Kasih dan Keadilan Allah-7
Dosa dan Anugerah Pembenaran
oleh : Denny Teguh Sutandio
Nats : Roma 3:21-24.
Setelah Paulus memaparkan tentang hubungan hukum Taurat dan dosa, ia selanjutnya memberikan jalan keluar satu-satunya bagi penyelesaian dosa itu.
Pada ayat 21, Paulus berkata, “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,” International Standard Version (ISV) menerjemahkan, “But now, apart from the law, God's righteousness is revealed and is attested by the Law and the Prophets-” Lalu, New International Version menerjemahkan hal yang hampir mirip, yaitu, “But now a righteousness from God, apart from law, has been made known, to which the Law and the Prophets testify.” Berarti melalui ayat ini Paulus ingin mengajarkan bahwa kebenaran keadilan (Yunani : dikaiosune) Allah tidak hanya sebatas Hukum Taurat, tetapi melebihi Hukum Taurat dan ini telah disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para Nabi. Meskipun melebihi Hukum Taurat, tidak berarti kebenaran keadilan Allah sama sekali tidak memerlukan Taurat. Dalam hal ini, terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) yang mengartikan bahwa kebenaran keadilan Allah tanpa Hukum Taurat sama sekali (“Tetapi sekarang Allah sudah menunjukkan jalan bagaimana manusia berbaik dengan Dia; dan caranya itu tidak ada sangkut pautnya dengan hukum agama Yahudi.”) adalah salah. Begitu pula terjemahan King James Version yang menerjemahkannya dengan kata without (=tanpa) pada frase, “But now the righteousness of God without the law is manifested” adalah salah, karena kata without ini menunjukkan bahwa kebenaran keadilan Allah tidak ada di dalam Taurat, padahal konsep ini salah. Oleh karena itu, di awal penjelasan ayat ini, saya memilih terjemahan ISV (identik dengan terjemahan English Standard Version/ESV) dan NIV karena terjemahan-terjemahan ini cocok dengan bahasa asli (Yunani)nya chōris yang dapat berarti apart from (terlepas dari/selain). Kembali, kalau kita melihat sejarahnya, maka kita dapat mengerti bahwa pada mulanya Allah yang mencipta manusia juga mengadakan perjanjian KEPADA (bukan DENGAN) manusia bahwa ketika mereka taat kepada-Nya, maka mereka akan diberkati dan diselamatkan, tetapi jika tidak, mereka akan dihukum. Apakah ini berarti Allah mengutamakan tindakan baik manusia ? TIDAK. Ketika Allah menyatakan perintah itu, Ia sangat mengetahui bahwa manusia tak mungkin dapat menaati-Nya, sehingga dengan mengeluarkan perintah ketaatan kepada manusia, Ia hendak menyadarkan manusia bahwa mereka itu terbatas, dicipta dan pasti dapat jatuh ke dalam dosa. Adanya dosa yang merupakan ketidaktaatan manusia mengakibatkan perjanjian dari Allah ini rusak dan akhirnya Allah harus menghukum mereka. Tetapi, di sisi lain Allah begitu mengasihi mereka dan sangat mengetahui bahwa mereka tak mungkin sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Oleh karena itu, dari kekekalan, Ia telah menetapkan Kristus untuk menebus dosa manusia (Kejadian 3:15). Tetapi realisasi rencana-Nya ini belum kelihatan sampai genap waktunya. Sebelum Kristus diutus, Allah mewahyukan Taurat sebagai Penuntun tingkah laku bagi umat pilihan-Nya, Israel sehingga mereka tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri atau mengikuti ilah-ilah asing di sekitar mereka. Tetapi sayangnya, bangsa Israel tegar tengkuk, sebentar mereka taat kepada Tuhan, selanjutnya mereka tidak taat, sehingga mereka harus dihukum oleh Allah melalui bangsa-bangsa lain yang menawan mereka di tempat pembuangan. Di dalam pembuangan, bangsa Israel menangis dan bertobat serta minta ampun kepada Tuhan, maka Ia melepaskan mereka, tetapi setelah itu mereka kumat kembali, tidak taat kepada Tuhan, sehingga mereka dihukum oleh Allah lagi. Hal ini terus berlanjut, sampai sebelum Kristus berinkarnasi, ada suatu momen di mana bangsa Israel benar-benar bertobat dan memegang perjanjian Taurat. Tetapi sayangnya, pertobatan mereka tidak tulus, karena mereka bertobat sambil menambah jasa baik, yaitu dengan menambah-nambahi Taurat dengan peraturan-peraturan yang memberatkan, padahal inti Taurat adalah kasih (Matius 22:37-40). Mereka mengira bahwa dengan menjalankan semua yang diatur di dalam Taurat, maka mereka pasti selamat. Oleh karena itu, Paulus dengan jeli dan teliti mengaitkan dan menjelaskan bahwa kebenaran keadilan Allah bukan terbatas pada Taurat, tetapi melebihi Taurat. Dengan kata lain, bukan dengan menjalankan Taurat, manusia diselamatkan dan mengenal Allah yang sejati. Mengikuti kesalahpahaman interpretasi para ahli Taurat, banyak agama dunia juga mengajarkan bahwa dengan menjalankan syariat-syariat tertentu, manusia diselamatkan. Benarkah demikian ? TIDAK. Mengapa ? Karena manusia yang berdosa sangat tidak masuk akal dapat berbuat baik (di mana perbuatan baiknya itu sendiri dicemari oleh dosa) untuk diselamatkan. Tidak ada jalan lain, manusia baru dapat mengenal Allah sejati dan diselamatkan ketika mereka mengenal kebenaran keadilan Allah yang sejati karena hanya Allah lah Sumber Hidup dan Keselamatan manusia. Lalu, apakah wujud kebenaran keadilan Allah itu ?
Pada ayat 22, Paulus menjelaskan wujud kebenaran keadilan itu, “yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.” Paulus dengan teliti menjelaskan bahwa inti kebenaran keadilan Allah sebenarnya adalah kasih yang diwujudnyatakan di dalam Pribadi Yesus Kristus yang menganugerahkan iman kepada umat pilihan-Nya yang percaya. Dengan kata lain, dengan terang Perjanjian Baru, kita baru dapat mengerti bahwa inti Taurat dan kitab para Nabi di dalam Perjanjian Lama sebenarnya sedang menubuatkan Kristus dan karya-Nya yang menebus dosa manusia pilihan-Nya. Dan karya Kristus inilah yang menjadikan kita yang percaya dibenarkan oleh Allah dan dijadikan benar dan adil oleh-Nya. Siapa yang disebut “semua orang yang percaya” ? Apakah berarti semua orang yang mengaku percaya baru dianugerahkan iman oleh Allah ? TIDAK. Di dalam memahami satu ayat Alkitab, kita harus mengerti keseluruhan prinsip Alkitab. Di dalam ayat ini, kata “semua orang percaya” harus dimengerti sebagai umat pilihan yang telah dipilih dan ditetapkan-Nya yang percaya di dalam Kristus (Efesus 1:4-5). Ini berarti anugerah Allah selalu mendahului respon manusia bahkan respon manusia untuk percaya. Inilah yang diajarkan oleh Alkitab dan ditegaskan oleh theologia Reformed ! Umat pilihan-Nya yang telah dianugerahkan iman di dalam Kristus inilah yang baru dapat mengenal Pribadi Allah yang sesungguhnya dan sejati, karena Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kolose 1:15) dan di dalam-Nya berdiam seluruh kepenuhan Allah (Kolose 1:19). Kemudian, bagaimana dengan orang yang tidak percaya ? Apakah mereka pasti binasa ? Bukankah berarti Allah itu tidak adil ? Inilah yang terus dipertanyakan dan diajarkan oleh “theologia” Arminian yang sebagian besar dianut oleh banyak theolog Injili, Pentakosta, dan Karismatik bahwa di dalam pikiran mereka, Allah harus menyelamatkan semua orang karena Allah itu Mahakasih. Ketimpangan ajaran ini disebabkan karena kekurangmengertian tentang atribut-atribut Allah yang bukan hanya Mahakasih, tetapi juga Mahaadil dan Mahakudus ! Allah memang Mahakasih, tetapi Dia juga Mahaadil. Di dalam keadilan-Nya, Ia harus membukakan realita, “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.” (Roma 3:11). Mengapa manusia tidak dapat mencari Allah ? Hal ini dijelaskan Paulus di dalam ayat selanjutnya.
Pada ayat 23 dengan kalimat pembuka di ayat 22b, Paulus memaparkan alasan manusia tidak dapat mencari Allah, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” Terjemahan King James Version (KJV) mengartikan lebih tepat, “For all have sinned, and come short of the glory of God;” Terjemahan NIV mengganti kata come short di dalam KJV ini menjadi fall short. Dari kedua terjemahan ini, ayat ini berarti bahwa alasan manusia tidak dapat mencari Allah adalah karena semua manusia telah berbuat dosa dan mengurangi kemuliaan Allah. Ada beberapa konsep yang dapat kita pelajari dari ayat ini. Pertama, kata “karena”. Kata ini disisipkan pada awal ayat 23 yang menunjukkan bahwa penyebab segala sesuatu yang jahat adalah karena manusia itu berdosa. Bencana alam yang terjadi dewasa ini akibat dari dosa manusia. Ini mengajar kita untuk tidak terpaku pada fenomena, tetapi melihat dan mengerti esensi dari segala peristiwa buruk maupun baik. Kedua, kata “semua orang”. Kata ini berarti semua orang tanpa kecuali baik pria wanita, tua muda, besar kecil, tuan hamba, dll sudah berbuat dosa. Dengan kata lain, dosa sudah meracuni seluruh umat manusia tanpa kecuali. Untuk lebih memperjelas, Paulus mengutarakan maksudnya, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut,… Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman,… Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman,… Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa,” (Roma 5:15-16,18-19). Di sini, Paulus mengemukakan fakta bahwa di dalam Adam, semua manusia yang hidup otomatis sudah berdosa (dosa asal) yang nantinya pasti melahirkan dosa aktual yang dikerjakan sehari-hari di dalam kehidupan mereka. Ketiga, berbuat dosa berkaitan dengan hilangnya atau kurangnya kemuliaan Allah. Kalau manusia dunia berpikir bahwa ketika kita bersalah, maka rupa dan nama kita lah yang tercoreng. Tetapi di dalam Alkitab, Allah menyatakan hal yang sangat berbeda yaitu ketika manusia berdosa, yang sebenarnya tercoreng adalah kemuliaan dan nama Allah, mengapa ? Karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, sehingga ketika manusia berdosa, mereka sedang mencoreng dan mencemari dengan mengurangi kemuliaan Allah. Bagaimana dengan kita? Kita seringkali tidak sengaja (lebih banyak disengaja) mencoreng nama Allah dengan tidak taat atau bahkan mengadopsi teori-teori psikologi dan filsafat atheis yang melawan Allah untuk menjadi prinsip “iman” kita. Ketika kita mencoba melarikan diri dari Allah dengan “melacurkan” iman kita, kita sedang mencoreng nama dan kemuliaan-Nya yang agung di dalam gambar dan rupa kita. Karena semua manusia telah mencoreng nama dan kemuliaan-Nya, maka Allah harus menghukum mereka. Tetapi di sisi lain, Allah tetap mengasihi mereka, karena mereka diciptakan menurut peta teladan-Nya. Oleh karena itu, Ia harus menyediakan jalan lain yang telah ditetapkan-Nya dari semula. Jalan apakah itu ?
Di dalam ayat 24, Paulus menjelaskan jalan yang telah disediakan Allah sebagai wujud kasih-Nya, yaitu, “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Kata “dibenarkan” dalam bahasa Yunaninya bisa berarti dijadikan benar/adil. Dengan kata lain, kita yang tidak benar dan otomatis tidak adil, dijadikan benar dan adil oleh Allah melalui anugerah penebusan di dalam Kristus Yesus. Berarti, jalan yang disediakan Allah sebagai wujud kasih-Nya adalah anugerah-Nya yang membebaskan dan menebus umat pilihan-Nya di dalam Kristus Yesus. Mengapa harus melalui penebusan Kristus, manusia dapat diselamatkan ? Mengapa Allah sendiri yang tidak langsung menghapus dosa manusia ? TIDAK. Allah memang mampu menghapus dosa manusia, tetapi itu berlawanan dengan natur-Nya yang Mahakudus yang membenci dosa. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain, bukan melalui jasa baik manusia diselamatkan, tetapi hanya melalui anugerah Allah di dalam Kristus yang menebus dan menyelamatkan, manusia pilihan-Nya dapat dibebaskan dari kutuk dosa, iblis dan maut serta masuk Surga. Siapakah yang mampu menjadikan manusia berdosa benar dan adil ? Nabi kah ? TIDAK. Hanya satu-satunya Pribadi yang mampu membenarkan manusia, Dialah Kristus Yesus. Bagaimana caranya kita dibenarkan di dalam Kristus ? Dengan cara mengimputasikan dosa kita kepada-Nya untuk ditanggung-Nya di kayu salib dan kebenaran-Nya yang menaati kehendak Allah Bapa diimputasikan kepada umat pilihan-Nya di dalam iman, sehingga umat pilihan-Nya melalui pengimputasian kebenaran Kristus ini mampu mengerjakan dan menggenapkan kehendak Kerajaan Allah di muka bumi ini. Biarlah kita yang telah dibenarkan ini terus-menerus menghargai anugerah ini dengan mensyukurinya dan memberitakannya kepada mereka yang belum menerima Kristus.
Setelah kita merenungkan poin ini, sadarkah kita bahwa kita sebenarnya hina dan layak mati karena semua dosa kita ? Lalu, adakah kita sadar bahwa dosa kita tak mungkin dapat diselesaikan dengan kemampuan kita ? Kalau kita menyadarinya, maka segeralah bertobat dan datanglah kepada Kristus yang telah membenarkan umat pilihan-Nya. Biarlah segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama Allah Trinitas. Soli Deo Gloria. Amin.
No comments:
Post a Comment