12 December 2007

Pendahuluan

Program Baca Buku


Program Baca Buku ini adalah program yang dibuat oleh Denny Teguh Sutandio, S.S., lulusan Universitas “Kristen” Petra dan anggota jemaat Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya.


Mengapa ?
Banyak orang Kristen malas membaca buku di abad postmodern ini mengakibatkan beberapa orang Kristen akhirnya terjerumus ke dalam banyak pengajaran yang tidak bertanggungjawab bahkan tidak sedikit yang akhirnya menjadi penganut Saksi Yehuwa dan Mormonisme yang dianggap bidat. Salah satu cara untuk memperkuat iman Kristen selain membaca Alkitab dan mendengarkan khotbah dari mimbar gereja yang berkualitas adalah mereka didorong untuk membaca buku-buku rohani/theologia Kristen yang bertanggungjawab dan berkualitas. Tetapi fakta menunjukkan beredarnya banyak buku rohani/Kristen justru tidak menambah kualitas iman orang Kristen, karena banyak buku hanya menyodorkan bacaan-bacaan sederhana tanpa mendorong pertumbuhan iman Kristen berdasarkan Alkitab. Tidak ada jalan lain, orang Kristen harus dididik mulai sekarang untuk membaca buku-buku berkualitas.


Motivasi dan Tujuan
Pertanyaan selanjutnya, untuk apa kita harus membaca buku-buku rohani/theologia berkualitas ? Ada dua pandangan yang terlalu ekstrim.
Pandangan pertama mengatakan bahwa buku-buku rohani/theologia tidak penting, yang penting hanya Alkitab. Akibatnya, banyak pemimpin gereja tidak mau lagi belajar buku tafsiran Alkitab sebelum mereka naik ke atas mimbar dan berkhotbah dengan dalih bahwa “roh kudus” mampu mengajar mereka secara langsung. Pandangan ini mungkin ada benarnya sedikit, yaitu mereka setia kepada Alkitab, tetapi sayangnya, mereka terlalu ekstrim. Di mana letak titik ekstrimnya ? Mengutip pernyataan Pdt. Billy Kristanto, mereka tidak mau belajar juga dari sejarah gereja, di mana Allah berperan di dalamnya. Tidak berarti sejarah menggantikan otoritas Alkitab. Sejarah gereja tidak pernah melengkapi Alkitab, tetapi sejarah gereja memberikan data-data, pemikiran-pemikiran, dll yang diambil dari Alkitab, sehingga kita perlu memperhatikan dan meneladani hal tersebut. Misalnya, keteguhan hati dan kesetiaan seorang bernama Polycarphus di dalam mempertahankan iman Kristennya meskipun harus menerima hukuman mati dari Kaisar. Bapa Gereja Augustinus harus siap membela iman Kristen dan meruntuhkan semua ajaran baik dari Pelagius, dll. Dr. Martin Luther meruntuhkan ajaran yang tidak bertanggungjawab dengan iman yang berdasarkan Alkitab, anugerah Allah, dll. John Calvin menegakkan dasar iman Kristen yang solid di atas dasar kedaulatan Allah di dalam Alkitab melalui bukunya Institutes of the Christian Religion (Institutio Religiones Christianae). Dr. Francis A. Schaeffer harus mempertahankan iman Kristen yang solid di tengah terpaan dua arus besar, yaitu liberalisme (menganggap rasio adalah penentu kebenaran) dan Injili (hampir membuang fungsi rasio) di dalam zamannya. Pdt. Dr. Stephen Tong yang hidup di zaman postmodern ini memiliki beban yang lebih berat lagi yaitu menegakkan iman Kristen sungguh-sungguh di dalam pilar theologia Reformed Injili untuk menyadarkan keKristenan di zaman postmodern yang diterpa oleh dua arus besar, yaitu pluralisme/relativisme yang mengandalkan rasio dan mayoritas Karismatik/Pentakosta yang terlalu mengandalkan emosi. Dari zaman para bapa gereja, reformasi, sampai abad postmodern, Tuhan memakai para hamba-Nya yang setia untuk mengajar dan mendidik iman Kristen yang berdasarkan Alkitab. Oleh karena itu, adalah bijaksana bagi kita sebagai orang Kristen untuk mempelajari dan meneladani apa yang telah mereka wariskan kepada kita.

Pandangan kedua mengatakan bahwa buku-buku rohani itu sangat penting, tetapi sayangnya mereka melupakan Alkitab. Orang-orang yang memegang pandangan ini dijamin hafal (di luar kepala) tentang buku-buku theologia/rohani yang berbobot, misalnya dari Dr. Ronald H. Nash, Dr. Cornelius Van Til, Dr. John M. Frame, Dr. J. I. Packer, dll, tetapi ketika mereka ditanya tentang ayat-ayat Alkitab dasar, mereka tidak mengetahuinya. Mereka rajin membaca buku theologia/rohani yang berbobot, tetapi sayangnya mereka malas membaca Alkitab. Orang seperti ini adalah orang yang instan, yang mau mengetahui pendapat orang lain, tetapi mereka tidak mau menyelidiki Alkitab secara langsung apakah pendapat-pendapat orang lain itu sesuai dengan Alkitab atau tidak. Akibatnya, mereka “didikte” oleh tafsiran mereka.

Lalu, bagaimana solusinya ? Sebagai orang Kristen, kita harus membaca Alkitab, Firman Allah yang tidak mungkin bersalah dalam naskah aslinya. Alkitab inilah yang harus menjadi dasar iman dan kelakuan Kristen kita sehari-hari. Mengapa ? Karena Alkitab itu Firman Allah, berotoritas mutlak bagi hidup kita. Ketika kita ingin mengetahui kehendak Allah, yang kita perlukan hanya kembali kepada Alkitab, mempelajari Alkitab dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Tetapi bagaimana kita bisa mengetahui dan mengerti Alkitab ? Apakah kita cukup mengerti Alkitab dalam bahasa Indonesianya saja ? Tidak. Alkitab Bahasa Indonesia memiliki beberapa kelemahan penafsiran, sehingga kita memerlukan terjemahan Inggris, Mandarin, dll, kalau perlu kita menyelidiki langsung ke bahasa aslinya (Ibrani dan Yunani). Untuk mengerti dan menafsirkan Alkitab dengan cara demikian, tentu kita memerlukan bervariasi terjemahan Alkitab ditambah Interlinear (Yunani-Indonesia). Lebih dalam lagi, kita juga memerlukan beberapa buku tafsiran Alkitab yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperlengkapi kita dengan latar belakang, konteks budaya, dll di dalam setiap kitab di dalam Alkitab, misalnya latar belakang surat Galatia, Efesus, dll. Semua itu membutuhkan banyak buku yang memperlengkapi kita untuk studi Alkitab. Bukan hanya itu saja, kita juga perlu membaca buku-buku theologia/rohani lain untuk membimbing kita di dalam mengerti Alkitab dan dunia sekitar. Misalnya, buku tentang pembentukan wawasan dunia Kristen, filsafat Kristen, kaitan antara keKristenan dengan ilmu pengetahuan (science), dll. Semuanya itu diperlukan untuk membangun paradigma dan presuposisi iman Kristen di dalam memandang dunia sekelilingnya (Roma 12:1-2), lalu selanjutnya kita dipanggil untuk “menebus” budaya kita dengan iman Kristen (mandat budaya).

Adakah buku-buku rohani/theologia yang sanggup menyediakan beragam bidang buku seperti di atas ? Ada. Toko Buku dan Penerbit Momentum yang pertama kali didirikan oleh hamba-Nya yang setia, Pdt. Dr. Stephen Tong bermotivasi dan bertujuan untuk mendidik orang Kristen dengan pengertian iman Kristen yang bertanggungjawab di atas dasar Alkitab melalui buku-buku rohani/theologia yang diseleksi ketat, lalu mereka yang telah membaca buku-buku tersebut diharapkan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupan mereka sehari-hari untuk memuliakan Tuhan. Jadi, pengetahuan doktrinal bukan hanya di dalam rasio saja, tetapi juga di dalam spiritualitas/kerohanian dan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, di dalam Program Baca Buku ini, saya mengajak banyak orang Kristen untuk bersama-sama mencanangkan dan berkomitmen untuk rajin membaca buku dan mengimplementasikannya.

Ada beberapa hal dalam berkomitmen untuk program ini :
1. Tetapkanlah motivasi kita. Sebelum masuk ke dalam Program Baca Buku ini, kita harus menetapkan apa motivasi kita untuk membaca buku, apakah kita hanya mau mengisi otak saja, atau kita ingin bertumbuh secara dewasa di dalam iman Kristen lalu diimplementasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Berdoa. Jika kita memiliki motivasi yang kurang baik, berdoalah agar Roh Kudus memurnikan motivasi kita sehingga ketika kita membaca buku, kita bukan dikejar target selesai baca buku tertentu, tetapi mengerti apa yang sedang diajarkan di dalam buku tersebut. Jika motivasi kita sudah beres, tetaplah berdoa agar Roh Kudus menguatkan dan makin memurnikan komitmen dan motivasi kita, serta mencerahkan hati dan pikiran kita di dalam membaca buku tersebut.
3. Menyelidiki. Setelah kita menetapkan motivasi dan berdoa, kita perlu kritis membedakan beragam buku rohani yang dijual di toko buku yang memakai label Kristen. Bagaimana caranya? Pertama, perhatikanlah penerbit dari buku tersebut. Misalnya, penerbitnya : Gandum Mas, Malang. Kita perlu waspada di dalam membeli buku-buku terbitan tersebut, karena buku-buku yang dicetak adalah buku-buku dengan variasi posisi doktrinal. Kedua, perhatikanlah siapa penulis bukunya. Misalnya, kita menjumpai penulis : John Avanzini atau Benny Hinn. Berhati-hatilah di dalam membaca buku-buku mereka. Salah satu cara mengetahui penulis buku itu adalah dengan melihat/membaca profil/biografi di balik buku tersebut atau di sampul belakang buku. Ketiga, perhatikanlah deskripsi singkat dari buku tersebut yang terdapat di depan atau belakang buku untuk mengetahui arah buku tersebut.
4. Membeli dan membaca. Setelah kita teliti menyelidiki sebuah buku, barulah kita membeli buku tersebut dan tentu saja membacanya serta mempraktekkannya. Jangan menyia-nyiakan uang Tuhan untuk membeli buku-buku (baik rohani maupun sekuler) yang tidak bertanggungjawab (seperti buku The Da Vinci Code, Rich Dad Poor Dad, Purpose Driven Life, Prayer of Jabez, dll). Lebih baik, kalau kita ingin mengetahui kelemahan dari buku-buku yang tidak bertanggungjawab (seperti buku The Da Vinci Code), kita cukup meminjam dari teman kita yang sudah membelinya atau membaca sekilas buku tersebut di toko buku/perpustakaan, dengan demikian kita tidak menghamburkan uang Tuhan untuk sesuatu yang tidak bertanggungjawab.

Ada beberapa penulis buku yang saya sarankan untuk Anda perhatikan ketika membeli (sebuah) buku theologia/rohani :
1. Bapa Gereja Augustinus.
2. Dr. Martin Luther.
3. John Calvin.
4. John Owen, M.A.
5. Rev. Jonathan Edwards, A.M.
6. Dr. Francis Turretin.
7. Dr. Charles Hodge.
8. Dr. Benjamin B. Warfield, D.D.
9. Dr. A. W. Tozer.
10. Dr. Francis A. Schaeffer.
11. Prof. Dr. Ds. Abraham Kuyper.
12. Dr. Loraine Boettner, D.D.
13. Prof. Ronald H. Nash, Ph.D.
14. Prof. Samuel T. Logan, Jr., Ph.D.
15. Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D.
16. Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D.
17. Prof. Dr. Louis Berkhof.
18. Rev. Prof. Edwin H. Palmer, Th.D., D.D.
19. Rev. Dr. John R. W. Stott.
20. Prof. John M. Frame, D.D.
21. Rev. Prof. James C. Petty, D.Min.
22. Rev. Prof. Paul David Tripp, D.Min.
23. Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D.
24. Rev. Prof. Richard L. Pratt, Jr., Th.D.
25. Prof. John Knox Chamblin, Th.D.
26. Rev. James Montgomery Boice, Th.D., D.D.
27. Rev. Prof. Donald A. Carson, Ph.D.
28. Prof. Douglas F. Kelly, Ph.D.
29. Pdt. Dr. Stephen Tong.
30. Rev. Dr. William F. (Billy) Graham.
31. Prof. C. S. Lewis.
32. Dr. Ravi Zacharias, D.D.
33. Ev. Jeane Christiana Obadja, B.A., Th.M.
34. Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div.
35. Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.
36. Pdt. Drs. Thomy Job Matakupan, S.Th., M.Div.
37. Ev. Solomon Yo, S.Th., M.Div.
38. Pdt. Yohan Candawasa, S.Th.
(buku-buku beliau diterbitkan oleh Penerbit Pionir Jaya, Bandung)
39. Ev. Dra. Trivina Ambarsari Sutanto, S.Th.
40. dll.


Dari sekian banyak penulis buku theologia/rohani bermutu, salah satu penerbit buku-buku mereka adalah Penerbit Momentum. Penerbit Momentum yang didirikan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong bermotivasi untuk mendidik orang Kristen dengan buku-buku yang diseleksi ketat (Fine Book Selection). Oleh karena itu, di dalam Program Baca Buku seri-seri berikutnya, kita akan memperhatikan kategori-kategori/bidang buku-buku yang ada di dalam Penerbit ini. Diharapkan melalui program ini, kita semakin diperlengkapi dengan bervariasi buku dengan variasi bidang untuk menumbuhkan iman Kristen kita.

Bidang-bidang/kategori-kategori buku-buku yang diterbitkan oleh Momentum :
· Kehidupan Kristen (paling dasar).
· Theologia Sistematika dan Filsafat.
· Theologia Biblika (tafsiran Alkitab, penyelidikan kitab/penulis kitab di dalam Alkitab, dll).
· Theologia Historika (sejarah gereja, dll).
· Theologia Praktika (Etika, Konseling, dll).
· Mandat Budaya (integrasi iman Kristen dengan semua bidang kehidupan, misalnya : pendidikan, musik, dll).
· Pendidikan Iman Anak (ditujukan bagi anak-anak untuk menumbuhkan iman Kristen mereka).

Mulai bagian kedua program ini, kita akan masing-masing menyelidiki buku-buku yang termasuk dalam 7 kategori di atas.

No comments: