17 July 2011
Bagian 3: "DATANGLAH KERAJAAN-MU"
TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA
(Seri Pengajaran Doa Bapa Kami):
“Datanglah Kerajaan-Mu”
(Mat. 6:10a)
oleh: Denny Teguh Sutandio
Setelah kita menguduskan nama-Nya, maka Kristus mengajar kita untuk mengharapkan kerajaan Allah datang. Apa itu Kerajaan Allah? Kapankah itu datang?
Di dalam Perjanjian Lama, Kerajaan Allah dimengerti secara fenomena yaitu Allah yang menjadi Raja yang berdiam di bumi. Kerajaan-Nya itu ditegaskan-Nya di dalam 1 Tawarikh 17:14, “Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaan-Ku untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.” Kata “dia” menunjuk kepada salah satu anak Daud (ay. 11). Lalu, kata “kerajaan-Ku” di ayat 14 jelas menunjuk kepada kerajaan Allah melalui umat Israel yang dimulai dari dibangunnya Bait Suci.
Di dalam Perjanjian Baru, kerajaan Allah/Sorga diperkenalkan pertama kalinya Di dalam Matius 3:2, Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Berita ini juga diulang oleh Tuhan Yesus sendiri di Matius 4:17. Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah adalah kerajaan di mana Allah berdaulat memerintah. Di dalam terang Perjanjian Baru, kita belajar bahwa Kerajaan Allah tidak lagi berbentuk tempat yang jelas/nyata di bumi seperti di dalam Perjanjian Lama, tetapi dimengerti sebagai sebuah kondisi di mana Allah memerintah sebagai Raja baik di Sorga maupun di bumi di mana hal itu direalisasikan oleh Kristus sendiri (Mat. 12:28).
Karena bukan berbentuk tempat di bumi, maka Kerajaan Allah di dalam Perjanjian Baru juga dikaitkan dengan hal-hal kekekalan (Rm. 14:17) dan Injil Kristus sendiri (Kol. 4:11). Di bagian lain, Kerajaan-Nya langsung dikaitkan dengan Sorga (2Tim. 4:18).[1]
Dengan berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu”, kita diajar Kristus langsung untuk mengharapkan kedaulatan Allah sebagai Raja itu datang kepada kita tatkala kita berdoa. Dengan kata lain, kita diajar Kristus untuk mengharapkan Kerajaan Allah itu memerintah atas doa dan hidup kita sehari-hari, sehingga doa dan hidup kita berpusat kepada Allah saja. Dengan mendoakan hal ini, kita dituntut untuk menyerahkan kepemilikan hidup kita kepada Allah sebagai Raja, sehingga hidup kita total dikuasai oleh-Nya. Biarlah hidup kita benar-benar mencerminkan hidup sebagai anak-anak Raja yang merajakan Kristus di dalam hidup kita sehari-hari.
Catatan kaki:
[1] Dalam bahasa Yunani, “di Sorga” di dalam 2 Timotius 4:18 seharusnya diterjemahkan: (Kerajaan) Sorgawi-Nya, karena kata epouranion berbentuk kata sifat (heavenly = Sorgawi).
(Seri Pengajaran Doa Bapa Kami):
“Datanglah Kerajaan-Mu”
(Mat. 6:10a)
oleh: Denny Teguh Sutandio
Setelah kita menguduskan nama-Nya, maka Kristus mengajar kita untuk mengharapkan kerajaan Allah datang. Apa itu Kerajaan Allah? Kapankah itu datang?
Di dalam Perjanjian Lama, Kerajaan Allah dimengerti secara fenomena yaitu Allah yang menjadi Raja yang berdiam di bumi. Kerajaan-Nya itu ditegaskan-Nya di dalam 1 Tawarikh 17:14, “Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaan-Ku untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.” Kata “dia” menunjuk kepada salah satu anak Daud (ay. 11). Lalu, kata “kerajaan-Ku” di ayat 14 jelas menunjuk kepada kerajaan Allah melalui umat Israel yang dimulai dari dibangunnya Bait Suci.
Di dalam Perjanjian Baru, kerajaan Allah/Sorga diperkenalkan pertama kalinya Di dalam Matius 3:2, Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Berita ini juga diulang oleh Tuhan Yesus sendiri di Matius 4:17. Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah adalah kerajaan di mana Allah berdaulat memerintah. Di dalam terang Perjanjian Baru, kita belajar bahwa Kerajaan Allah tidak lagi berbentuk tempat yang jelas/nyata di bumi seperti di dalam Perjanjian Lama, tetapi dimengerti sebagai sebuah kondisi di mana Allah memerintah sebagai Raja baik di Sorga maupun di bumi di mana hal itu direalisasikan oleh Kristus sendiri (Mat. 12:28).
Karena bukan berbentuk tempat di bumi, maka Kerajaan Allah di dalam Perjanjian Baru juga dikaitkan dengan hal-hal kekekalan (Rm. 14:17) dan Injil Kristus sendiri (Kol. 4:11). Di bagian lain, Kerajaan-Nya langsung dikaitkan dengan Sorga (2Tim. 4:18).[1]
Dengan berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu”, kita diajar Kristus langsung untuk mengharapkan kedaulatan Allah sebagai Raja itu datang kepada kita tatkala kita berdoa. Dengan kata lain, kita diajar Kristus untuk mengharapkan Kerajaan Allah itu memerintah atas doa dan hidup kita sehari-hari, sehingga doa dan hidup kita berpusat kepada Allah saja. Dengan mendoakan hal ini, kita dituntut untuk menyerahkan kepemilikan hidup kita kepada Allah sebagai Raja, sehingga hidup kita total dikuasai oleh-Nya. Biarlah hidup kita benar-benar mencerminkan hidup sebagai anak-anak Raja yang merajakan Kristus di dalam hidup kita sehari-hari.
Catatan kaki:
[1] Dalam bahasa Yunani, “di Sorga” di dalam 2 Timotius 4:18 seharusnya diterjemahkan: (Kerajaan) Sorgawi-Nya, karena kata epouranion berbentuk kata sifat (heavenly = Sorgawi).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment