12 June 2007

Matius 3:5-8 : LIVE IN TRUST

Ringkasan Khotbah Mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 18 April 2004
Live in Trust

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 3:5-8


Kelahiran Yohanes Pembaptis memang telah direncanakan untuk menjadi pembuka jalan, fore rider bagi Tuhan Yesus. Dia harus terlebih dahulu memberitakan berita yang akan disampaikan oleh Tuhan Yesus, yaitu “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat“ Berita ini tegas dan sangat jelas bahkan tidak memerlukan penafsiran untuk dapat mengerti isi berita tersebut. “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat“ menjadi berita yang kontroversial dan tidak disuka oleh manusia berdosa namun berita ini harus dikabarkan ke seluruh dunia karena merupakan berita inti dari Kekristenan. Merupakan suatu kesalahan fatal kalau orang mau meniadakan berita ini dan orang Kristen yang mau menghilangkan inti berita Kekristenan, ia tidak layak disebut Kristen.
Kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk membawa manusia kembali ke tujuan awal penciptaan, yaitu seluruh hidup manusia hanya untuk memuliakan Dia begitu pula dengan seluruh isi alam semesta harus dikelola manusia dengan bertanggung jawab dan hasil akhirnya hanya untuk kemuliaan namaNya. Dengan demikian manusia tidak mendirikan kerajaannya sendiri tetapi dia menjadi warga Kerajaan Sorga dan manusia akan merasakan kebahagiaan sejati. Misi ini diungkapkan Kristus dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan kepada para murid “Datanglah KerajaanMu di bumi seperti di sorga“. Dunia telah jatuh ke dalam dosa karena itu berita “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat“ sangat dibutuhkan. Sudahkah kita memberitakan berita pertobatan pada dunia? Kalau hari ini kita tidak berani memberitakan berita yang kontroversial ini, apakah kita layak disebut sebagai seorang Kristen sejati?
Tugas setiap anak Tuhan sejati adalah mengabarkan Injil akan tetapi sebelum kita pergi menjadi saksi Kristus, sudahkah kita secara pribadi mengalami pertobatan sejati? Kalau kita sendiri masih hidup bergelimang dosa dan tidak pernah mengalami pertobatan secara pribadi maka kita pasti tidak akan mempunyai kemampuan, keberanian dan kuasa mengajak orang lain untuk hidup dalam Kerajaan Tuhan. Dan akhirnya kegagalanlah yang kita peroleh. Karena itu, sebelum engkau pergi menjadi saksi Kristus, kita harus mengalami pertobatan itu secara pribadi. Dengan demikian kita mempunyai keberanian untuk pergi memberitakan Injil karena Tuhan yang memampukan dan Dia selalu beserta. Dan ingat, hanya Roh Kudus yang dapat mempertobatkan seseorang dan bukan karena fasih lidah dan kepandaian kita maka jangan seorang pun yang memegahkan diri.

Kita menolak pendapat kaum Arminian yang menyatakan bahwa pertobatan seseorang tergantung bagaimana cara kita dan tawaran seperti apa yang kita berikan padanya. Tawaran manis justru tidak dapat mempertobatkan seseorang sebaliknya dia hanya akan menjadi seorang peminta-minta saja. Seseorang akan mengalami pertobatan sejati ketika dia disadarkan akan segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat dan dia mau kembali pada Kristus. Namun, hari ini kita menjumpai gereja-gereja di dunia modern takut untuk menegur manusia akan dosa maka tidaklah heran kalau di dalam gereja kita menjumpai jemaat yang mengikut cara dunia, iblis yang berwajah malaikat. Karena ulah mereka yang mengaku diri “Kristen“ tapi berkelakuan seperti iblis inilah yang membuat dunia sukar untuk bertobat. Kelakuan mereka sangat mempermalukan nama Tuhan. Orang juga kuatir jika memberitakan berita kontroversial: “Bertobatlah Kerajaan Sorga sudah dekat“ terlalu keras maka tidak akan ada orang yang datang. Salah!

Ketika Yohanes Pembaptis memberitakan berita ini, orang berdatangan dari segala penjuru, mengaku dosa dan mereka meminta diri untuk dibaptis (Mat. 3:5-6). Hanya anugerah Tuhan kalau manusia dapat mengakui dosanya dan kembali pada Tuhan. Ini merupakan gambaran orang bertobat sebaliknya orang berdosa akan marah kalau ditegur dosanya karena berita Injil bagi manusia berdosa seperti bau kematian yang menyengat dan mematikan sebaliknya bagi anak Tuhan, menjadi bau yang harum. Namun, berhati-hati dan waspadalah pada mereka yang kelihatannya “bertobat“ bahkan meminta diri untuk dibaptiskan tetapi ternyata semua itu hanya palsu.

Hal ini terjadi di jaman Yohanes Pembaptis dimana orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis. Akan tetapi yang terjadi justru di luar dugaan mereka, bukan pujian yang diterima melainkan teguran yang keras (Mat. 3:7). Kedudukan mereka lebih tinggi dari rakyat biasa maka tidaklah heran kalau mereka berharap mendapat perlakuan khusus dan pujian dari Yohanes Pembaptis. Secara duniawi, orang pasti akan kagum pada Yohanes Pembaptis karena ia yang hanya seorang nabi padang gurun tapi membaptis “orang besar“. Dan orang akan beranggapan Yohanes Pembaptis akan menjadi rendah diri. Tetapi Yohanes bukanlah orang sembarangan yang hanya melihat tampilan luar.

Orang Farisi dan orang Saduki mengerti “Kerajaan Allah“ hanya sebatas materi saja karena itu mereka menginginkan Kerajaan Allah juga ada dalam dirinya. Bukan hal yang salah kalau orang yang bereligius ingin memperkaya religiusitasnya akan tetapi dalam hal ini mereka tidak bertobat. Banyak orang yang berpenampilan seperti seorang teolog tapi ketika melayani yang diidekan bukan pertobatannya melainkan demi untuk kemuliaan diri. Kalimat keras seperti yang diucapkan Yohanes Pembaptis, “Hai kamu keturunan ular beludak“ memang diperlukan untuk orang yang merasa diri bereligius. Ular beludak atau vipers adalah ular yang sangat indah, berkulit keemasan tapi mematikan. Yohanes Pembaptis ingin menyadarkan akan esensi manusia yang sesungguhnya. Biarlah sebagai seorang Kristen sejati, kita perlu mempunyai:
1. Christian Ritual and Christian Essence
Tampilan luar yang indah tentang bentuk Kekristenan tidaklah berarti apa-apa kalau tidak diimbangi dengan esensi Kristen, yaitu kerohanian dan iman yang sejati. Hal inilah yang membedakan Yohanes Pembaptis dengan orang Parisi maupun orang Saduki. Kalau dunia disuruh memilih di antara mereka berdua, dunia pasti lebih memilih orang Parisi atau orang Saduki yang berpenampilan bagus daripada Yohanes Pembaptis, seorang nabi padang gurun yang berpakaian bulu onta. Konsep ini juga pernah terlintas pada Samuel ketika ia hendak mengurapi Daud untuk menjadi Raja Israel. Secara kasat mata, manusia akan berpendapat bahwa Daud yang masih muda dan yang kulitnya kemerah-merahan tidak pantas untuk menjadi seorang Raja Israel. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah: manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Sam. 16:7).
Kalau kita gagal melihat hal yang esensi maka kita akan mudah sekali terkecoh dan tergiur oleh hal-hal yang berpenampilan indah. Kini di dunia modern, orang Kristen pun masih terkecoh dengan tampilan luar sehingga menggeser hal yang esensi, yaitu Firman. Sebagai seorang Kristen, hendaklah kita mempunyai kepekaan sehingga kita tidak mudah terkecoh oleh hal-hal yang secara penampilan luar kelihatan indah. Hal ini bukan berarti kita anti dengan keindahan. Tidak! Akan tetapi biarlah penampilan luar tidak menggantikan hal yang esensi. Yohanes Pembaptis dalam hal ini ia peka. Orang Parisi dan Saduki seharusnya bertobat ketika ditegur, namun Alkitab mencatat mereka tidak pernah bertobat.

2. Christian Repentance & Fear of God
Ritual-ritual agama seringkali dipakai oleh dunia untuk membayar atau menutupi dosa. Bukankah konsep ini tidak beda seperti halnya konsep bisnis? Dunia berpendapat bahwa dosa dapat diselesaikan dengan berbuat baik dan orang dapat masuk surga kalau berbuat baik. Orang memikirkan dan menghalalkan segala cara untuk menutup dosanya, salah satunya menggunakan kedok ritual agama dan aktivitas-aktivitas rohani. Ingat, Tuhan mengetahui pikiran dan motivasi manusia melakukan semua ritual agama atau istilah yang lebih rohaninya “pelayanan“. Tuhan menuntut manusia untuk bertobat supaya dapat masuk dalam Kerajaan Allah. Baptisan tidak dapat menghindarkan manusia dari murka Allah.
Pergi ke gereja setiap minggu bahkan setiap hari dan melakukan berbagai macam pelayanan adalah sia-sia kalau kita tidak ada pertobatan dalam diri kita. Semua ritual agama tidak menyelesaikan murka Allah; ritual agama hanyalah tampilan luar. Tuhan menetapkan Sakramen Perjamuan Kudus untuk dilakukan oleh setiap orang Kristen tetapi Tuhan tidak menetapkan waktunya kapan dan harus berapa kali, setiap minggu, setiap bulan, dan lain-lain. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bisakah kita menjaga kesakralan Perjamuan Kudus ini dan tidak menghilangkan makna dari roti dan anggur sehingga Perjamuan Kudus ini tidak mendatangkan kutuk bagi kita?
Andai, setiap minggu kita melakukan sakramen Perjamuan Kudus apakah kita masih bisa mempunyai hati yang sakral, hati yang gentar ketika hendak menerima Roti dan Anggur? Apakah kita masih mempersiapkan hati dengan sungguh-sungguh sebelum masuk dalam meja perjamuan? Yohanes Pembaptis tajam melihat gejala yang terjadi dimana orang lebih mementingkan ritual ketimbang esensi dari ritual agama karena itu ia menegur dengan keras. Ironisnya, hari ini orang hanya ingin sesuatu yang dari luar kelihatan hebat tapi tidak mau bertobat. Teguran yang keras sangat diperlukan oleh mereka yang hidup di dunia modern yang mempunyai banyak problematik dan tantangan kehidupan yang sangat kompleks.

3. Christian Ritual & Fruitful Life
Alkitab menegaskan bahwa semua ritual agama tidak dapat menyelesaikan dosa. Bagi seorang Kristen sejati, semua ritual agama seharusnya menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan (Mat. 3:8). Buah merupakan bukti dari pertobatan karena orang yang telah lahir baru pasti mempunyai hati yang berubah, sikap dan cara berpikirnya diubahkan. Alkitab tidak menuntut kita langsung sempurna pada saat kita bertobat tetapi Alkitab menuntut supaya kita ada perubahan drastis yang menjadi citra setelah pertobatan itu terjadi. Ini merupakan esensi hidup; dimana ada hidup sejati maka disana pasti ada hidup yang mau taat pada Tuhan. Kalau dulu sebelum kita bertobat, kita selalu melawan kebenaran tetapi setelah menjadi anak Tuhan sejati harus mempunyai tekad untuk hidup taat dan menjadi sempurna seperti Kristus.
Jangan mudah terkecoh dengan mereka yang suka berdebat teologi karena penguasaan teologi yang hebat kalau tidak ada pertobatan, hanyalah sia-sia belaka. Dalam hal ini kaum Liberal sangat suka belajar dan berdiskusi teologi dengan para teolog namun mereka akan marah dan menolak ketika diajak untuk kembali pada Firman. Hati-hati dengan ajaran dari para kaum Liberal yang menganggap Alkitab sebagai buku bacaan biasa seperti buku pada umumnya dan tidak percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat. Orang yang sudah bertobat harus menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan, diantaranya yaitu ketaatan dan kerelaan melayani Tuhan dengan sungguh tanpa mengharapkan pamrih. Sudahkah kita mempunyai hati seorang hamba dalam melayani Tuhan?
Setiap orang Kristen pasti ingin yang terbaik demi untuk mengembangkan tubuh Kristus namun di dalam setiap pemikiran pasti ada perbedaan tapi biarlah perbedaan itu tidak memecah belah tapi justru mempersatukan demi untuk kemuliaan namaNya. Itulah sebabnya, kita memegang prinsip: mereka yang mempunyai usul demi untuk pengembangan pelayanan maka dia yang harus menjalankannya terlebih dahulu. Apakah motivasi kita melayani untuk kemuliaan Tuhan atau kemuliaan diri? Hati-hati pada akhir jaman ini akan ada banyak nabi-nabi palsu yang bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat demi nama Tuhan namun sesungguhnya itu semua hanya demi untuk kemuliaan diri sendiri. Dari buahnyalah kita dapat membedakan yang asli dan yang palsu. Nabi yang sejati yaitu dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga.
Di tengah jaman yang sedang bergolak ini, hendaklah kita menjadi terang dan garam sehingga tidak mempermalukan nama Tuhan. Jangan memakai nama Tuhan atau berkedok melayani tapi sesungguhnya pelayanan itu dilakukan demi kemegahan diri. Hari ini banyak orang yang sepertinya melayani namun sesungguhnya dia sedang berbisnis, ingin mendapat keuntungan dari pelayanan. Dunia selalu berupaya mencemari Kekristenan lalu bagaimana kita menyaring segala macam bentuk ajaran sehingga pelayanan kita tetap kudus di hadapan Tuhan? Hanya dengan Firman Tuhan. Hendaklah masing-masing kita mengoreksi setiap motivasi pelayanan, apakah kita melakukannya untuk Tuhan atau untuk diri? Kalau kita mempunyai motivasi yang benar dalam pelayanan, kita akan merasakan sukacita dan indahnya pimpinan Tuhan. Biarlah kita dipakai menjadi alatNya dan menjadi berkat bagi dunia. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

No comments: