(Seri Pengajaran Doa Bapa Kami):
“jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga”
(Mat. 6:10b)
oleh: Denny Teguh Sutandio
Setelah mengharapkan kerajaan-Nya datang, maka Kristus mengajar kita agar di dalam doa, kita mengharapkan kehendak Allah itu terjadi di Sorga dan di bumi.
Kehendak Allah tentu pertama-tama ada di Sorga, kemudian baru di bumi. Hal ini penting. Mengapa? Karena:
1. Allah bertakhta di Sorga dan kehendak-Nya adalah kehendak yang kekal yang tidak terikat oleh waktu dan tempat. Kehendak-Nya inilah menjadi dasar bagi kehendak-Nya di bumi ini (bdk. Rm. 12:2)
2. Ketika kita membalikkan urutan ini, lalu menekankan kehendak Allah di bumi, kita merendahkan Allah dan kehendak-Nya yang seolah-olahnya hanya berlaku di bumi dan tidak di Sorga.
Dengan mendoakan “Jadilah kehendak-Mu di Sorga dan di bumi”, maka kita diajar Kristus untuk mengaitkan kekekalan dengan kesementaraan. Dunia ini adalah dunia yang sementara yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita yang hidup di dunia yang sementara harus memandang hidup ini bukan dari perspektif kesementaraan, tetapi dari perspektif kekekalan. Mengapa? Karena:
1. Ketika kita memandang hidup kita dari perspektif kekekalan, kita memiliki visi dan panggilan Allah yang jelas.
Ketika kita memandang dan mengaitkan hidup kita yang sementara ini dengan Allah yang kekal, maka kita sedang berpaut pada Allah yang kekal dan saat itu, kita dimampukannya untuk menangkap visi dan panggilan Allah yang jelas dan khusus bagi kita di mana dunia tidak dapat melihat apa yang kita lihat. Bagi saya, visi adalah cara penglihatan dari perspektif Allah.
Orang dunia tidak mampu melihat dunia dengan baik, karena mereka tidak memiliki penglihatan yang jauh ke depan (mereka hanya melihat apa yang di depan mata/fenomena), tetapi umat pilihan-Nya diberikan suatu visi dari Allah untuk melihat dunia yang berdosa ini dengan kacamata Allah (melihat esensi) dan menanggapi visi itu dengan panggilan-Nya di dalam diri umat-Nya yang menggarami dan menerangi dunia ini.
2. Ketika kita memandang hidup kita dari perspektif kesementaraan, orientasi hidup kita bersifat kedagingan dan temporer.
Sebaliknya, ketika kita memandang hidup kita dari perspektif kesementaraan, maka kita memfokuskan hidup kita hanya pada kedagingan dan hal-hal kesementaraan, sehingga pandangan kita tidak bisa jauh ke depan. Jangan heran, banyak orang dunia dan orang Kristen yang tidak memusatkan iman dan hidupnya pada Allah tidak mampu melihat penyakit dunia ini dengan tepat dan mengobatinya, karena mereka sendiri yang perlu diobati TIDAK mungkin dapat mengobati penyakit dunia yang rusak.
Biarlah kehendak Allah menjadi fokus utama hidup kita sebagai umat-Nya, sehingga melaluinya, nama Allah dipermuliakan. Amin.
No comments:
Post a Comment