14 July 2008

Matius 10:24-25: CHRISTIANITY & PERSECUTION: The True Example

Ringkasan Khotbah : 26 Februari 2006

Christianity & Persecution: The True Example
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 10:24-25



Dunia telah jatuh dalam dosa karena itu, setiap manusia yang hidup di tengah dunia ini tidak akan luput dari penderitaan. Namun Kita telah memahami sebelumnya bahwa penderitaan yang dialami oleh anak Tuhan berbeda dengan penderitaan yang dialami oleh dunia. Tuhan telah mengajarkan kepada kita ketika penderitaan itu datang maka hendaklah kita menjadi bijaksana – kita tahu dengan tepat apa yang menjadi kehendak Tuhan, yaitu kapan waktu yang tepat bagi kita untuk lari dan kapan waktu yang tepat bagi kita untuk berdiam diri dan pada saat itu kita harus tetap berpaut pada Tuhan yang menjadi kekuatan kita.
Kristus datang ke dunia dengan beban yang berat karena Dia harus mentaati kehendak Bapa–Nya; sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya (Ibr. 5:8). Kristus Tuhan Sang Raja hadir ke dunia untuk menjadi teladan indah bagi kita. Kristus adalah Tuhan atas semesta alam dan Dia berhak menepis semua penderitaan dunia namun Dia lebih memilih menderita. Seluruh hidup Kristus merupakan perjalanan via dolorosa. Memang, perjalanan yang dilewati Kristus penuh dengan tantangan dan penderitaan namun di tengah penderitaan itu, Tuhan memberikan janji-Nya yang indah dan menjadi kekuatan bagi kita, yaitu Dia tidak akan membiarkan penderitaan yang dialami oleh murid lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya (Ibr. 10:24). Untuk itulah Kristus hadir di tengah dunia, yaitu untuk menjadi teladan bagi kita. Tidak ada satu pemimpin agama pun di dunia yang mempunyai kesempurnaan teladan seperti Kristus. Hanya Kristus satu-satunya yang berkata, “Ikutlah teladan-Ku karena Aku sempurna adanya.“ KeKristenan adalah satu-satunya yang mendapat contoh teladan iman yang sempurna dari Tuhan Allah sendiri.
Adam pertama telah gagal, ia jatuh ke dalam dosa sehingga seluruh dunia menjadi kacau balau karena kegagalannya itu dan Kristus, Adam kedua datang ke tengah dunia menjadi teladan sempurna bagi manusia di dunia. Janganlah kita disesatkan oleh akal licik iblis yang selalu memutarbalikkan realita dengan mengatakan bahwa manusia barulah dapat hidup di dunia kalau ia menjadi serupa dengan dunia ini dan tidak mungkin bagi manusia untuk hidup serupa Kristus di dunia ini. Salah! Kristus merupakan teladan sempurna.
Dunia mencoba menawarkan jalan keluar bagi kita untuk keluar dari penderitaan dan keterpurukan namun hati-hati, jalan keluar yang ditawarkan dunia berbeda dengan yang Kristus berikan. Jalan keluar yang dunia tawarkan justru akan membuat kita semakin terpuruk dan menderita, tak terkecuali di dunia modern ini, Kekristenan pun mencoba memberikan jalan keluar namun jalan keluar itu tersebut tidak membuat orang semakin dekat Tuhan sebaliknya justru membawa kita pada kebinasaan. Kristus menegaskan bahwa anak Tuhan itu seperti domba di tengah serigala.Merupakan suatu ajaran salah yang menyatakan bahwa orang Kristen tidak akan menderita. Salah! Pertanyaannya sekarang adalah kebenaran yang mana dan kebenaran siapa yang harus kita teladani?
Realita dunia membukakan bahwa hidup di tengah dunia ini penuh dengan kesulitan dan penderitaan namun dengan segala cara dunia mencoba menipu diri dengan menutup-nutupi realita dengan mengatakan bahwa dunia ini tidaklah buruk – dunia ini justru semakin maju dan berkembang. Tidak! Dalam hal teknologi memang dunia sangat maju namun tidak demikian halnya dengan spiritualitas manusia. Dunia telah jatuh ke dalam dosa maka di dalamnya penuh dengan onak duri; manusia mengalami berbagai bencana dan penderitaan, sakit penyakit, dan lain sebagainya. Manusia menjadi egois dan menjadi serigala bagi sesamanya. Orang yang hidup benar justru dianggap salah. Inilah realita dunia berdosa. Realita dunia berdosa ini seharusnya menyadarkan kita bahwa seorang anak Tuhan pun tidak lepas dari penderitaan. Namun ada satu hal yang menjadi kekuatan dan penghiburan kita bahwa Tuhan tidak akan membiarkan seorang murid lebih dari pada gurunya.
Kristus telah menjadi teladan bagi kita, Dia adalah Guru Agung maka kemanapun Guru melangkah maka di sanalah murid juga turut melangkah. Sesungguhnya Kristus yang adalah Allah atas semesta alam mempunyai hak untuk menepis semua penderitaan di dunia namun Dia justru memilih untuk mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia; Dia dihina, dicaci; Dia mengalami sakit, sedih, lapar dan hidup menderita. Sebagai anak Tuhan kita harus menurut teladan Kristus tetapi pertanyaannya sekarang adalah apakah hidup kita juga akan menjadi susah karena kita mengikut teladan Kristus Guru yang Agung itu? Jawabnya: tidak! Alkitab menegaskan mengikut Kristus justru menjadikan kita kuat menghadapi berbagai tantangan dan kesukaran di tengah dunia. Kristus Sang Guru Agung itu telah memberikan teladan indah pada kita – Dia dari Sorga mulia turun ke dalam dunia ke tempat yang paling rendah namun kemudian Dia dimuliakan di tempat yang tertinggi oleh Bapa-Nya. Inilah kemuliaan yang Tuhan berikan pada kita.
Jangan pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran kita kalau mengikut Kristus itu kita akan menderita maka lebih baik tidak mengikut Kristus. Salah! Justru pada saat tidak menjadi murid Kristus itulah kita akan lebih menderita dan hidup kita menjadi hancur. Ada seorang berdoa: Tuhan berikanlah kepadaku hati yang bijaksana supaya aku dapat mengerti kehendak-Mu tapi Tuhan, mengapa Engkau justru memberikan masalah yang bertubi-tubi? Ketika aku berdoa: Tuhan berikanlah cinta kasih supaya aku semakin lebih mengasihi-Mu tapi kenapa Tuhan justru memberikan musuh kepadaku? Orang seringkali berharap Tuhan mengabulkan memberikan apa yang menjadi keinginannya tapi Tuhan bukanlah bawahan kita yang dapat kita perintah sesuai keinginan kita. Tidak! Cara Tuhan menjawab doa berbeda justru ketika kita minta bijaksana Tuhan justru memberikan masalah karena Tuhan ingin kita berpaut dan bersandar pada-Nya dalam menyelesaikan setiap persoalan dan pergumulan itu dan itu menjadikan kita lebih bijaksana. Begitu pula dengan cinta kasih, melalui musuh yang Tuhan sediakan itulah Tuhan justru menjadikan kita memiliki cinta kasih sejati seperti yang Kristus teladankan.
Orang seringkali tidak mau melewati suatu proses sebelum mencapai suatu kesuksesan. Demikian pula dengan iman rohani kita, pertumbuhan rohani itu barulah tampak nyata setelah kita mengalami berbagai-bagai kesulitan terlebih dahulu. Disanalah Tuhan mendidik dan melatih kita supaya semakin bertumbuh dan serupa Dia. Ciri seorang yang mempunyai pertumbuhan rohani yang baik adalah dia tidak mudah dijatuhkan oleh angin bahkan badai sekalipun, ia akan tetap berdiri kokoh karena sebelumnya Tuhan telah melatih dia sedemikian rupa. Socrates sangat menyadari akan hal ini bahwa hidup yang tidak teruji itu tidak layak untuk dihidupi, unexamined live unworth living. Seperti sebuah emas, untuk menjadi emas murni maka ia harus melewati api pembakaran terlebih dahulu. Di tengah dunia yang penuh dengan tantangan dan penderitaan ini, Tuhan ingin setiap anak-anak-Nya mempunyai kekuatan daya tahan sehingga kita tidak mudah digoyahkan dan dihancurkan oleh zaman. Tuhan ingin kita mempunyai iman bermental baja dengan demikian goncangan sedahsyat apapun yang datang menyerang tidak mudah menjatuhkan kita. Inilah iman sejati. Perhatikan, iman sejati tidak terjadi secara mendadak tetapi melalui proses, proses dan proses dan semua itu tidak lepas dari pimpinan Tuhan. Ketika kita meniti jalan salib, via dolorosa itulah saat pendewasaan iman.
Sebagai seorang murid Kristus biarlah kita mempunyai kerelaan hati mengikut dalam jalan-Nya, willingness to follow the path. Kristus mengatakan, “Marilah ikutlah jalan-Ku, ikutlah teladan-Ku;“ Tuhan ingin supaya kita memusatkan pandangan kita hanya kepada Kristus Sang Guru Agung; Tuhan ingin kita berjalan dalam jalan-Nya. Betapa indahnya hidup kita ketika kita berjalan bersama Kristus, kita tidak perlu takut melangkahkan kaki meski jalan di depan penuh dengan semak duri karena kita tahu, jalan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan itu telah dilewati terlebih dahulu oleh Tuhan. Puji Tuhan, kita mempunyai seorang Imam Besar yang telah melewati semua kesulitan dan Dia melewati semua itu dengan sukses maka berbahagialah kita yang ikut di dalam jalan-Nya karena itu menjadi jaminan bagi kita bahwa kita berjalan dan berada dalam jalan yang benar.
Ingat, ketika kita berjalan menurut jalan kita sendiri maka itu menjadi titik awal dari kehancuran kita. Pertanyaannya sekarang relakah kita menanggalkan semua kedagingan dan kenikmatan dunia dan mengikut Kristus? Maukah kita dibentuk dan dipahat oleh Kristus untuk menjadi semakin indah dan semakin serupa Dia? Ketika Tuhan membentuk kita memang, kita akan merasakan sakit akan tetapi buah zaitun mana yang akan menjadi minyak kalau ia tidak ditekan? Buah anggur mana yang tidak diperas akan menjadi arak? Setiap pukulan yang Tuhan berikan pada kita pasti berguna, semua itu demi untuk kebaikan kita, yaitu kita menjadi semakin serupa Kristus.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa penderitaan yang kita alami tidak akan melebihi dari gurunya (Mat. 10:24). Konteks ayat ini adalah penderitaan namun ayat ini seringkali disalah mengerti dan dipakai oleh orang-orang yang tidak ingin disaingi oleh muridnya. Guru yang baik tidak membatasi aspek yang positif, guru yang baik akan sangat bersukacita kalau muridnya lebih pandai, lebih sukses, lebih segala-galanya dari dirinya dan guru yang baik juga tidak akan membiarkan muridnya mengalami penderitaan yang lebih berat lebih dari pada dirinya. Tuhan tidak membatasi aspek positif seseorang sebab Kristus sendiri menegaskan bahwa kalau Aku sekarang telah mengerjakan pekerjaan besar maka ktia akan mengerjakan pekerjaan yang lebih besar.
Ketika Tuhan mendidik dan melatih kita maka tidak ada pelatihan yang kita lewati itu membuat diri kita hancur. Tuhan tahu sampai dimana batasan kekuatan kita – pada saat kita tidak mampu melewati penderitaan dan kesulitan itu maka tangan Tuhan akan menopang kita. Seperti seorang anak yang sedang belajar berjalan pasti ia akan jatuh tetapi orang tua yang baik akan selalu berada di sisinya dan menjagainya dan ketika si anak berada dalam bahaya maka orang tua yang baik akan menolongnya, ia tidak membiarkannya jatuh tergeletak. Tuhan membentuk iman kita melalui berbagai-bagai penderitaan dan kesulitan dengan demikian kita mempunyai kekuatan iman untuk berdiri di tengah zaman yang bengkok ini. Kita tidak akan mudah digoyahkan oleh godaan dunia. Dan tetaplah percaya pada-Nya: Dia tidak akan membiarkan kita melewati berbagai-bagai kesulitan seorang diri saja sebab pada saat yang tepat tangan-Nya yang perkasa akan menolong kita melewati berbagai kesulitan.
Biarlah kita mengevaluasi diri kita masing-masing bagaimana kita menjalani hidup selama ini? Apakah kita senantiasa berpegang pada pimpinan-Nya atau masihkah kita berjalan menurut jalan kita sendiri? Segeralah minta ampun pada-Nya kalau selama ini mungkin kita telah melenceng jauh dari jalan Tuhan. Maukah mulai hari ini kita mau bertekad untuk mengikut pada jalan salib yang penuh dengan penderitaan itu tetapi Tuhan berkenan. Dengan demikian kita dipakai Tuhan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia dan segala kemuliaan kita kembalikan hanya bagi Tuhan semata. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: