The Geneology (5)
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat 1: 7-17
Hari ini kita kembali merenungkan bagian ketiga, yaitu bagian terakhir dari silsilah Yesus Kristus yang setiap bagiannya ada 14 keturunan (3 bagian x 14 keturunan). Alkitab tidak pernah menuliskan hal-hal yang tidak penting tidak terkecuali silsilah. Orang selalu menganggap bahwa silsilah tidak terlalu penting dan membosankan. Salah! Karena silsilahpun memang Tuhan wahyukan demi untuk kebaikan manusia; ada arti atau makna yang dalam di balik nama-nama tersebut. Jadi, semua yang tertulis dalam Alkitab adalah kebenaran mutlak dan Alkitab tidak mungkin bersalah maka kalau sampai terjadi kesalahan dalam menafsirkan Alkitab, kesalahan ada pada diri kita bukan pada Firman Tuhan. Dunia modern membuat orang Kristen selalu berpikir pragmatis; orang tidak mau berkorban harta dan waktu demi untuk memperoleh kebenaran sejati yang terdapat dalam Alkitab. Orang hanya menginginkan segala sesuatu secara instant. Setiap orang Kristen hendaklah mempunyai hati yang selalu ingin belajar sehingga kita dapat saling membangun dan gereja dapat bertumbuh.
Bukan suatu kebetulan atau tanpa tujuan Matius membagi silsilah Yesus Kristus menjadi tiga segmen di dalam seluruh sejarah perencanaan Allah (Mat. 1:17). Segmen pertama, Tuhan memakai orang-orang patriakh untuk menegakkan umatNya; segmen kedua, Tuhan memakai orang-orang dari keturunan kerajaan; dan segmen ketiga, Tuhan memakai orang-orang yang beriman dan masih setia di tengah-tengah reruntuhan umat Israel setelah pembuangan di Babel. Sejak masa pembuangan, bangsa Israel mengalami masa-masa sulit; mereka dijajah terus menerus sehingga iman mereka terombang ambing dan pada saat yang sama Tuhan berhenti berfirman kurang lebih 400 tahun lamanya. Puji Tuhan, ternyata Allah tidak diam; Ia tetap menjaga sejarah KerajaanNya. Tuhan memilih 14 keturunan yang beriman kokoh dan setia untuk meneruskan garis benang merah sejarah kerajaanNya diantara mereka yang sudah mulai melupakan Allah.
Ayat 17 merupakan titik penghubung antara ayat 16, yang berbicara tentang kehadiran Kristus dengan ayat 18 yang berbicara tentang bagaimana kelahiran Kristus. Beberapa penafsir berpendapat bahwa Matius sepertinya “memaksakan“ angka 14 karena di setiap bagian sebenarnya ada lebih dari 14 nama. Catatan sejarah dalam Alkitab berbeda dengan catatan sejarah manusia. Alkitab hanya mencantumkan nama-nama yang mengandung makna dan mempunyai signifikansi; mereka yang tidak mempunyai nilai akan dihilangkan dari catatan sejarah. Pada hakekatnya, manusia tidak suka bila ditiadakan atau dianggap tidak ada, keberadaannya tidak berpengaruh apapun. Celakanya, kalau keberadaan seseorang tersebut sangat menganggu lingkungan sekitar dan ketika dia tidak ada justru menjadi kelegaan bagi orang di sekitar. Manusia dicipta dengan tuntutan makna karena itu jadikanlah hidupmu penuh makna sehingga nama kita ada dalam catatan sejarah Kerajaan Allah.
Matius ingin menyampaikan berita kebenaran, yaitu perjanjian (covenant) Allah dengan Abraham tetap berlangsung dan digenapi dalam Kristus Yesus. Jadi, Kristus merupakan titik pusat dari covenant karena itu Matius meletakkannya di tengah (ay. 16). Untuk lebih jelasnya, kita harus kembali pada teks Alkitab yang asli yang hanya berisi tulisan, tanpa pasal, ayat ataupun judul maka kita akan melihat ayat 16 berada tepat di tengah antara ay. 1-ay. 25. Adanya pasal, ayat dan judul dalam Alkitab dapat menguntungkan sekaligus merugikan, yaitu memudahkan bagi kita dalam membaca tapi juga dapat memotong pemikiran dalam Alkitab yang sebenarnya mengalir.
Beberapa penafsir berpendapat, angka 14 hanyalah simbol. Dalam beberapa aspek ini bukan sekedar simbol, Matius memang sengaja meletakkan 14 nama di setiap bagiannya. Empat belas keturunan di bagian ketiga dianggap yang paling sulit karena mereka harus mempertahankan imannya di tengah dunia yang sudah mulai kehilangan iman. Pada jaman itu banyak tekanan, ancaman, penjajahan dan konsep-konsep dunia yang mulai menyimpang dari Firman maka tidaklah heran kalau muncul golongan Parisi, golongan Saduki, golongan Herodian, dan lain-lain. Signifikansi Matius mencantum 3 x 14 pada silsilah Yesus Kristus :
1. Gambaran Kesempurnaan (The Perfectness) Pekerjaan Allah.
Di satu aspek manusia mengaku beriman dengan sungguh namun pada saat yang sama manusia seringkali meragukan Tuhan karena pertolongan Tuhan yang datang tepat waktu justru dirasakan sebagai keterlambatan. Pada saat kita tidak bersandar mutlak pada Tuhan maka pada saat itu juga keyakinan, confidence kita mulai goyah sehingga dengan mudah iblis akan menguasai kita. Hati-hati, janganlah engkau merasa yakin bahwa engkau mempunyai iman yang kuat karena pada saat itulah justru menampakkan bahwa imanmu sudah mulai goyah. Iman dan keyakinan merupakan dua hal berbeda. Kalau kita menggabungkan iman dan keyakinan maka kita masuk dalam empirisme dimana pengalaman dianggap sebagai iman. Sesungguhnya, iman menghasilkan pengalaman dan iman menghasilkan keyakinan bukan sebaliknya. Kesalahan yang fatal, kalau kita menggabungkan keduanya seperti yang dilakukan oleh aliran karismatik dan positive thinkers. Orang tidak mengerti definisi iman dan keyakinan dengan tepat maka wajarlah kalau mereka menjadi sesat.
Melalui tulisannya Matius ingin agar para pembacanya mempunyai kebenaran iman sejati yang berobyek pada Kristus yang adalah sempurna. Jangan pernah berpikir bahwa kerajaan Tuhan bisa digagalkan di tengah dunia ini. Tuhan sudah mengatur sejarah kerajaanNya sedemikian rupa dengan sempurna. Allah berfirman bahwa akan datang seorang Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan maka hal itu pasti terjadi. Tidak ada satu manusiapun yang dapat menggagalkan rencana Allah. Dia adalah Allah sang pemilik sejarah; Dialah yang memulai dan yang sekaligus mengakhiri sejarah dunia ini. Janganlah mudah tergoda dengan berbagai macam iman yang ditawarkan dunia. Iman yang ditawarkan dunia tidak akan membawa kita pada kesempurnaan.
Sebagai contoh, Kant mengemukakan bahwa tidak ada satupun obyektifitas iman di dunia yang perlu untuk manusia percayai. Salah! Masih ada obyektifitas iman yang dapat kita percayai, yaitu Firman yang mengajarkan kesempurnaan iman. Matius menawarkan kerajaan surga yang sempurna yang dihadirkan dalam diri Kristus yang adalah sempurna. Kerajaan surga yang Allah janjikan berbeda dengan kerajaan dunia. Sepintas lalu, manusia melihat kesuksesan raja-raja dunia, seperti Saul, Daud dan Salomo. Ternyata masa kejayaan Raja Salomo tidak berlangsung selamanya; kerajaan Israel mulai hancur, terpecah belah dan saling bermusuhan sampai akhirnya nama Yekhonya (bukan raja) yang tertulis dan berakhir di pembuangan. Inikah kerajaan dunia yang dibanggakan oleh manusia? 3 x 14 menggambarkan kesempurnaan total kerajaan Surga; Kristus Juruselamat yang dijanjikan itu lahir.
2. Gambaran Kesempurnaan Total Rencana Allah, Total Planning of God.
Angka 7 mempunyai arti yang sangat istimewa bagi orang Yahudi, 3x14=3x2x7. Angka 7 merupakan gambaran sempurna maka tidaklah heran orang Yahudi sangat suka dengan kelipatan 7. Tuhan mencipta 7 hari lamanya dan Tuhan menguduskan pada hari ke-7. Bahkan sampai hari ini kelipatan 7 menjadi angka sempurna, bukankah dalam kalender ada 7 hari yang dimulai dari Minggu dan berakhir di hari Sabtu? Petrus memulai khotbah penginjilan yang pertama, yaitu berita tentang Kristus Juruselamat pada hari Minggu dan di hari yang sama itu 3000 orang bertobat. Tapi sayang, hari ini justru banyak orang Kristen tidak berani secara terang-terangan memberitakan kebenaran bahwa kita adalah manusia berdosa dan hanya melalui Yesus Kristuslah kita diselamatkan. Orang Kristen ketika memberitakan injil justru menghilangkan inti berita dan mereka justru menawarkan hal-hal duniawi seperti kesembuhan, kemakmuran, dan lain-lain. Iman Kristen yang kehilangan esensi Kristus bukanlah iman sejati.
Angka 6 menggambarkan manusia yang dicipta pada hari ke-6; angka 7 menggambarkan kerajaan Allah; angka 3 menggambarkan Allah Tritunggal. Itulah sebabnya Matius memakai angka 3x2x7. Matius mengkontraskan antara angka manusia dengan angka Allah. Angka 666 (enam ratus enam puluh enam) yang tertulis dalam Wahyu melambangkan kesempurnaan manusia. Matius membukakan pikiran para pembacanya agar mempunyai cara pandang yang berbeda, yaitu dari memikirkan hal yang bersifat manusia ke hal yang bersifat Allah. Sejak awal Matius telah memberitakan tentang hal Kerajaan meski kata “Kerajaan“ baru muncul di pasal 3. Tuhan ketika berencana, Dia pasti merencanakan secara totalitas. 3 x 14 menunjukkan tatanan yang simultan yang menggabungkan seluruh aspek dan mencakup semua unsur. Ini merupakan total planning dimana Tuhan merencanakan kerajaanNya.
Manusia yang tidak mau taat pada rencana Allah maka dia akan terbuang dari sejarah. Pembentukkan Kerajaan Allah harus melewati sejarah yang bersifat totalitas. Cara Tuhan membentuk hidup anak-anakNya sangatlah unik; terkadang Tuhan mengijinkan manusia untuk mengalami kesusahan dan penderitaan terlebih dahulu sebelum ia mengalami kesuksesan. Tuhan membentuk Musa, Daud, Yusuf dan masih banyak lagi melalui penderitaan dan tantangan berat sebelum akhirnya mereka menjadi berhasil dan mempunyai hidup yang bernilai. Hal ini sangat disadari Socrates bahwa hidup yang tidak teruji tidak layak untuk dihidupi, unexamined live unworth living.
Seseorang dapatlah dikatakan “sukses” bila: pertama, dapat melewati setiap ujian dalam hidupnya. Hal ini tidaklah mudah hanya kekuatan Tuhan saja yang dapat memampukan kita. Tetaplah bertahan dalam iman kepada Yesus Kristus meski kita berada dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Jangan pernah berkompromi dengan iblis. Ingat, saat kita mengalami ujian dalam hidup, Tuhan tahu seberapa kekuatan kita (I Kor. 10:13). Tuhan memberikan batasan pada iblis ketika Ayub hendak dicobai. Kita tidak akan pernah tahu seberapa kekuatan iman kita kecuali kalau kita melewati kesulitan tersebut. Kedua, tidak menjadi lupa diri ketika ia berada di kesuksesan. Setiap orang pasti ingin sukses akan tetapi kesuksesan tanpa disertai iman yang kuat akan membuat kita mudah jatuh dalam dosa. Pada umumnya, orang akan beriman dengan sungguh ketika ia berada dalam kesusahan tapi ia akan melupakan Tuhan ketika berada dalam kesuksesan. Jangan pernah berpikir bahwa kekayaan menjadikan hidup kita nikmat. Tuhan akan memberikan kekayaan ketika Dia merasa kita sudah cukup kuat menanggungnya dan Tuhan tahu sampai dimana kekuatan kita. Fakta menunjukkan kekayaan tidak membuat hidup menjadi nikmat tetapi justru mematikan iman, merusak hubungan antar manusia, dan membunuh diri kita sendiri. Karena itu, benarlah kalau Tuhan Yesus mengajarkan berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya supaya kita tidak mencuri dan mencemarkan nama Tuhan atau kita tidak menyangkali Tuhan ketika kita kenyang (Ams. 30:8-9).
Sejarah adalah ceritanya Tuhan, history is His story. Sejarah selalu mempunyai 2 unsur, yaitu sejarah utama dan sejarah figuran. Kita berada di posisi yang mana? Kalau kita ingin menjadi pemeran utama dalam sejarah Kerajaan Allah maka taatlah dan bersandarlah hanya kepadaNya; Ia akan membentuk hidup kita secara total. Sayangnya, hari ini banyak orang tidak suka untuk dibentuk; kita mulai melarikan diri dari Tuhan. Ingat, setiap penderitaan yang kita alami memang Tuhan maksudkan untuk membentuk kita supaya semakin serupa Kristus. Iman Kristen bukanlah iman yang fanatisme akan tetapi kita tahu dengan pasti kenapa kita hanya beriman pada Kristus, the King of kings yang diturunkan dari 3x14. Karena itu jangan pernah sekalipun imanmu goyah dan meninggalkan Tuhan supaya penuh sukacitamu. Kristus adalah Raja di atas segala raja maka Dia pasti memperhatikan dan memelihara setiap umatNya. Dan hanya Kristus satu-satunya kekuatan dan Juruselamat yang kepadaNya kita dapat berharap. Amin. ?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2004/20040222.htm
No comments:
Post a Comment