Pemikiran Signifikansi Pendidikan
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Memilih sekolah bagi anak-anak, ataupun memilih sekolah bagi diri kita untuk berbagian di dalamnya, entah sebagai pendidik, sebagai pendukung, dll, bukanlah hal yang sepele.
Namun sebelumnya, kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, seberapa jauh kita melihat kepentingan ini ? Bukankah banyak orang yang berpikir, bahwa menyekolahkan anak di mana saja sama saja ?
Tetapi sebagian orang lagi, begitu serius berjuang agar anaknya bisa diterima di sekolah tertentu, sehingga menimbulkan penggolongan sekolah favorit dan non-favorit. Apakah sekolah favorit langsung dapat dikatakan sebagai sekolah yang tepat dan benar ?
A. Mengapa Perlu Memilih Sekolah ?
Sungguh tidak realistik apabila kita mengatakan bahwa semua sekolah sama. Setiap sekolah memiliki karakteristik dan kualitasnya masing-masing. Ada banyak variabel yang menentukan karakteristik dan kualitas sekolah itu. Mulai dari kualitas guru-gurunya, kekuatan kurikulumnya (sekalipun sepintas kelihatan kurikulumnya sama dengan sekolah lain), fasilitas sekolah, dan penerapan disiplin sekolah. Semua itu akan menentukan sekolah itu akan menjadi sekolah yang bagaimana.
Dengan adanya perbedaan variabel yang ada dalam sekolah, maka kualitas maupun kekuatan sekolah itu menjadi unik. Ada sekolah yang memiliki kekuatan di bidang eksakta, karena memiliki guru-guru yang yang sangat baik untuk mata pelajaran tersebut. Ada juga yang kuat di bidang seni dan olah raga, karena memiliki guru yang baik dan juga fasilitas yang memadai untuk itu.
Kita perlu memilih sekolah, karena sekolah yang berkualitas rendah akan menghambat proses belajar mengajar anak-anak kita. Demikian juga sekolah yang kurang baik, akan membentuk karakter anak kita juga menjadi kurang baik. Biasanya itu ditandai dengan pergaulan yang kurang baik, kehidupan sosial sekolah yang tidak disiplin, masuknya berbagai hal buruk ke dalam sekolah, seperti narkoba, film porno, dll. Lebih tajam lagi, kita perlu memilih sekolah dengan lebih teliti, karena sebagai orang percaya, kita melihat pembentukan iman akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kedewasaan anak-anak kita kelak di dalam menghadapi berbagai godaan dunia.
B. Bagaimana Memilih Sekolah ?
Ada banyak artikel bertema sama. Dan artikel ini bukan bertujuan memberikan satu tambahan yang memperbanyak koleksi, namun ingin memberikan satu terobosan untuk memikirkan hal yang perlu diperhatikan secara serius.
1. Apa Tujuan Pendidikan ?
Setiap sekolah memiliki filosofinya sendiri di dalam memikirkan dan menggarap pendidikan. Ada pemikiran bahwa pendidikan adalah upaya menjadikan anak itu seperti yang ia inginkan (Alexander S. Neill). Maka pendidikan akan menekankan kebebasan murni kepada anak. Ada pendidikan menekankan kreativitas (Jean Piaget). Di sini kemampuan kreativitas dan pendalaman pengetahuan menjadi tekanan penting. Dan masih banyak tujuan pendidikan lainnya, seperti untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha, menjadi alat politik pemerintah, atau bahkan untuk menjadi alat agama. Namun, pendidikan sejati adalah membawa anak menadi seorang rohani. Menjadi rohani bukan berarti menjadi rohaniawan, pendeta, penginjil, atau sejenisnya (meskipun itu tentu termasuk), tetapi menjadi orang yang tahu apa yang Tuhan inginkan dari dirinya dengan mengembangkan semua yang Tuhan berikan kepadanya sebaik mungkin melalui studi yang dilewatinya. Anak-anak diharap belajar untuk bisa memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama manusia, bagi bangsa dan negaranya. Sekolah seperti ini sangat langka pada zaman seperti sekarang ini. Jika tidak, pendidikan justru akan menjadikan manusia-manusia yang hanya memikirkan dirinya, kepentingannya, kesuksesannya, dan akhirnya hidup moralnya rusak, merugikan orang lain, merusak dan menghancurkan masyarakat, bangsa dan negara.
2. Apa Sifat Pendidikan ?
Pendidikan banyak yang hanya menekankan aspek-aspek intelektuallitas, karena variabel kesuksesan pendidikan modern kebanyakan diarahkan pada kesuksesan material. Orang sukses jika setelah sekolah ia nanti menjadi kaya, menjadi trilyuner dan dengan demikian akan terpandang di masyarakat. Inilah nilai-nilai masyarakat yang akan membangun sifat atau karakteristik pendidikan. Seluruh pendidikan diarahkan ke arah orientasi bisnis. Maka banyak sekali pendidikan sekarang yang juga di titik awal berorientasi kepada uang.
Seorang pakar pendidikan dan pendiri seminari terkenal di Amerika Serikat, Prof. Cornelius Van Til, Ph.D., menekankan bahwa sekolah yang baik harus mengerti dengan tepat siapa manusia, karakteristiknya, dan tujuan keberadaannya. Manusia bukan budak materi dan bukan alat kerja seperti seekor binatang. Manusia adalah makhluk unik yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah, tetapi telah jatuh ke dalam dosa. Itu berarti pendidikan mengacu pada pembentukan manusia secara utuh, agar ia bisa kembali menggenapkan apa yang Allah maksudkan. Namun, pendidikan menurut beberapa pakar saat ini dipersempit hanya sebagai sekolah, yaitu lembaga yang memberikan informasi, memberi pengetahuan, agar anak memiliki kemampuan intelektual dan sosial agar bisa hidup di masyarakat. Aspek spiritual, aspek mental, aspek moral, tidak mendapatkan porsi yang cukup dibandingkan dengan porsi intelektual, keterampilan dan sosial.
Seorang filsuf dan guru besar terkenal, Dr. Nicholas Wolterstorff, menekankan bahwa pendidikan adalah untuk membentuk hidup dalam arti yang sesungguhnya, baik segi natur manusianya, pertumbuhannya, perannya, dan juga penggenapannya. Itu terlihat jelas dari judul bukunya, Educating for Life. Teriakan ini berusaha mengajak banyak orang tua dan pakar pendidikan mengevaluasi kembali seluruh pendidikan yang ada, dan sekaligus memilih pendidikan atau sekolah yang tepat untuk membentuk anak-anak, calon-calon pemimpin masa depan. Kita perlu memilih sekolah yang paling bisa membawa anak kita kembali menjadi manusia sejati, karena di situlah pusat pendidikan. Pendidikan bukan untuk uang atau dunia, tetapi menjadikan manusia kembali menjadi manusia sejati seperti yang Allah kehendaki. Kita perlu memilih sekolah yang paling bisa membentuk anak-anak kita kembali menjadi manusia yang sejati, karena di situlah pusat pendidikan !
3. Apa Peran Pendidikan ?
Seorang manusia dicipta oleh Tuhan dengan rencana yang unik dan khusus. Ia diberi talenta dan perlengkapan khusus, kelebihan dan kekurangan yang unik, semua itu demi untuk menggenapkan apa yang Allah ingin kerjakan di dalam dan melalui dirinya. Bagaimana sekolah tertentu yang tepat bisa mendidik dan mengembangkan apa yang Allah berikan, yang nantinya bisa dikembalikan untuk kemuliaan Allah. Saat ini begitu banyak sekolah yang membawa anak menjadi alat manipulasi, sebagai pemuas obsesi, dari sekolah, dan orangtua, dari negara, dari kebutuhan industri, dll, sehingga pendidikan kehilangan peran aslinya, tetapi menjadi, tetapi menjadi alat pelengkap dunia materi dan sarana pemuas nafsu manusia. Seorang pakar pendidikan Indonesia menyatakan bahwa pendidikan mempersiapkan anak agar bisa memainkan peranannya secara tepat dalam tugas hidupnya, baik untuk melaksanakan tugasnya sebagai pekerja, maupun tugas hidup sebagai manusia. Di sini kita melihat, sekalipun terlihat baik, tetapi akhirnya manusia hanya mempersiapkan diri melalui sekolah menjadi pekerja bagi kebutuhan dunia. Dari situ, pendidikan merekayasa beberapa model pendidikan.
Peran sekolah yang baik adalah menyadarkan dan memperlengkapi anak agar anak itu sadar panggilannya di hadapan Allah dan berjuang seumur hidup untuk menggenapkan panggilan itu. Sekolah yang sedemikian akan membawa anak pada suatu kualitas hidup dan kerja yang bukan berstandar diri atau masyarakat, tetapi berstandar kebenaran dan sifat Allah sendiri. Di sini peranan pendidikan tidak sesederhana yang biasa dipikirkan manusia. Itu sebab, manusia cenderung menurunkan standard ini, dan mengalihkan perhatian pada insan pendidikan, para intelektual pendidikan dan orang tua untuk kembali memikirkan pendidikan yang baik bagi anak-anak. Kini kita terpanggil untuk bersama-sama saling bahu-membahu menggarap pendidikan yang baik. Kita juga terpanggil untuk tidak sembarangan menyekolahkan anak kita.
Memang sekolah bukan hal yang murah, tetapi bukan berarti jika sekolah itu penuh dengan segala fasilitas, dengan biaya yang mahal, akan menjamin pendidikan yang baik dan benar. Pendidikan yang baik dan benar akan terlihat dari beberapa hal praktis, yang merupakan implikasi dari beberapa elemen di atas :
· Guru dan Civitas Akademika yang bukan hanya berintelektualitas, berketerampilan baik, tetapi juga memiliki teladan hidup yang baik, yang bisa menjadi contoh hidup bagi anak-anak, dan memiliki kerohanian yang baik. Guru bukan hanya memberikan ilmu, tetapi memberikan hidup. Maka hidup yang rusak akan menjadi teladan yang buruk.
· Kurikulum yang bukan hanya menekankan satu atau dua aspek intelektualitas, tetapi mengarahkan manusia menjadi manusia yang utuh. Memberikan integritas (keutuhan) dan kelengkapan dari aspek spiritual, aspek moral, aspek sosial, aspek intelektual dan aspek emosional. Penilaian pertumbuhan dilihat secara utuh dari kehidupan itu sendiri.
· Kemurnian Motivasi di dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekalipun tidak murah, pendidikan bukan tempat untuk bisnis dan bukan suatu anjang cari uang. Pendidikan adalah pembentukan manusia, sehingga tidak boleh dikomersialkan. Yang justru seharusnya ada adalah pengorbanan dan cinta kasih dalam membentuk manusia. Jika anak didik adalah obyek keuntungan, komoditi yang diperdagangkan, betapa mengerikannya pendidikan !
· Koordinatif di dalam penyelenggaraan pendidikan, di mana sekolah melibatkan orang tua dan juga gereja, sehingga anak tidak mendapatkan opini berbeda dari tiga otoritas berbeda. Perpecahan otoritas akan mengakibatkan kerusakan perkembangan epistemologis dan aksiologis anak. Anak akan bingung apa yang benar dan yang salah, bingung apa yang baik dan tidak baik, dan akhirnya anak akan mengembangkan sifat pluralistik yang tidak peduli pada otoritas manapun.
Kiranya terobosan pemikiran ini bisa membukakan wawasan para pendidik dan juga orang tua untuk memikirkan ulang bagaimana memilih dan membentuk suatu pendidikan yang diambil, baik bagi anaknya, bagi dirinya, maupun bagi kepentingan seluruh umat manusia, bangsa dan negara tercinta ini. Soli Deo Gloria.
Sumber :
Artikel utama pada brosur pendidikan LOGOS yang dicetak untuk pameran pendidikan KIDO tanggal 24 s/d 28 Januari 2007 di Plaza Tunjungan 3, Convention Hall, Lantai 6, Surabaya.
Profil Pdt. Sutjipto Subeno :
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. dilahirkan di Jakarta pada tahun 1959. Beliau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan ketika sedang kuliah di Fakultas Teknik Elektro Universitas Trisakti Jakarta. Menyelesaikan studi Sarjana Theologia (S.Th.)-nya di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta tahun 1995 dan tahun 1996 menyeleselaikan gelar Master of Divinity (M.Div.)-nya di sekolah yang sama.
Setelah pelayanan di Malang dan Madura, sejak tahun 1990 beliau bergabung dengan Kantor Nasional Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII) di Jakarta. Beliau melayani di bidang literatur yang meliputi penerjemahan dan penerbitan buku-buku teologi. Selain itu beliau juga mengelola Literatur Kristen Momentum di Jl. Tanah Abang III/1 (sejak tahun 1993) dan di Jl. Cideng Timur 5A-5B (sejak tahun 1995).
Beliau ditahbiskan sebagai pendeta pada Mei 1996 dan mulai Juni 1996 menjadi gembala sidang GRII Surabaya. Selain sebagai gembala sidang, saat ini beliau juga sebagai direktur operasional dari penerbitan dan jaringan toko buku Momentum dan direktur International Reformed Evangelical Correspondence Study (IRECS), sebuah sekolah teologi korespondensi untuk awam berbahasa Indonesia dengan jangkauan secara internasional. Selain itu beliau adalah dosen terbang di Sekolah Theologia Reformed Injili (STRI) Jakarta dan Institut Reformed di Jakarta.
Beliau juga banyak melayani khotbah dan seminar di berbagai gereja, persekutuan kampus dan persekutuan kantor, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; seperti Yogyakarta, Palembang, Batam, Singapura, Australia dan Eropa (Jerman dan Belanda).
Beliau menikah dengan Ev. Susiana Jacob Subeno, B.Th. dan dikaruniai dua orang anak bernama Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998). Pada tahun 2000, beliau bersama anak-anak Tuhan yang menempuh pendidikan theologia di Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika bergumul masalah pendidikan dan pada tahun 2006, beliau akhirnya mendirikan Pendidikan Reformed Injili LOGOS (LOGOS Reformed Evangelical Education) untuk Playgroup, Kindergarten dan Elementary.
No comments:
Post a Comment