04 October 2007

Roma 3:13-14 : BERDOSA TERHADAP ALLAH-2

Seri Eksposisi Surat Roma :
Kasih dan Keadilan Allah-4


Berdosa Terhadap Allah-2

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 3:13-14.

Setelah Paulus memaparkan tentang dosa pikiran di ayat 10 s/d 12, maka kedua ayat selanjutnya, ia memaparkan tentang dosa perkataan yang tidak kalah parahnya dengan dosa pikiran.

Pada ayat 13a, Paulus memaparkan, “Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga,” (bandingkan Mazmur 5:10b) Kata “kerongkongan” diidentikkan dengan tenggorokan (KJV, ISV dan ESV : throat) dan kata “ternganga” diidentikkan dengan terbuka (KJV, ISV dan ESV : open). Sifat dosa perkataan pertama adalah perkataan itu busuk. Kubur adalah tempat dimakamkannya orang meninggal dan jika kubur itu terbuka berarti mayat orang yang sudah meninggal akan keluar bau busuk yang akan dihirup oleh orang lain. Jadi, perkataan manusia berdosa/fasik itu busuk jika keluar/dicium oleh orang lain, mengapa bisa demikian ? Perkataan manusia keluar dari hati manusia, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, “apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.” (Matius 15:18) Perbendaharaan kata yang busuk dari orang fasik menurut Tuhan Yesus keluar dari hati orang fasik yang busuk juga dan itulah yang menajiskan. Di sini, Tuhan Yesus ingin membongkar paradigma orang Farisi yang terikat dengan tradisi yang mengatakan bahwa makan binatang tertentu adalah najis, dll, padahal yang najis bukanlah apa yang dimasukkan ke dalam mulut, tetapi yang keluar dari mulut. Yang keluar dari mulut itulah perkataan-perkataan kotor, menghina, mencemooh, dll. Bagaimana dengan kita ? Kita sebagai orang Kristen, masihkah kita berkata kotor atau mengumpat ketika dalam situasi tertentu (misalnya, kaget, dll) ? Hendaklah kita introspeksi diri, kalau kita masih berkata kotor/busuk, itu membuktikan isi hati kita belum sepenuhnya murni di hadapan Allah. Berusahalah memurnikan hati kita di hadapan Allah, sehingga kita dapat menghasilkan perkataan yang memuliakan Allah.

Selanjutnya, Paulus menjelaskan di ayat 13b, “lidah mereka merayu-rayu,” (bandingkan dengan Mazmur 5:10c) Sifat dosa perkataan kedua adalah menipu. King James Version menerjemahkan ayat ini, “with their tongues they have used deceit;” (=“dengan lidah mereka, mereka menyatakan tipuan;”) English Standard Version menerjemahkan, “they use their tongues to deceive.” (= “mereka menggunakan lidah mereka untuk menipu.”). Terjemahan ESV lebih tepat menunjukkan bahwa orang fasik menggunakan lidah mereka (atas dorongan sendiri) untuk menipu orang. Dengan kata lain, orang fasik selalu berdusta/membohongi orang lain. Tuhan Yesus menegur keras kemunafikan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang menipu orang lain dengan ibadah yang ditonjol-tonjolkan. Mereka beribadah supaya dilihat orang lain sambil menipu diri agar mereka kelihatan “rohani”. Bagi Tuhan Yesus, itu sampah adanya. Di Indonesia, hal ini ditiru persis oleh agama mayoritas di Indonesia yang selalu membuat orang lain berisik dengan suara gaduh dari “ibadah” mereka. Mereka mengklaim diri “melengkapi” agama-agama Semitik, menipu orang lain agar kembali kepada agama mereka, tetapi sejujurnya seperti yang Tuhan Yesus anggap, mereka itu sampah adanya. Bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen ? Apakah kita juga berkata yang menipu? Banyak orang “Kristen” di abad postmodern juga menipu orang lain dengan “jubah agama” mereka entah itu mereka sebagai majelis, pendeta, dll, mereka selalu menganggap diri lebih rohani dari orang lain, karena mereka bisa berkarunia tertentu, dll. Banyak “pemimpin gereja” menipu jemaat dengan perkataan yang seolah-olah kelihatan “Alkitabiah” padahal mendorong jemaat untuk memperkaya diri sang “pemimpin gereja” ini melalui persembahan persepuluhan. Selain itu, orang-orang “Kristen” sendiri dengan mudahnya mau ditipu oleh arus filsafat dunia yang menipu, seperti dualisme, materialisme, dll ditambah aksi Multi Level Marketing (MLM), dll yang menipu untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. “Tipuan” itulah yang gemar dikerjakan setan (Yohanes 8:44) dan kroni-kroninya (Ayub 15:35 ; Amsal 10:32 ; 12:20), tetapi herannya malah disukai oleh manusia gila termasuk banyak orang “Kristen” di dalamnya. Perjanjian Lama jelas mengajar hal ini. Di dalam Yeremia 14:14, Allah bersabda, “Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.” Konteks ayat ini sedang berbicara mengenai hukuman Allah bagi bangsa Israel yaitu datangnya musim kering, tetapi para nabi palsu datang mengajarkan “theologia” kemakmuran dan ajaran inilah yang disebut oleh Allah sendiri sebagai tipuan. Sebagai hukumannya, para nabi harus menanggung hukuman dari Allah (baca Yeremia 14:15). Selanjutnya, di dalam 1 Korintus 6:10, Paulus menyatakan bahwa manusia yang bertindak jahat, salah satunya penipu tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Oleh karena itu, marilah kita sebagai orang Kristen sejati meninggalkan segala tipuan dan kembali kepada Allah sebagai Sumber Kebenaran, seperti yang diajarkan di dalam Amsal 8:13, “Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.” Beranikah kita berkata tegas seperti yang Salomo ajarkan ini ?

Di ayat 13c, Paulus melanjutkan, “bibir mereka mengandung bisa.” Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menambahkan kata “menyemburkan fitnah” pada ayat ini. Jadi, sifat dosa perkataan ketiga adalah kata yang memfitnah. Ada orang berkata “memfitnah lebih kejam dari membunuh”. Ini benar, karena memfitnah itu dilakukan secara diam-diam, menusuk dari belakang, meskipun kelihatan dari luar orang yang memfitnah itu manis perkataannya. Pada taraf yang mengerikan, memfitnah bisa berakibat orang yang difitnah bisa marah dan akhirnya membunuh orang yang memfitnah. Fitnahan bisa menimbulkan pertengkaran dan perselisihan yang keji dan tidak jarang mengakibatkan pembunuhan. Apakah kita sebagai orang Kristen juga ikut-ikutan memfitnah orang lain ? Saya sering mendengar banyak “pemimpin gereja” khususnya dari gereja-gereja kontemporer yang pop sering memfitnah banyak gereja Protestan sebagai gereja yang tidak ada “roh kudus”, dll. Fitnahan ini didasarkan pada tidak adanya bahasa lidah seperti yang mereka ajarkan di dalam gereja mereka. Apakah fitnahan mereka benar ? TIDAK. Fitnahan itu sangat tidak bertanggungjawab. Fitnahan tersebut sama seperti menghujam saudara seiman dari belakang. Fitnahan tersebut tak mungkin menghasilkan perdamaian, apalagi pertobatan. Fitnahan ini terjadi karena adanya unsur iri hati atau pemaksaan kehendak yang menggunakan “Alkitab” sebagai “dasar”nya, padahal Alkitab tersebut sudah dimanipulasi supaya cocok dengan dirinya sendiri. Maka dari itu, sudah seharusnya orang Kristen tidak lagi gemar memfitnah, tetapi saling mengasihi dengan kasih yang bertanggungjawab yang tidak meniadakan konsep keadilan dan kebenaran ! Alkitab mengajarkan, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:31) dan “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal…Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” (1 Petrus 1:23 ; 2:1)

Pada ayat 14, Paulus mengungkapkan, “Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah,” (bandingkan dengan Mazmur 10:7a) Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menambahkan arti, “penuh dengan kutuk dan kecaman,” King James Version (KJV) hampir sama menerjemahkan, “full of cursing and bitterness:” (penuh dengan kutukan dan kepahitan). Inilah sifat dosa perkataan keempat, yaitu perkataan yang mengutuk. Bangsa Israel adalah bangsa yang gemar mengutuk orang lain sebagai orang “kafir” karena tidak mengenal Taurat. Kegemaran ini ditiru oleh orang-orang yang beragama mayoritas di Indonesia. Perkataan mengutuk timbul bukan dari sifat kasih, tetapi sifat mendendam. Perkataan yang mengutuk seringkali menjatuhkan orang lain sehingga mereka makin lama semakin rendah diri dan akhirnya mungkin bisa bunuh diri atau mungkin orang yang dikutuk akan balas mengutuk. Yang pasti adalah hasil dari perkataan yang mengutuk itu tidak baik. Raja Daud berkata di dalam Mazmur 109:17 bahwa orang fasik “cinta kepada kutuk--biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat--biarlah itu menjauh dari padanya.” Berarti, perkataan yang mengutuk adalah kegemaran orang fasik, dan bukan bagi orang percaya. Bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen ? Apakah kita sering mengutuki orang lain sebagai orang “kafir” ? Kalau kita melakukan hal ini, kita tidak jauh berbeda dengan para ahli Taurat dan orang Farisi. Kutukan dan kecaman tidak membuahkan hasil, tetapi sebagai orang Kristen yang telah dibebaskan dari kutuk dosa, marilah kita mengasihi orang lain bukan membenci mereka, tetapi kutuklah dosa yang mereka perbuat (jangan dibalik). Semua dosa harus dikutuk, tetapi kita harus mengasihi orang yang berbuat dosa agar mereka kembali kepada Kristus.

Marilah kita yang telah ditebus oleh Kristus meninggalkan 4 dosa perkataan yang bersama-sama kita telah renungkan di atas dan kembali kepada Kristus Sang Firman (Word), sehingga apa yang kita katakan sesuai dengan kehendak-Nya. Soli Deo Gloria.

No comments: