02 June 2013

Resensi Buku-222: MEMBACA DAN MEMAHAMI KITAB WAHYU (Pdt. David Iman Santoso, D.Min.)

Kitab Wahyu adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Baru yang paling menimbulkan banyak tafsiran dan perdebatan doktrinal. Bagaimana kita sebagai orang Kristen dapat memahami kitab ini?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
MEMBACA DAN MEMAHAMI KITAB WAHYU:
Pesan Kristus kepada Gereja-Nya


oleh: Pdt. David Iman Santoso, D.Min.

Penerbit: Literatur Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, 2006



Di bagian awal buku ini, dengan bahasa yang sederhana namun jelas, Pdt. Dr. David Iman Santoso memaparkan latar belakang penulisan kitab Wahyu, struktur penulisan, dan 4 pendapat tentang cara membaca kitab Wahyu. Dari pendahuluan ini, beliau mengarahkan pembaca untuk memahami pesan Kristus kepada Gereja-Nya melalui 7 surat kepada jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia di Wahyu 2:1-3:22. Kemudian, beliau menjelaskan tentang prinsip Kerajaan 1000 Tahun mulai dari 4 pandangan tentang Kerajaan 1000 Tahun, beberapa alasan untuk tidak menafsir Kerajaan 1000 Tahun Secara Harfiah seperti pandangan Premillenialisme, dan beberapa makna Kerajaan 1000 Tahun dan relevansinya bagi orang Kristen di zaman sekarang. Meskipun tidak menjelaskan seluruh kitab Wahyu, namun buku ini sudah cukup menjelaskan poin-poin penting kitab Wahyu dengan bahasa yang mudah dimengerti disertai aplikasi praktisnya bagi orang Kristen di zaman sekarang. Biarlah buku ini dapat mengajar kita untuk memahami kitab Wahyu dengan lebih bertanggung jawab.



Profil Pdt. Dr. David Iman Santoso:
Pdt. David Iman Santoso, S.H., M.Th., D.Min. dilahirkan dalam keluarga Kristen di mana ayahnya juga seorang pendeta. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Hukum (S.H.) bidang Hukum Internasional di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Karena panggilan Tuhan, beliau bertekad mendalami Firman Tuhan dan Theologi Perjanjian Baru di Bible College of New Zealand (BCNZ) di bawah bimbingan Dr. David Stewart; Ridley College, Australia di bawah bimbingan Dr. Leon Morris, dosen kebanggaannya. Kemudian, beliau menyelesaikan studi Master of Theology (M.Th.) bidang Perjanjian Baru di Princeton Theological Seminary, U.S.A. pada tahun 1974. Di Princeton, beliau belajar di bawah bimbingan Dr. Bruce Metzger sebagai supervisor-nya. Sejak itu, beliau mengajar di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang. Pada tahun 1979, beliau kembali ke BCNZ khusus mendalami Perjanjian Baru juga di bawah bimbingan Dr. David Stewart, dosen kesukaannya. Pada waktu itu, beliau juga mengajar sebagai Visiting Lecturer di BCNZ. Pada tahun 1985 melanjutkan studi di School of World Mission, Fuller Theological Seminary dan menyelesaikan program gelar Doctor of Ministry (D.Min.) pada tahun 1987. Setelah itu, beliau sekali lagi mendalami Perjanjian Baru di Golden Gate Baptist Theological Seminary, San Francisco, U.S.A.
Sesudah mengajar di SAAT selama 17 tahun, beliau diundang untuk mengajar di Sekolah Tinggi Theologi Iman, Jakarta dan menjabat sebagai pimpinan di sana selama 11 tahun (1991-2002). Pada tahun 1998, beliau berkunjung ke Regent College, Vancouver, Canada sebagai Visiting Scholar dan mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan Dr. J. I. Packer dan Dr. Gordon Fee di sana. Kini beliau kembali mengajar di SAAT dan menjadi Kepala Program Pendidikan Theologi Mandarin.

No comments: