12 June 2007

Roma 1:28-32 : MURKA ALLAH TERHADAP KEBEBALAN MANUSIA-3

Seri Eksposisi Surat Roma :
Realita Murka Allah-5


Murka Allah Terhadap Kebebalan Manusia-3

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 1:28-32


Pada ayat 24-32, saya membagi murka Allah kepada kebebalan manusia menjadi tiga bagian, yaitu murka Allah yang menyerahkan mereka kepada keinginan hati yang jahat/cemar (ayat 24), hawa nafsu yang busuk (ayat 26) dan pikiran-pikiran yang terkutuk (ayat 28). Pada bagian ini, saya akan membahas murka Allah bagian ketiga yaitu Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang terkutuk. Pada ayat 28, Paulus mengajarkan, “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:” Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “Oleh sebab manusia tidak merasa perlu mengenal Allah, maka Allah membiarkan pikiran mereka menjadi rusak, sehingga mereka melakukan hal-hal yang mereka tidak boleh lakukan.” Bukan sekedar hati, hawa nafsu, mereka juga merasa diri hebat, pintar, maka tidak perlu (atau tidak suka) mengenal Allah. Orang-orang Roma yang menjadi tujuan surat ini dialamatkan adalah orang-orang yang terpengaruh oleh filsafat-filsafat Yunani, dari Plato, Aristoteles, dll, maka mereka menganggap diri mereka pintar, berbijaksana, hebat, dll. Di abad postmodern ini, hal ini tetap ada bahkan lebih menggila. Mereka bukan hanya merasa tidak perlu mengenal Allah, mereka bahkan merasa bahwa diri mereka adalah “Allah” (pengaruh Gerakan Zaman Baru yang beridekan pantheisme terselubung). Orang seperti demikian sudah merasa diri pintar dan pasti merasa tersinggung bila ada orang lain yang menghinanya sebagai orang bodoh. Bagi mereka yang katanya “pintar” (karena sudah menempuh studi S-2 bahkan Ph.D. di USA, Singapore atau luar negeri lainnya), Allah itu nun jauh di sana dan tidak berhubungan dengan dunia natural ini (pengaruh dualisme Yunani yang memisahkan hal-hal supranatural dan hal-hal natural dan pengaruh filsafat deisme). Tidak heran, banyak dosen-dosen bahkan yang mengaku diri “Kristen” bahkan “melayani ‘tuhan’ (atau hantu?)” berani mengatakan dengan tidak bertanggungjawab bahwa religion (agama) dengan science (pengetahuan) tidak ada hubungannya. Apakah orang yang mengatakan ini patut disebut “Kristen” ?! MUTLAK TIDAK ! Mereka sebenarnya seorang pemuja deisme (percaya bahwa setelah Allah mencipta, maka Ia tidak memelihara ciptaan-ciptaan-Nya dan menyerahkan ciptaan-Nya untuk dikuasai oleh hukum alam) atau atheis terselubung, yang bertopeng “Kristen” apalagi “melayani ‘tuhan’”. Kalau demikian, apakah mereka “pintar” ? Mungkin menurut ukuran dunia, mereka memang pintar, tetapi di mata Allah : TIDAK. Tuhan Allah membenci hikmat pengetahuan manusia yang sia-sia yang tanpa Allah ! Itu berita Alkitab. Di dalam 1 Korintus 1:25, Paulus berkata, “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” (BIS mengartikannya, “Sebab yang nampaknya bodoh pada Allah, adalah lebih bijaksana daripada kebijaksanaan manusia; dan yang nampaknya lemah pada Allah, adalah lebih kuat daripada kekuatan manusia.”). Di sini, Paulus dengan jelas mengatakan bahwa bagi dunia, hikmat Allah nampak bodoh, padahal yang sebenarnya bodoh itu adalah hikmat manusia yang seolah-olah kelihatan “pintar”. Mengapa Allah mengatakan bahwa hikmat manusia itu bodoh ? Karena hikmat manusia dibangun di atas dasar kehebatan mereka sendiri, padahal sebenarnya hikmat sejati dibangun di atas dasar takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Tetapi sayangnya Amsal 1:7 dibaca oleh orang “Kristen” sambil mengacuhkannya (tidak memperhatikannya), seolah-olah, kalimat itu hanya sekedar klise atau bahasa puitis Salomo. Itulah orang “Kristen” yang sok tahu ! Oleh karena itu, Allah menyerahkan mereka yang sudah berdosa ke dalam pikiran yang terkutuk atau sia-sia. Mereka sebenarnya melalui hati nurani dan alam semesta mengenal Pribadi Allah (meskipun belum sempurna), tetapi akibat dosa, mereka bukannya terus menyembah-Nya, melainkan menyembah ilah-ilah lain lalu dianggap “Allah”. Itulah pikiran manusia yang berdosa ! Allah bukan hanya membiarkan pikiran mereka menjadi rusak, Ia juga membiarkan mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas mereka lakukan. Pikiran yang tidak beres pasti menghasilkan tindakan-tindakan yang tidak beres. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, jangan terjebak oleh fenomena-fenomena yang menipu, berusahalah melihat esensi di balik setiap fenomena, yaitu pikiran dan hati yang melatarbelakangi suatu tindakan. Daud mengatakan di dalam Mazmur 53:2, “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah!" Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik. ” Dari hati yang sudah busuk yang mengatakan bahwa Allah itu tidak ada, maka kelakuan mereka timbul sebagai hasil akhir dari hati yang sudah busuk. Demikian halnya dengan pikiran. Dari hati yang busuk mempengaruhi pikiran yang jijik dan akhirnya menghasilkan tindakan yang sia-sia. Itulah yang diungkapkan oleh Allah melalui Daud, bahwa perbuatan yang lahir dari hati dan pikiran manusia yang berdosa adalah jijik dan busuk adanya. Tetapi herannya, manusia tidak pernah menyadarinya bahkan menyukainya.

Apa yang Allah katakan jijik dan busuk ini ? Pada ayat 29-31, Paulus menjelaskan, “Hati mereka penuh dengan semua yang jahat, yang tidak benar; penuh dengan keserakahan, kebusukan dan perasaan dengki; penuh dengan keinginan untuk membunuh, berkelahi, menipu dan mendendam. Mereka suka membicarakan orang lain, suka memburuk-burukkan nama orang lain; mereka sombong dan kurang ajar, yang benci kepada Allah dan suka membual. Mereka pandai mencari cara-cara baru untuk melakukan kejahatan. Mereka melawan orang tua; mereka tidak mau mengerti orang lain; mereka tidak setia dan tidak berperikemanusiaan.” (BIS) Mari kita menyelidikinya satu per satu.

Pertama, Alkitab berkata, “hati mereka penuh dengan semua yang jahat, yang tidak benar;” Kata “jahat dan tidak benar” dalam bahasa Inggrisnya unrighteousness (Yunani : adikia ; artinya : kesalahan dalam hal karakter/moralitas) dan fornication (Yunani : porneia ; artinya : perzinahan/penyelewengan). Kata “penuh” identik dengan arti “dipengaruhi” atau “dipenuhi”. Lalu, kata “hati” dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) tidak terdapat dalam terjemahan King James Version (KJV), International Standard Version (ISV), English Standard Version (ESV) dan bahasa Yunaninya. Meskipun demikian saya menafsirkan alasan BIS menggunakan kata “hati”, karena seluruh pikiran dan tindakan yang busuk berawal dari hati yang busuk. Hati yang busuk itu berupa hati yang dipengaruhi oleh kesalahan secara karakter ditambah penyelewengan. Karena hati yang busuk ini, maka tidak heran, pikirannya juga ikut busuk di mana pikiran mereka diwarnai oleh pikiran yang salah/rusak total dan pikiran yang menyeleweng. Dr. Martin Luther pernah berkata bahwa rasio manusia yang berdosa adalah rasio yang melacur. Bagi Luther, rasio diibaratkan seperti pelacur yang menyukai hal-hal yang sebenarnya tidak patut disukai. Itulah rasio manusia yang berdosa yang sementara ini dipuja-puji sebagai standart kebenaran yang “sah”. Semakin rasio ditinggikan, semakin manusia menganggap diri hebat, “pintar”, dll, tetapi rasionalisme (zaman di mana rasio ditinggikan) berakhir setelah Perang Dunia meletus dua kali (1914 dan 1942) yang memakan korban jiwa. Mereka tidak menyadari bahwa rasio manusia itu terbatas. Apa wujud dari pikiran yang jahat dan tidak benar ini ? “penuh dengan keserakahan, kebusukan dan perasaan dengki” Pikiran mereka serakah ingin mencari dan memiliki sesuatu yang tidak sepatutnya mereka miliki. Padahal Allah sudah memperingatkan, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.” (Keluaran 20:17). Lalu, pikiran mereka juga busuk (Inggris : wickedness ; Yunani : ponēria yang artinya kejahatan/kenakalan). Pikiran mereka ini dikatakan nakal atau memiliki moral yang rendah (depravity). Bisa jadi pikiran yang nakal ini mengakibatkan tindakan pencurian, perampokan, dll. Selain itu, pikiran mereka ini juga diliputi oleh perasaan dengki/iri melihat orang lain lebih jaya daripadanya. Kedua pikiran sebelumnya, yaitu pikiran yang serakah dan busuk diakibatkan oleh pikiran yang dipengaruhi oleh perasaan dengki yang tidak mau bersyukur dan puas akan apa yang Allah telah anugerahkan kepada mereka.

Kedua, Alkitab juga berkata, “penuh dengan keinginan untuk membunuh, berkelahi, menipu dan mendendam.” KJV menerjemahkan kata “penuh dengan keinginan” dengan full of envy. Kata “envy” berarti keinginan yang jahat (ill will) atau cemburu/iri hati. Karena tadi mereka serakah, busuk dan iri/dengki, maka mereka mulai menyusun rencana bagaimana caranya untuk merealisasikan pikiran mereka yang busuk itu yaitu dengan cara ingin membunuh, berkelahi, menipu dan mendendam. Padahal Allah sudah memperingatkan, “Jangan membunuh.” (Keluaran 20:13), “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13), “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” (Yakobus 4:2), “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” (1 Petrus 3:10) Keempat ayat Firman Tuhan baik dari PL maupun PB sudah jelas memperingatkan kita untuk tidak melakukan keempat tindakan yang dibenci Tuhan ini, tetapi manusia yang berdosa memang lebih suka mengikuti kata hatinya sendiri ketimbang Firman-Nya, jadi mereka merealisasikan pikiran yang jahat dan tidak benar ke dalam suatu keinginan yang busuk pula.

Ketiga, Alkitab berkata, “Mereka suka membicarakan orang lain, suka memburuk-burukkan nama orang lain;” Budaya gosip dan fitnah rupanya sudah ada pada waktu di Roma. Gosip dan fitnah dimasukkan Paulus ke dalam dosa manusia yang layak dimurkai oleh Allah. Mengapa ? Karena gosip adalah kebiasaan manusia yang buruk yang suka membicarakan orang lain yang belum tentu benar, dan fitnah berarti kebiasaan manusia yang buruk yang dengan sengaja memburukkan nama orang lain. Lalu, apa bedanya gosip dengan mengutarakan fakta ? Seolah-olah kelihatannya sama, tetapi berbeda esensi. Kalau gosip itu membicarakan orang lain yang belum tentu benar dengan motivasi ingin menjatuhkan orang lain, tetapi mengungkapkan fakta sambil menegur dosa itu “membicarakan” orang lain yang sudah tentu benar dengan motivasi agar orang itu bertobat. Bagi Allah, kedua tindakan ini jahat di mata-Nya, karena kedua tindakan ini tidak mengatakan sesuatu yang jujur dan bertanggungjawab, padahal Allah telah memperingatkan, “Jangan memberi kesaksian palsu tentang orang lain.” (Keluaran 20:16 ; BIS).

Keempat, Alkitab juga berkata, “mereka sombong dan kurang ajar, yang benci kepada Allah dan suka membual.” Seorang yang suka menggosip pasti dilatarbelakangi suatu alasan bahwa diri mereka itu lebih baik dari orang yang dibicarakan, sehingga ketika dirinya menggosip, secara implisit ia hendak mengatakan bahwa ia lebih baik, lebih bijaksana, dll daripada orang yang dibicarakan, lalu ia menyombongkan diri. Pikiran yang menggosip menghasilkan pikiran yang sombong dan kurang ajar. Apa wujud pikiran yang sombong dan kurang ajar ini ? Pikiran yang sombong ditandai dengan pikiran yang dipenuhi dengan keinginan suka membual/mengatakan sesuatu yang dilebih-lebihkan, lalu pikiran yang kurang ajar adalah pikiran yang benci kepada Allah atau pikiran yang tidak mau ditundukkan oleh kebenaran Firman Tuhan (Amsal 1:7). Pikiran yang benci kepada Allah ini juga bisa dikategorikan sebagai pikiran yang sombong. Friedrich Nietzsche pencetus God’s Death “Theology” atau “Theologia” Allah Mati bukan seorang yang bodoh, dia seorang yang brilliant, tetapi karena kesombongannya, ia yang adalah anak seorang pendeta, dan pernah belajar theologia akhirnya melawan Allah. Mengapa seorang yang pernah belajar theologia dan anak seorang pendeta bisa melawan Allah ? Karena mereka sombong. Hati-hati, para mahasiswa theologia jangan dikira setelah lulus mereka semua pasti menjadi pendeta yang berkuasa dan bertanggungjawab, bisa jadi setelah lulus banyak dari antara mereka menjadi Nietzsche-Nietzsche kecil yang meneruskan semangat God’s Death “Theology”.

Kelima, Alkitab mengatakan, “Mereka pandai mencari cara-cara baru untuk melakukan kejahatan.” KJV menerjemahkan, inventors of evil things artinya penemu segala sesuatu yang jahat. Pikiran manusia yang sombong dan kurang ajar menghasilkan pikiran yang bukan hanya meniru kejahatan yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain, tetapi menciptakan kejahatan dengan cara-cara yang “brilliant” untuk menipu orang lain dengan cara terselubung agar mereka tidak diketahui oleh orang lain bahkan polisi. Di Indonesia, hal ini sudah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mendarahdaging. Hal korupsi, terorisme, pencurian, dll sudah tidak usah ditanya lagi, kasusnya hampir mewarnai seluruh berita di koran. Hanya di Indonesia saja ? TIDAK. Di seluruh dunia juga demikian. Mengapa ? Karena manusia semakin modern bukan semakin takut akan Tuhan, malahan semakin membenci Allah lalu mencari cara untuk “menghancurkan” Allah dengan cara menciptakan kejahatan sendiri.

Keenam, Alkitab juga mengajarkan, “Mereka melawan orang tua; mereka tidak mau mengerti orang lain;” Mereka yang menciptakan kejahatan akhirnya berdampak kepada perlawanan terhadap orang tua dan bodoh/tidak mau mengerti orang lain. Dampak dari menciptakan kejahatan adalah pertama, melawan orang tua. Orang tua adalah wakil Allah yang dipercayakan untuk mendidik anak-anak di dalam Tuhan. Seringkali, fungsi dan peranan orang tua ini diabaikan, sehingga tidak heran anak-anak bisa memberontak dan melawan orang tua bahkan melawan Allah. Kedua, bodoh atau tidak mau mengerti orang lain. Orang yang sudah menciptakan kejahatan berdampak pada tindakan mau menang sendiri, tidak mau mempedulikan kesusahan orang lain, yang penting dirinya “happy”. Misalnya, orang yang menciptakan kejahatan yaitu dengan mencuri secara halus (korupsi) tidak mempedulikan rakyat jelata yang hidup miskin, dll, yang mereka pentingkan adalah mereka kaya, rumahnya besar, dll.

Ketujuh, Alkitab terakhir mengatakan, ”mereka tidak setia dan tidak berperikemanusiaan.” Seorang yang sudah melawan orang tua dan bodoh/tidak mau mengerti orang lain pasti seorang yang tidak setia dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Pertama, tidak setia atau berkhianat. Seorang yang sudah menciptakan kejahatan sendiri lalu tidak mau mempedulikan orang lain seringkali mereka juga tidak mau setia kepada sesuatu yang beres atau dengan kata lain mereka berkhianat terhadap perjanjian (covenant breakers). Bangsa Israel salah satu contoh dari covenant breakers. Mereka tidak setia kepada Allah yang telah membebaskannya dari tanah Mesir, malahan mereka menyembah ilah-ilah lain. Akibatnya, berulang kali Allah menghukum mereka, tetapi mereka tidak juga jera, akhirnya baru setelah Israel mengalami masa pembuangan bertahun-tahun lamanya, mereka akhirnya sungguh-sungguh bertobat. Pertobatan mereka hanya berlangsung sebentar. Pada waktu Kristus berinkarnasi ke dalam dunia, Ia mulai mengajar di usia 30 tahun, bangsa Israel khususnya para ahli Taurat dan orang-orang Farisi penyakitnya mulai kambuh lagi, yaitu menghakimi Yesus dengan Taurat, padahal Kristus adalah Tuhan atas Taurat. Kedua, seorang yang sudah menciptakan kejahatan juga seorang yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Biasanya, mereka pasti menindas orang miskin demi mencari keuntungan sendiri. Itulah prinsip utilitarianistik di dalam ekonomi dan di dalam kehidupan dunia sehari-hari yang anti-Allah.

Terakhir, Paulus di ayat 32 menyimpulkan, “Mereka tahu, bahwa menurut hukum Allah, orang yang melakukan semuanya itu patut dihukum mati. Walaupun begitu mereka melakukan juga hal-hal itu; dan malah menyetujui pula orang lain melakukannya.” (BIS) Sebenarnya mereka mengetahui bahwa hukum Allah sudah melarangnya dan mengenakan sanksi kepada mereka yang melakukannya, tetapi apa yang mereka perbuat ? Apakah mereka taat ? TIDAK ! Mereka bukan saja tidak taat, Alkitab mengatakan, mereka justru melakukan hal-hal demikian dan juga menyetujui orang lain yang melakukannya. Inilah triple dosa manusia. Dosa manusia pertama : sudah tahu, tetapi tetapi tidak taat (tahu secara kognitif), kedua, bukan saja tidak taat, malahan melakukan dan ketiga, bukan saja melakukan, tetapi juga menyetujui (menyenangi) orang lain melakukan sama seperti dirinya yang melakukan. Kepada mereka, murka Allah tiba atasnya.

Hari ini, maukah kita menyadari dosa-dosa kita sebegitu besar seperti yang telah dibahas di atas ? Dosa-dosa yang mematikan tersebut (deadly sin) hanya bisa diatasi ketika Anak Allah turun ke dalam dunia datang untuk menebus kita dari segala dosa yang mematikan itu. Ingatlah, setiap dosa berupahkan maut, maka bertobatlah dari dosa-dosa Anda dan kembalilah kepada Kristus yang menyelamatkan Anda dari dosa-dosa Anda. Amin.

No comments: