15 December 2010

EKSPOSISI 1 KORINTUS 9:19-23 (5) (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

EKSPOSISI 1 KORINTUS 9:19-23 (5)

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.



Nats: 1 Korintus 9:19-23 (5)


Posisi ayat 23 dalam perikop 9:19-23 masih diperdebatkan oleh beberapa para penafsir. Sebagian menganggap ayat ini sebagai penutup yang sesuai, sedangkan yang lain melihat ayat 23 sebagai tambahan yang ‘merusak’ alur pemikiran di 9:19-23. Yang lain lagi bahkan mengusulkan agar ayat 23 dipandang sebagai permulaan dari perikop sesudahnya (9:24-27).

Keberagaman pendapat di atas memang bisa dipahami. Ada dua poin utama yang memicu perdebatan ini. Pertama, faktor sastra. Pembacaan sekilas akan menunjukkan bahwa ayat 19 dan 22b membentuk sebuah inclusio (bagian awal dan akhir sama) yang indah. Inclusio ini menjadi petunjuk bahwa perikop 9:19-23 seharusnya berhenti di ayat 22b. Keberadaan ayat 23 justru berpotensi merusak struktur sastra tersebut. Kedua, faktor konteks. Ayat 23 sekilas menyiratkan bahwa Paulus sedang membicarakan tentang berkat yang akan dia terima dari pemberitaan Injil yang ia lakukan (“supaya aku memperoleh bagian dalamnya”). Ide ini dianggap tidak sesuai dengan 9:19-22 dan lebih cocok jika dikaitkan dengan 9:24-27 (ay. 27 “supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”).

Sebagaimana akan dijelaskan berikut ini, dua kesan di atas tidak sepenuhnya benar. Walaupun ayat 19 dan 22b memang mengungkapkan ide yang hampir sama, namun ayat 23 tetap memiliki fungsi yang penting dalam pembahasan di 9:19-23. Ayat ini menunjukkan alasan bagi tindakan di ayat 19-22. Kalau sebelumnya Paulus hanya menyatakan tujuan dari tindakan itu, yaitu memenangkan orang lain (ay. 19b, 20, 21, 22a, 22b), sekarang ia menjelaskan alasannya. Seandainya ayat 23 dipisahkan dari ayat 19-22, maka kita akan mengalami kesulitan menemukan fungsi ayat 23 di perikop sesudahnya. Dengan kata lain, ayat 23 lebih pas diletakkan sebagai penutup 9:19-22 daripada pendahuluan 9:24-27.


Gaya Hidup yang Diwarnai Injil (ay. 23a)
Sebagian versi menerjemahkan bagian ini dengan “segala sesuatu ini” (LAI:TB; RSV/NRSV/NIV/NET/ESV), sedangkan yang lain memilih “ini aku lakukan” (KJV/NKJV). Sesuai dengan teks Yunani yang ada, kata “ini” sebenarnya tidak muncul dalam bagian ini. Paulus hanya memakai kata panta (“segala sesuatu”). Ia bisa saja menambahkan kata “ini”, tetapi ia memutuskan untuk tidak melakukan hal tersebut. Hal ini pasti memiliki maksud tertentu. Penambahan kata “ini” akan memberi kesan bahwa Paulus hanya memikirkan tindakannya di ayat 19-22. Ketidakadaan kata “ini” menunjukkan bahwa Paulus sedang memikirkan semua tindakan lain di luar ayat 19-22.

Bagi Paulus, apa saja yang ia lakukan pasti berkaitan dengan Injil, baik pada waktu ia tidak mau menerima tunjangan dari jemaat (9:15-18), ketika ia menghambakan diri kepada semua orang (9:19-23), maupun ketika ia mendisplin diri secara rohani (9:24-27). Tidak ada tindakan apa pun yang terpisah dari Injil. Kita bahkan bisa meyakini bahwa “segala sesuatu” di ayat 23a mencakup hal-hal lain di luar konteks pemberitaan Injil. Apa saja yang kita lakukan, baik makan, minum, atau yang lain, kita harus melakukannya untuk kemuliaan Tuhan (10:31).

Untuk menegaskan poin di atas, Paulus sengaja memakai kata kerja present tense untuk kata “aku lakukan”. Tense ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Paulus sudah menjadi kebiasaan (baca: gaya hidup). Tindakan ini bukan hanya yang berkaitan secara langsung dengan pemberitaan Injil secara verbal. Dalam segala situasi dan segala waktu, Injil selalu menjadi kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan hidup Paulus (driving force). Dalam kehidupan Paulus, Injil bukan hanya menjadi obyek pengetahuan, tetapi perspektif untuk mengetahui segala sesuatu. Injil bukan hanya menjadi salah satu bagian dari hidup Paulus, tetapi seluruh hidupnya adalah Injil.

Di akhir ayat 23a Paulus memberikan tambahan frase “karena Injil” (LAI:TB). Frase ini diterjemahkan sedikit berbeda di berbagai versi. Sebagian memilih “karena Injil” (NET/YLT “because of the gospel/good news”). Sebagian besar menggunakan terjemahan “demi Injil” (KJV/ASV/RSV/NRSV/NIV “for the sake of the gospel/the gospel’s sake”). Alternatif ke-1 menyiratkan alasan dari semua yang dilakukan Paulus (apa yang mendorong Paulus melakukan semua itu?), sedangkan alternatif ke-2 lebih mengarah pada tujuan dari semuanya itu (untuk apa Paulus melakukan itu?). Dari sisi tata bahasa, frase dia to euangelion memang bisa diterjemahkan dengan dua cara di atas. Alternatif mana yang lebih baik? Kita sulit menentukan sekarang, karena jawabannya tergantung pada penafsiran kita terhadap ayat 23b. Berdasarkan kesulitan ini, kita sebaiknya langsung membahas ayat 23b, kemudian kita baru kembali lagi pada pertanyaan ini.


Mengambil Bagian Di Dalam Injil (ay. 23b)
Ayat 23b merupakan bagian yang paling sulit dalam pasal 9. Secara hurufiah bagian ini dapat diterjemahkan “supaya aku menjadi pengambil bagian bersama-sama di dalamnya” (NASB “that I may become a fellow partaker of it”, juga KJV/NKJV). Kata “nya” (autou) jelas merujuk pada Injil. Paulus ingin mengambil bagian di dalam Injil. Bagaimanapun, apa diambil dari Injil tetap tidak terlalu jelas. Apa yang dimaksud dengan “mengambil bagian di dalam Injil”?

Para penafsir mengusulkan 3 alternatif. Pertama, mengambil bagian di dalam berkat-berkat Injil (RSV/NRSV/NIV/ESV/NLT “its blessings”). Pandangan ini merupakan pandangan tradisional dan populer di kalangan para penafsir. Sebagian dari mereka bahkan hanya mengutip pandangan ini tanpa merasa perlu memberikan argumen apa pun, seolah-olah pandangan tradisional ini sudah pasti benar. Beberapa yang memberikan argumen biasanya terbatas pada dua hal: konteks 9:24-27 dan pemunculan kata “mengambil bagian” di Roma 11:17. Mereka yang memegang alternatif ini meyakini bahwa berkat rohani yang dipikirkan Paulus berkaitan dengan kehidupan kekal di sorga kelak (bdk. ay. 27 “supaya jangan aku sendiri ditolak”). Beberapa menduga berkat ini adalah kemuliaan atau upah di sorga (bukan kehidupan kekalnya). Untuk memperkuat dugaan tersebut, mereka mengajukan Roma 11:17 sebagai dukungan. Di teks ini kata “pengambil bagian” diterapkan pada bangsa-bangsa non-Yahudi sebagai cabang zaitun liar yang dicangkokkan ke pokok zaitun dan mengambil bagian dalam akar pohon itu. Pemakaian seperti ini dianggap memberi kesan bahwa cabang itu mengambil keuntungan dari akar pohon. Jika diterapkan pada 1 Korintus 9:23b, mengambil bagian di dalam Injil berarti mengambil keuntungan/berkat dari Injil.

Walaupun pandangan ini banyak dipegang oleh para penafsir, namun argumen yang dipakai tidak terlalu meyakinkan. Seperti sudah disinggung sebelumnya, ayat 23 lebih berkaitan dengan ayat 19-22 daripada ayat 24-27. Ayat 23b tampaknya tidak mengarah pada ayat 27b. Ayat 27b berbicara tentang kehidupan kekal, dan ini tidak mungkin bisa diraih melalui usaha Paulus (bdk. ay. 23 “segala sesuatu aku lakukan...”). Kehidupan kekal adalah anugerah cuma-cuma dari Kristus. Paulus tidak pernah mengajarkan bahwa kehidupan kekal dapat diusahakan oleh manusia melalui cara aapun (Ef 2:8-9).

Seandainya kita menafsirkan “berkat” sebagai kemuliaan/upah di sorga, hal ini tetap tidak menghilangkan sebuah kesulitan yang besar. Inti di pasal 9 adalah kerelaan Paulus untuk tidak menggunakan satu pun hak (9:15-18) dan kebebasannya demi menyelamatkan orang lain (9:19-22). Paulus tidak mengambil keuntungan apa pun dalam pemberitaan Injil. Inti ini akan menjadi mubazir apabila Paulus menutupnya dengan menyatakan keuntungan apa yang menjadi bagiannya sendiri dalam pemberitaan Injil. Penutup seperti ini sangat berkesan egosentris dan bertolak belakang dengan inti di seluruh pasal 9.

Pernyataan ini tidak berarti bahwa pemberita Injil tidak mendapat upah kekal dari Tuhan. Semua pekerja patut mendapatkan upahnya sesuai kadar pekerjaan masing-masing orang (3:9). Bagaimanapun, bukan ini yang sedang dipikirkan Paulus di 9:23.

Kedua, mengambil bagian di dalam pekerjaan atau perkembangan Injil. Pandangan ini secara eksplisit diekspresikan dalam terjemahan NEB “All this I do for the sake of the Gospel, to bear my part in proclaiming it” (juga NLT/NJB). Menurut pandangan ini Paulus di ayat 23b sedang merujuk balik pada tujuan yang dia ulang terus di ayat 19-22, yaitu supaya dia memenangkan/menyelamatkan orang-orang lain. Dengan melakukan segala sesuatu bagi Injil, maka Injil menjadi semakin berkembang.

Konteks pasal 9 secara keseluruhan juga dianggap memberikan dukungan yang meyakinkan. Semua yang dilakukan Paulus di pasal 9 memiliki satu tujuan: supaya Injil jangan terhalang (ay. 12). Jika memang tujuan Paulus adalah “supaya Injil jangan terhalang” (9:12), maka tujuan ini dapat diekspresikan melalui cara lain sebagai “supaya Injil cepat berkembang”. Kesejajaran inilah yang dimaksud Paulus ketika ia mengatakan “mengambil bagian di dalam *perkembangan+ Injil”. Sebagai dukungan tambahan, penganut pandangan ini menyinggung penggunaan kata “pengambil bagian” di Filipi 1:7. Dalam teks ini “mengambil bagian di dalam kasih karunia” dijelaskan dalam berbagai tindakan, yaitu dipenjara karena Injil, membela Injil, dan meneguhkan berita Injil. Walaupun dalam teks ini ungkapan yang dipakai tidak persis sama (“mengambil bagian dalam kasih karunia”, bukan “mengambil bagian dalam Injil”), namun penggunaannya tetap mengarah pada melakukan sesuatu untuk pekerjaan Injil.

Pandangan ini lebih meyakinkan daripada yang pertama. Satu-satunya kelemahan dari pandangan ini adalah kesan pengulangan yang tidak diperlukan. Seandainya Paulus hanya ingin menegaskan bahwa tujuan dari semua yang dilakukan adalah memberikan kontribusi bagi perkembangan/kemajuan Injil, maka hal ini sudah tersampaikan dengan jelas di ayat 19-22. Dalam bagian ini Paulus bahkan berkali-kali mengungkapkan bahwa tujuan dari semua itu adalah pertobatan banyak orang. Dengan kata lain, jika pandangan ke-2 ini diambil, maka ayat 23 menjadi mubazir.

Ketiga, mengambil bagian di dalam hakekat/natur Injil. Inti dari pandangan ini adalah “tindakan Paulus dalam pemberitaan Injil di pasal 9 menyiratkan hakekat dari Injil itu sendiri”. Sama seperti berita Injil tentang Kristus yang rela mengorbankan kemuliaan sorgawi untuk menyelamatkan manusia (Flp 2:5-11), demikian pula Paulus merelakan hak dan kebebasannya demi menyelamatkan orang lain (9:19-22). Sama seperti Paulus telah diselamatkan secara cuma-cuma melalui Injil, demikian pula Paulus sekarang memberitakan Injil secara cuma-cuma (9:15-18). Apa yang dia lakukan dalam pemberitaan Injil sesuai dengan hakekat Injil yang ia beritakan. Pandangan ini sesuai dengan penggunaan kata “mengambil bagian” di Roma 11:17 dan Wahyu 1:7. Inti yang ingin disampaikan Paulus dalam gambaran tentang pohon zaitun di Roma 11:17 bukanlah “cabang mengambil keuntungan dari akar” (kontra pandangan ke-1), melainkan “memiliki persekutuan dengan akar”. Hal ini tampak dari peringatan Paulus bahwa cabang-cabang cangkokan suatau ketika juga bisa dipotong dan dibuang, sehingga yang asli bisa kembali dicangkokkan ke pohon zaitun. Gambaran ini sangat mirip dengan Yesus sebagai pokok anggur yang menuntut murid-murid-Nya tinggal di dalam-Nya (Yoh. 15). Poin penting dalam hal ini adalah “menjadi sama/satu dengan batang/akar pohon”. Dalam Wahyu 1:7 kata “mengambil bagian” juga dipahami dalam arti persekutuan dalam kesusahan. Maksudnya, Yohanes dan penerima Kitab Wahyu berbagi sesuatu yang sama, yaitu kesusahan. Dalam teks ini kata “mengambil bagian” jelas tidak mungkin memiliki arti “mengambil keuntungan dari sesuatu” atau “membuat sesuatu berkembang”. Inti yang ingin disampaikan adalah persekutuan.

Pandangan terakhir ini memang tidak terlalu banyak dipegang oleh para penafsir, tetapi pandangan ini justru yang paling sesuai dengan konteks 1 Korintus 9 secara keseluruhan. Jika ini diterima, maka penekanan Paulus di ayat 23b terletak pada keinginanya untuk menyamakan dirinya dengan hakekat Injil. Paulus tidak hanya mampu memberitakan Injil yang menghidupkan, tetapi juga menghidupi Injil yang ia beritakan. Berdasarkan posisi ini, perbedaan terjemahan di ayat 23a (“karena atau demi Injil”?) dapat dijawab dengan lebih mudah. Paulus lebih memikirkan alternatif yang pertama. Semua yang ia lakukan didorong oleh Injil. Hakekat Injil itulah yang memampukan Paulus melakukan segala sesuatu sesuai dengan Injil yang ia percayai, hidupi, dan beritakan.


Penutup
Salah satu kelemahan terbesar orang Kristen adalah tidak memiliki wawasan dunia Kristen yang terintegrasi. Kita sering kali tidak menyadari bahwa apa pun yang kita lakukan atau pikirkan harus dilihat dari perspektif keberdosaan manusia à penebusan di atas kayu salib à kehidupan yang diarahkan untuk kemuliaan Allah à persekutuan kekal dengan Allah di sorga. Tanpa salib Kristus maka manusia tidak mungkin akan menemukan tujuan hidup yang jelas. Tanpa salib manusia tidak akan memiliki standar kehidupan yang tepat. Tanpa salib manusia tidak akan memiliki nilai hidup yang benar. Biarlah salib Kristus selalu menjadi perspektif kita dalam melihat segala sesuatu. Biarlah kita bukan hanya menjadi pemberita Injil, tetapi sekaligus contoh hidup (living paradigm) dari Injil itu.



Sumber:
Mimbar GKRI Exodus, 8 Agustus 2010
http://www.gkri-exodus.org/image-upload/SER-1Korintus%2009%20ayat%2019-23%20(5).pdf

1 comment:

Francis Lorenzo said...

Artikel yang bagus, akademis pula