “Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu,” atau “Berkatilah aku dengan kehadiran-Mu,”, dll dengan terjemahan The Message, “Tersenyumlah padaku, hamba-Mu ; ...” ?!
Kemudian, di awal paragraf dalam bab ini, ia mengemukakan,
Senyuman Allah adalah tujuan hidup Anda.
Karena menyenangkan Allah adalah tujuan pertama hidup Anda, maka, tugas terpenting Anda ialah menemukan bagaimana melakukannya... (Warren, 2005, p. 75)
Komentar saya :
Di bab sebelumnya, Warren berkata bahwa menurutnya, tujuan hidup manusia adalah untuk kekekalan, nah, pada bab ini, secara tidak konsisten, ia mengubah bahwa tujuan hidup manusia adalah senyuman Allah. Mana yang benar ? Tujuan hidup manusia menurut Katekismus Singkat Westminster (bahan pedoman katekisasi gereja-gereja Presbyterian/Reformed) adalah memuliakan Allah dan menikmati-Nya selama-lamanya. Tujuan hidup manusia memang untuk memuliakan Allah atau bisa juga berarti menyenangkan Allah. Tetapi saya tidak setuju dengan pendapat Warren dengan mengatakan bahwa tugas terpenting kita adalah menemukan bagaimana menyenangkan Allah. Saya menjumpai ada suatu tendensi Warren yang sangat berbahaya melalui ajaran itu. Warren seolah-olah mengajarkan bahwa Allah itu “kasihan”, seperti anak kecil (baca seluruh bab ini, Anda akan menemukan ide Warren seperti ini), sehingga perlu disenangkan melalui apa yang kita perbuat, jika tidak, maka “Allah” akan menangis, dll. Ide Warren yang jelas kelihatan adalah pengungkapannya, “Allah tidak bisa menemukan seorangpun di bumi yang tertarik untuk menyenangkan Dia, sehingga Allah berdukacita dan menyesal telah menciptakan manusia...” (halaman 75). Saya akan memberikan sedikit ilustrasi nakal untuk menjelaskan ide Warren ini. “Allah” diibaratkan seperti seorang cowok/pria dan manusia diibaratkan seorang cewek/wanita. Maka, Warren (secara implisit) berkata, seperti seorang pria yang tidak dapat menemukan seorangpun (cewek/wanita) di sekelilingnya yang tertarik untuk membuat dirinya senang, maka ia/sang pria ini berdukacita dan menyesal mengapa wanita perlu diciptakan, maka Allah bertindak hal yang sama. Pernyataan ini jelas mengindikasikan bahwa Allah memang membutuhkan manusia untuk menyenangkan-Nya, sehingga Ia perlu mencari manusia yang tertarik untuk menyenangkan-Nya. Ini bukan ajaran Alkitab ! Alkitab mengajarkan bahwa bukan manusia yang diperlukan Allah, tetapi manusia lah yang memerlukan Allah ! Mengapa manusia memerlukan Allah ? Daud berkata, “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14) Parafrase kisah di dalam Kejadian tadi yang dipakai oleh Warren ini sudah menyimpang dari arti aslinya.
Dari kisah Nuh, Warren mengungkapkan lima prinsip bagaimana manusia bisa membuat Allah tersenyum.
Allah tersenyum bila kita mengasihi Dia di atas segalanya... Allah menciptakan Anda untuk mengasihi Anda, dan Dia rindu agar Anda balas mengasihi Dia. (Warren, 2005, p. 76)
Komentar saya :
Allah memang begitu mengasihi manusia sehingga Ia rela mengutus Putra Tunggal-Nya untuk mati menebus dosa-dosa manusia piihan-Nya. Itu memang ajaran Alkitab. Tetapi Allah yang sama tidak pernah menuntut balas respon manusia ! Kalau Allah rindu agar manusia membalas kasih-Nya dengan mengasihi-Nya, lalu apa bedanya Allah dengan manusia yang memiliki kasih yang bersyarat ?! Ingatlah, kasih Allah adalah unconditional love (kasih yang tidak bersyarat). Allah mengasihi kita meskipun kita seringkali meninggalkan-Nya. Tetapi jangan memakai pernyataan ini lalu cepat-cepat meninggalkan-Nya, toh, lagipula Ia tetap mengasihi kita dan membawa kita kembali kepada-Nya. Jangan suka mempermainkan ayat Alkitab ! Pengutipan Hosea 6:6 yang sengaja dipakai oleh Warren untuk menunjang idenya ini adalah salah tafsir. Di dalam Hosea 6:6, nabi Hosea tidak bermaksud ingin mengajarkan bahwa Allah menghendaki manusia membalas kasih-Nya dengan mengasihi-Nya. Itu tafsiran sesat yang jelas dipengaruhi oleh “theologia” Arminian/mayoritas Injili ! Jelas-jelas, Hosea 6:6 ingin mengatakan bahwa Allah melihat hati manusia yang mengasihi-Nya bukan upacara ritual agama (Allah mementingkan esensi ketimbang fenomena yang tidak bertanggungjawab). Ibadah sejati adalah mengenal Allah, bukan ritualitas semu. Itu yang Tuhan inginkan.
Lalu, pada poin kedua, ia mengutarakan,
Allah tersenyum ketika kita mempercayai Dia sepenuhnya....Bayangkan situasi ini : Suatu hari Allah mendatangi Nuh dan berkata, “Aku kecewa dengan umat manusia. Di seluruh dunia, tidak seorang pun kecuali kau yang memikirkan-Ku. Tetapi Nuh, ketika Aku melihatmu, Aku mulai tersenyum. Aku senang dengan hidupmu, jadi Aku akan meliputi dunia dengan air bah dan memulai kembali dengan keluargamu...”... Mempercayai Allah sepenuhnya berarti memiliki iman bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kehidupan Anda. Anda mengharap agar Dia memelihara janji-janji-Nya, membantu Anda dengan masalah-masalah, dan melakukan hal yang mustahil bila perlu...
Allah tersenyum ketika kita menaati Dia dengan sepenuh hati...
Allah tersenyum bila kita memuji dan bersyukur kepada-Nya.... Ketika kita memberi Allah kesukaan, hati kita sendiri dipenuhi dengan sukacita !...
Allah tersenyum bila kita menggunakan kemampuan kita.... Setiap kegiatan manusia, kecuali dosa, bisa dilakukan bagi kesenangan Allah...
Allah juga mendapatkan kesenangan waktu melihat bahwa Anda menikmati ciptaan-Nya....
Allah bahkan senang melihat Anda terlelap !... Ketika Anda terlelap, Allah menatap Anda dengan kasih, karena Anda merupakan ide-Nya.. Dia mengasihi Anda seolah-olah Anda adalah satu-satunya orang di bumi... (Warren, 2005, pp. 77-82)
Komentar saya :
Saya akan menyoroti tiga prinsip Warren yang saya garisbawahi di atas.
Pertama, apakah Alkitab pernah mengajarkan bahwa hidup Nuh menyenangkan-Nya, sehingga Ia memilihnya ? TIDAK ! Itulah yang diajarkan oleh “theologia” Arminian bahwa “Allah” memilih manusia setelah pada waktu tertentu Ia melihat bahwa manusia yang dipilih-Nya itu nanti akan beriman kepada-Nya. Ini ajaran bidat ! Perhatikan. Kejadian 6:8 berkata, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.” Meskipun di ayat 9, Alkitab berkata bahwa Nuh hidup bergaul dengan-Nya, itu hanya menunjukkan bahwa Nuh bisa mengenal-Nya karena anugerah-Nya mendahului respon manusia. Itulah pengajaran theologia Reformed yang Theosentris. Parafrase yang diciptakan oleh khayalan Warren sendiri, “Aku kecewa dengan umat manusia. Di seluruh dunia, tidak seorang pun kecuali kau yang memikirkan-Ku. Tetapi Nuh, ketika Aku melihatmu, Aku mulai tersenyum. Aku senang dengan hidupmu, jadi Aku akan meliputi dunia dengan air bah dan memulai kembali dengan keluargamu...” terlalu menyimpang dari esensi ajaran Alkitab di dalam Kejadian 6.
Kedua, memang benar adalah setiap kegiatan kita selain dosa bisa dilakukan bagi kesenangan Allah. Saya lebih suka memakai kata “kemuliaan Allah” ketimbang “kesenangan Allah”, karena kata “kemuliaan Allah” menunjukkan esensi natur-Nya yang Mahamulia dan Mahakudus, sedangkan kata “kesenangan Allah” seolah-olah menunjukkan natur-Nya yang doyan (suka) bersenang-senang dan menyenangkan diri sendiri seperti yang manusia berdosa sering lakukan. Setiap kegiatan kita harus dipergunakan untuk memuliakan Allah. Itu prinsip theologia Reformed dan etos kerja Reformed.
Ketiga, perhatikan pernyataan Warren yang sangat aneh, “Ketika Anda terlelap, Allah menatap Anda dengan kasih, karena Anda merupakan ide-Nya.” Pernyataan ini tidak pernah diajarkan oleh Alkitab ! Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Warren sedang mengajarkan antroposentris (berpusat kepada manusia) dan humanisme modern yang diselubungi dengan ide-ide “rohani” (meskipun mungkin Warren tidak akan mengakuinya, masa ada maling/pencuri teriak maling ?). Menurut Warren, manusia adalah ide Allah, sehingga kalau mau diparafrasekan (seperti yang Warren suka lakukan) : tanpa manusia, “Allah” tidak bisa berbuat apa-apa, karena manusia itu “sumber inspirasi” bagi tindakan “Allah”. Inikah ajaran Alkitab ?! Mutlak TIDAK ! Warren sendiri mengajarkan bahwa manusia tidak bisa menambah kemuliaan kepada-Nya, tetapi ia sendiri tidak konsisten mengajarkan bahwa manusia itu ide Allah. Ini jelas tidak konsisten dan tidak bertanggungjawab ! Allah itu adalah Sumber Hidup karena Ia adalah Pencipta manusia, sehingga Ia tidak memerlukan inspirasi dan ide-ide dari siapapun juga termasuk manusia. Yang perlu inspirasi seharusnya adalah manusia, karena manusia itu terbatas, ciptaan dan terpolusi oleh dosa, sehingga mereka memerlukan campur tangan Allah untuk memimpin arah hidupnya.
3 comments:
untuk saudara Danny Teguh Sutandio, lebih baik kita tidak usah menghakimi Philip Mantofa, mungkin dia sebagai seorang manusia pernah salah tetapi saya yakin sekali setiap firman yang disampai-kan atau buku yang ditulis tidak berdasarkan logika saja tetapi dari tuntunan Roh Kudus, Kita tidak usah mencari-cari kesalahan2 dari seorang hamba Tuhan. Lebih baik kita menikmati setiap hasil karya yang di hasilkan, dan setahu saya pula itu bukan mau-nya dari Philip Mantofa sendiri yang ingin membuat buku dan mengadakan KKR di setiap kota di Indonesia ini..Itu mau-nya Tuhan jadi kita lebih baik menikmati hadirat dan urapan Tuhan yang sudah disampaikan lewat hamba-NYa...(be a wise person my friend...)
pak denny katanaya steven tong juga sesat ya hheheheeer
den mau tak bukain pa den kesesatanmu juga hahahhahaa
Post a Comment