19 December 2007

Roma 4:16-17 : IMAN : ANUGERAH DAN JANJI ALLAH

Seri Eksposisi Surat Roma :
Fokus Iman-5


Iman : Anugerah dan Janji Allah

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 4:16-17.

Setelah Paulus membandingkan konsep iman dan hukum Taurat sebagai prinsip dibenarkan lalu memaparkan tentang kegagalan Taurat sebagai syarat untuk dibenarkan, maka Paulus mulai menjelaskan lebih dalam lagi bahwa anak-anak Tuhan dibenarkan bukan hanya dibenarkan melalui iman tetapi iman yang dianugerahkan dari Allah.

Pada ayat 16a, Paulus mengatakan, “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia,” Kata “Karena itulah” dalam terjemahan King James Version (KJV) dan International Standard Version (ISV) adalah therefore (=oleh karena itu). Kata ini menunjukkan bahwa ayat 16 ini merupakan konklusi dan penegasan kembali dari Paulus bahwa kita dibenarkan melalui iman yang adalah anugerah Allah. Lalu, kalimat pada ayat 16a ini dalam terjemahan KJV adalah, “Therefore it is of faith, that it might be by grace;” Dalam terjemahan ini, kita mendapatkan pelajaran bahwa janji Allah bagi Abraham (telah dijelaskan pada ayat 13-15) adalah janji pembenaran oleh iman bagi anak-anak-Nya dan janji Allah ini murni adalah/karena anugerah Allah. Jadi, iman itu sendiri adalah anugerah Allah. Prinsip ini juga diajarkan oleh Paulus di dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Di dalam kedua ayat ini, Paulus lebih tajam lagi melihat dan mengajar bahwa karena manusia dibenarkan melalui iman yang dianugerahkan Allah, maka tidak ada seorangpun yang boleh memegahkan diri karena perbuatan baiknya. Oleh karena itu, semua tindakan Allah adalah tindakan aktif dan tindakan manusia adalah tindakan reaktif/pasif sekaligus “aktif” yang pasif. Artinya, di dalam sejarah keselamatan dan kehidupan umat-Nya, Allah selalu bertindak pertama (aktif), yaitu merencanakan (Allah Bapa), menggenapi (Allah Putra/Tuhan Yesus Kristus) dan menyempurnakan keselamatan (Roh Kudus). Lalu, manusia pilihan-Nya selalu bertindak reaktif terhadap tindakan Allah yaitu dengan iman. Tindakan reaktif ini pun atas inisiatif karya Roh Kudus di dalam hati orang-orang yang telah dipilih oleh Allah sejak kekekalan. Maka segala sesuatu yang terjadi di dalam keselamatan kita adalah murni 100% karya Allah, sehingga kita patut bersyukur kepada-Nya karena Dia adalah satu-satunya Pribadi yang patut dipuji, disembah dan disandari untuk selama-lamanya.

Lalu, di ayat 16b, Paulus melanjutkan, “sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham.” Janji Allah yaitu dibenarkan melalui iman berlaku bagi semua keturunan Abraham. Siapakah keturunan Abraham ? Terjemahan KJV menerjemahkan “semua keturunan Abraham”, “to the end the promise might be sure to all the seed;” Kata “seed” di dalam KJV ini dalam bahasa Yunaninya adalah sperma yang secara khusus berarti remnant (sisa). Sehingga ayat ini seharusnya berkata bahwa akhir janji Allah berlaku bagi sisa-sisa/keturunan Abraham. Mengapa harus sisa, sedangkan terjemahan Indonesia menerjemahkan “semua” ? Kata “semua” bisa disalahtafsirkan dan diartikan semua orang tanpa kecuali, padahal pengertian Alkitab secara menyeluruh mengajarkan bahwa hanya beberapa orang dibenarkan melalui iman. Jadi, bukan semua orang tanpa kecuali yang menerima janji Abraham, tetapi orang-orang yang telah dipilih Allah sejak semula. Sisa-sisa keturunan Abraham ini dijelaskan Paulus bukan hanya mereka yang hidup dari Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Orang-orang Yahudi pada waktu itu tetap percaya bahwa hanya mereka yang dapat mewarisi iman dan berkat Abraham. Tetapi Paulus merombak seluruh paradigma mereka, bahwa yang mewarisi iman dan berkat Abraham bukan hanya terbatas pada orang-orang Yahudi tetapi semua orang dari berbagai bangsa, suku, ras yang menerima iman Abraham.

Apa alasan janji Allah juga berlaku bagi semua orang dari berbagai bangsa, suku dan ras ? Karena, “Abraham adalah bapa kita semua,” Kata “semua” dalam bahasa Yunani bisa berarti semua secara keseluruhan (whole), atau berarti setiap (every). Dengan kata lain, Abraham menjadi bapa/orangtua yang mempersatukan kita semua (umat pilihan) di dalam iman Abraham. Yang sangat disayangkan adalah beberapa penganut “theologia” religionum atau “Kristen” tauhid yang mempercayai ketunggalan Allah menyalahtafsirkan ayat ini lalu mereka berani mengajarkan bahwa Yahudi, Kristen dan Islam adalah agama Abrahamik yang sama-sama menyembah “Allah” yang sama. Ajaran ini sudah menyeleweng dari Alkitab dan sangat menyesatkan. Lalu, apa arti ayat ini yang mengajarkan bahwa Abraham adalah bapa kita semua dan janji Allah diberikan juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham ? Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Galatia pasal 3 ayat 7 mengatakan, “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.” Dengan kata lain, sebagaimana Abraham dibenarkan Allah melalui iman, maka mereka yang hidup dari iman adalah anak-anak Abraham. Iman seperti apakah yang dipegang oleh Abraham ? Jelas, iman kepada Allah Trinitas. Apakah Trinitas sudah diajarkan di dalam Perjanjian Lama ? Bukankah banyak orang “Kristen” hari-hari ini (khususnya para pemuja “Kristen” Tauhid/“theologia” religionum mengatakan bahwa konsep Trinitas tidak ada di dalam Alkitab, maka lebih baik kita memakai konsep ketunggalan Allah daripada ketritunggalan Allah ? Ajaran ini sangat tidak bertanggungjawab. Dari kitab Kejadian 1:26, kata “Kita” yang disebut dua kali dalam terjemahan LAI (disebut tiga kali dalam terjemahan KJV, English Standard Version/ESV dan Bahasa Indonesia Sehari-hari/BIS) sudah menunjukkan ketritunggalan Allah. Jadi, barangsiapa yang beriman di dalam Allah Trinitas seperti Abraham maka mereka disebut anak-anak Abraham. Bagaimana dengan orang-orang Islam yang mati-matian menegakkan Tauhid/Allah yang satu pribadi, apakah mereka termasuk keturunan Abraham ? TIDAK ! Karena mereka tidak mempercayai Allah Trinitas. Lebih dalam lagi, Paulus mengajarkan, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:13-14) Kembali, berkat Abraham dan janji Allah kepada Abraham yaitu dibenarkan melalui iman dapat dinikmati oleh umat pilihan-Nya bukan karena jasa baik mereka, tetapi atas inisiatif dua Pribadi Allah, yaitu Kristus yang telah menebus kita dari kutuk Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita dan Pribadi Roh Kudus yang mengefektifkan karya penebusan Kristus ini di dalam diri umat pilihan-Nya. Dan dua Pribadi Allah ini otomatis didahului oleh rencana kekal Allah Bapa yang merencanakan keselamatan. Sehingga, “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Galatia 3:29) Konklusi terakhir dari Paulus ini mengajarkan hal yang mendalam yaitu ketika kita milik Kristus atau dipilih oleh Allah untuk diadopsi menjadi anak-Nya di dalam Kristus, maka kita pun adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. Janji Allah itu dipaparkan Paulus di dalam Galatia 3:8 yaitu semua bangsa akan menerima berkat dan itu dinyatakan secara jelas serta diterima oleh kita yang hidup sekarang. Jadi, janji Allah hanya dapat digenapi oleh Allah sendiri tanpa perantaraan siapapun dari dunia dan kita sebagai anak-anak-Nya harus mempercayai bahwa janji Allah itu ya dan amin.

Abraham adalah bapa semua bangsa adalah sesuai dengan Kejadian 17:5, “...engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.” yang dikutip di dalam Roma 4:17 dengan mengganti kata “sejumlah besar bangsa” menjadi “banyak bangsa”. Penggantian ini tidak mengubah arti. Kata “telah” menunjukkan bahwa Allah mengganti nama Abram menjadi Abraham bukan karena ia telah berbuat sesuatu yang menyenangkan Allah, tetapi Allah telah menetapkan Abraham menjadi bapa banyak bangsa. Di sini, theologia Reformed selalu memandang Allah adalah inisiator pertama segala tindakan dan keselamatan manusia. Abraham yang telah ditetapkan menjadi bapa banyak bangsa diucapkan “di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.” (Roma 4:17) Di sini, kita mendapatkan penjelasan yang tuntas dari Paulus bahwa Allah yang berjanji kepada Abraham adalah Allah yang hidup dan berkuasa, sehingga tidak ada satu janji-Nya yang gagal atau meleset. Dengan kata lain, janji Allah sangat berkaitan erat dengan sifat dan Pribadi Allah yang jujur, bertanggungjawab, Mahakuasa, Hidup dan Kekal. Sehingga kita sebagai anak-anak-Nya tidak perlu kuatir akan janji-Nya bagi kita. Janji Allah Putra juga dinyatakan kepada kita ketika memberitakan Injil yaitu bahwa Ia akan menyertai kita selama-lamanya (Matius 28:20). Penyertaan-Nya adalah janji-Nya yang dapat diandalkan, sehingga janji-Nya ini harus menjadi sumber dan pedoman hidup bagi kita ketika kita mengerjakan tugas panggilan-Nya di dunia ini. Paulus di dalam suratnya kepada Timotius yang kedua mengungkapkan, “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah… Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” (2 Timotius 1:8,12) Ketika menulis suratnya kepada Timotius, Paulus sedang berada di dalam penjara (lihat 2 Timotius 1:8), tetapi ia tetap dapat menguatkan Timotius tentang pentingnya pemberitaan Injil, pengajaran dan pendidikan bagi jemaat Tuhan sebagai seorang pelayan Tuhan (2 Timotius 4:1-5). Mengapa Paulus dapat memiliki kekuatan ini ? Karena ia percaya bahwa Allah itu kekal, jujur dan setia yang berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadanya hingga pada hari Tuhan. Dengan kata lain, Paulus percaya bahwa Allah itu setia pada janji-Nya dan memelihara janji-Nya yang telah diberikan kepada Paulus hingga pada hari Tuhan. Sebagaimana janji Allah menguatkan iman dan pelayanan Paulus, bagaimana dengan kita ? Apakah kita masih tetap berpegang pada janji Allah yang pasti akan digenapi ? Ketika kita berpegang pada janji Allah, itu membuktikan bahwa kita beriman dan setia kepada dan di dalam-Nya meskipun penderitaan mengancam dan menggoda kita.

Sudah saatnya kita sebagai orang Kristen tidak lagi tertipu oleh rayuan gombal dari dunia dengan sederetan filsafat dan buaian psikologinya, tetapi kita sebagai orang Kristen dan anak Tuhan harus tetap berpegang pada janji Allah yang kekal dan setia, karena Allah kita adalah Allah yang berdaulat mutlak. Maukah kita berpegang teguh pada janji Allah ? Amin. Soli Deo Gloria...

No comments: