Apa yang Menggerakkan Kehidupan Anda ??
(Tuhan Allah atau Manusia yang Ingin Menjadi Seperti “Allah”)
Pada bab 6 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketiga dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab.
Pada halaman 29-32, Warren mengungkapkan bahwa kehidupan setiap orang digerakkan oleh sesuatu, tetapi sayangnya banyak orang digerakkan oleh sesuatu yang salah, misalnya rasa bersalah, kebencian dan kemarahan, rasa takut, materialisme dan kebutuhan akan pengakuan. Bagi Warren, kesemuanya ini akan membawa kehidupan Anda kepada jalan buntu. Lalu, ia mengungkapkan bahwa melalui bukunya, ia ingin memaparkan tujuan-tujuan Allah bagi hidup si pembaca dengan 5 manfaat yang ia kemukakan, sebagai berikut,
Mengenali tujuan Anda memberi makna bagi kehidupan Anda. Kita diciptakan untuk memiliki makna... Tanpa Allah, kehidupan tidak memiliki tujuan, dan tanpa tujuan, kehidupan tidak memiliki makna. Tanpa makna, kehidupan tidak memiliki arti atau harapan...Harapan muncul karena ada tujuan... Perubahan-perubahan yang mengagumkan akan terjadi dalam kehidupan Anda ketika Anda mulai menjalaninya dengan suatu tujuan... (Warren, 2005, pp. 32-33).
Komentar saya :
Allah adalah sumber segala sesuatu, ini adalah pandangan yang benar. Tanpa Allah, kita tidak akan memiliki tujuan. Yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah tujuan itu sinkron dengan tujuan Allah atau tujuan manusia. Kalau benar tujuan itu adalah tujuan yang sinkron dengan tujuan-Nya, mengapa Warren mengungkapkan bahwa tanpa tujuan, kehidupan tidak memiliki makna ? Bukankah ini berarti bukan Tuhan lagi yang menjadi tujuan kita hidup, tetapi adanya tujuan itu yang membuat hidup kita bermakna ? Theologia Reformed selalu mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah dari Allah, oleh Dia dan bagi Dia saja, dengan demikian tujuan hidup sejati harus dikembalikan bukan memberikan manfaat bagi kita, tetapi murni 100% untuk memuliakan Allah.
Mengenali tujuan Anda memudahkan kehidupan Anda. Tujuan hidup menetapkan apa yang Anda kerjakan dan apa yang tidak Anda kerjakan. Tujuan Anda menjadi patokan yang Anda pakai untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan mana yang penting dan mana yang tidak. Anda hanya bertanya, “Apakah kegiatan ini membantu saya memenuhi salah satu dari tujuan Allah bagi kehidupan saya ?”... Kehidupan yang memiliki tujuan juga membawa kepada ketenangan pikiran : “Engkau, TUHAN, memberikan damai sejahtera yang sempurna kepada orang-orang yang mengikuti dengan teguh tujuan mereka dan menaruh kepercayaan mereka kepada-Mu.” (Yesaya 26:3 ; Today’s English Version). (Warren, 2005, pp. 33-34).
Komentar saya :
Manfaat mengenali tujuan hidup manusia bagi Warren yang kedua adalah memudahkan kehidupan Anda. Jelas, menurut Warren, tujuan yang ia tetapkan yang katanya dari Allah, ternyata ujung-ujungnya untuk memuaskan keinginan manusia atau memudahkan kehidupan manusia, bukan untuk memuliakan Allah. Inilah akibat dari kesimpangsiuran ajaran Warren yang Arminian (lawan Reformed/Calvinisme) yang menitikberatkan pada kehendak bebas manusia. Untuk mendukung teorinya ini, Warren mengutip Yesaya 26:3 yang sengaja menggunakan terjemahan Today’s English Version (TEV) sehingga ayatnya ini memiliki ide yang cocok dengan idenya, padahal terjemahan lain dari Alkitab bahasa Inggris dan Indonesia tidak memuat kata “tujuan” atau hal-hal yang dicantumkan oleh terjemahan TEV tadi. Perhatikan. Yesaya 26:3 (Terjemahan Baru Indonesia) berkata, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”, terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “TUHAN, Engkau memberi damai dan sejahtera kepada orang yang teguh hatinya, sebab ia percaya kepada-Mu.” dan terjemahan King James Version (KJV) menerjemahkannya, “Thou wilt keep him in perfect peace, whose mind is stayed on thee: because he trusteth in thee.” Kata “teguh hatinya” entah dengan alasan apa diganti oleh terjemahan TEV menjadi “orang-orang yang mengikuti dengan teguh tujuan mereka”. Yang ditekankan di dalam ayat ini adalah iman/kepercayaan, sama sekali bukan tentang kehidupan yang memiliki tujuan. Lagi-lagi, sembarangan mencomot Alkitab.
Mengenali tujuan Anda membuat kehidupan Anda memiliki fokus. Tujuan itu akan memusatkan usaha dan energi Anda pada apa yang penting. Anda menjadi efektif karena bersikap selektif... Jika Anda ingin hidup Anda memiliki pengaruh, fokuskanlah ! Berhentilah bermain-main. Berhentilah mencoba melakukan segala hal. Kurangi hal-hal yang Anda lakukan. Bahkan kurangi kegiatan-kegiatan yang baik dan hanya melakukan hal-hal yang paling penting... (Warren, 2005, pp. 34-35).
Komentar saya :
Lagi-lagi, menurut Warren, manfaat mengenali tujuan hidup manusia adalah memusatkan usaha dan energi manusia pada apa yang penting. Ini sekali lagi adalah akibat ajaran humanisme yang tercermin melalui “theologia” Arminian yang self-centered (ada sedikit pengaruh Gerakan Zaman Baru/New Age Movement) yang berusaha ditanamkan oleh Warren kepada para pembacanya, dan herannya banyak pembaca buku ini begitu “buta” sehingga tidak dapat mengerti motivasi Warren dalam mengungkapkan ini. Ketika kita mengenali tujuan kita hidup itu semata-mata adalah anugerah Allah yang menuntun dan menuntut kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya, bukan bertujuan untuk kehendak kita yang bebas (baik itu mempermudah kehidupan, dll). Di dalam Katekismus Singkat Westminster pasal 1, pertanyaan tentang apakah tujuan utama manusia dijawab dengan pernyataan bahwa tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia untuk selama-lamanya. Inilah bedanya antara iman Reformed yang God-centered (tercermin di dalam pengajaran Katekismus Singkat Westminster ini) dan iman Arminian yang self-centered (meskipun sering mengaku God-centered).
Mengenali tujuan Anda akan memotivasi kehidupan Anda. Tujuan selalu menghasilkan keinginan yang kuat. Tidak ada yang bisa membangkitkan energi seperti tujuan yang jelas... George Bernard Shaw menulis, “Inilah sukacita sejati dalam hidup : dipakai untuk suatu tujuan yang disadari oleh diri Anda sebagai tujuan yang hebat ; menjadi suatu kekuatan alam dan bukannya sedikit penyakit dan keluhan yang bersifat mementingkan diri, ...” (Warren, 2005, pp. 35-36).
Komentar saya :
Mengutip perkataan Bernard Shaw, Warren setuju bahwa suatu sukacita “sejati” dalam hidup adalah ketika tujuan yang disadari manusia sebagai tujuan yang hebat dan menjadi suatu kekuatan alam dan bukannya sedikit penyakit, dll. Lagi-lagi, humanisme yang self-centered ditekankan oleh Warren bahwa yang penting dengan tujuan hidup, manusia memiliki sukacita “sejati”, bahkan tujuan itu dapat disebut “sukacita” jika tujuan itu hebat dan kalau perlu tidak mengandung penyakit. Bukankah ini diajarkan oleh “theologia” kemakmuran di dalam banyak gereja kontemporer yang pop ? Mengapa di dalam setiap manfaat dalam mengenali tujuan hidup, Warren selalu mengatakan kata “Anda” dan bukan Allah ? Bukankah ini berarti tujuan hidup manusia itu menurut Warren adalah tujuan manusia itu sendiri yang sebentar meminjam kata “Allah” sebagai tameng, supaya kelihatan “rohani”. Ini jiwa manusia berdosa. Yang benar, tujuan manusia yang sinkron dengan tujuan Allah membuat kita harus terus-menerus menyangkal diri dan memikul salib agar kehendak Allah semakin dinyatakan dan nama-Nya selalu dipuji.
Mengenali tujuan Anda akan mempersiapkan Anda untuk menghadapi kekekalan. ...Adalah lebih bijaksana kalau orang menggunakan waktunya untuk membangun suatu warisan kekal....Anda ditempatkan di sini untuk bersiap-siap menghadapi kekekalan... Suatu hari Anda akan berdiri di hadapan Allah, dan Dia akan memeriksa kehidupan Anda, suatu ujian akhir, sebelum Anda memasuki kekekalan... Untunglah, Allah ingin kita lulus ujian tersebut, karena itu Dia telah memberi kita pertanyaan-pertanyaannya sebelumnya. Dari Alkitab, kita bisa menyimpulkan bahwa Allah akan menanyai kita dengan dua pertanyaan penting :
Pertama, “Apa yang telah kamu lakukan terhadap Anak-Ku, Yesus Kristus ?” Allah tidak akan bertanya tentang latar belakang agama atau pandangan doktrin Anda. Satu-satunya hal yang penting adalah apakah Anda menerima apa yang Yesus kerjakan bagi Anda dan apakah Anda belajar untuk mengasihi dan mempercayai-Nya ?...
Kedua, “Apa yang telah kamu lakukan terhadap apa yang telah Aku berikan kepadamu?” Apa yang telah Anda lakukan dengan kehidupan Anda, yakni semua karunia, talenta, kesempatan, energi, hubungan, dan kekayaan yang telah Allah berikan kepada Anda?... (Warren, 2005, pp. 36-37).
Komentar saya :
Memang benar bahwa kita harusnya menggunakan waktu untuk membangun suatu warisan kekal, karena kekekalan itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Memang benar pula bahwa suatu saat kita harus bersiap sedia menghadapi kekekalan dan Dia akan memeriksa kehidupan kita, ujian akhir, dll. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah pernyataan akan pertanyaan pertama dari kedua pertanyaan yang menurut Warren akan ditanyakan oleh Allah, yaitu, “Allah tidak akan bertanya tentang latar belakang agama atau pandangan doktrin Anda. Satu-satunya hal yang penting adalah apakah Anda menerima apa yang Yesus kerjakan bagi Anda dan apakah Anda belajar untuk mengasihi dan mempercayai-Nya ?” Pernyataan ini sangat aneh dan melawan Alkitab. Perhatikan. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa Warren mutlak menganut “theologia” religionum, karena ia tidak mempedulikan agama apapun asalkan percaya kepada-Nya. Benarkah demikian ? Bisakah Anda membayangkan bahwa ada seorang Islam yang setiap hari menyembah Yesus, tetapi masih Islam ? Ini jelas, tidak masuk akal dan sangat tidak Alkitabiah. Dalam hal ini, Warren tidak mengerti apa istilah “Kristen”, “penebusan”, “dosa”, dll, lalu ia menyamaratakan bahwa semua orang tanpa kecuali, bahkan tanpa menyebut diri Kristen, harus percaya kepada Yesus. Ini salah. Semua orang yang percaya di dalam Kristus adalah orang-orang pilihan-Nya yang dahulu berdosa tetapi telah didamaikan oleh karya penebusan Kristus, lalu mereka harus menjadi Kristen, karena kata “Kristen” berarti pengikut Kristus (Pdt. Dr. Stephen Tong mengajar, “Christianity is Christ/KeKristenan adalah Kristus”). Sedangkan setiap orang yang tidak mempercayai Kristus sampai akhir zaman, jelas, mereka adalah antikristus yang melawan Kristus dan tidak mempercayai-Nya.
No comments:
Post a Comment