20 February 2008

Bab 31: PERLU WAKTU?? (Analisa Terhadap Bab 28 Buku Rick Warren)

Bab 31

Perlu Waktu ??

P

ada bab 31 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhdelapan dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 28 ini, Warren mengajarkan tentang waktu yang diperlukan untuk bertumbuh.

Pada awal bab ini, ia mengajarkan,

Tidak ada jalan pintas menuju kedewasaan.

Dibutuhkan bertahun-tahun bagi kita untuk bertumbuh menuju kedewasaan, dan dibutuhkan semusim penuh bagi buah-buahan untuk menjadi tua dan matang. Hal yang sama berlaku untuk buah-buah Roh. Pengembangan karakter yang serupa dengan Kristus tidak bisa tergesa-gesa...

Bila Anda mencoba untuk mematangkan buah dengan cepat, buah itu kehilangan rasanya...

Sementara kita khawatir tentang seberapa cepat kita bertumbuh, Allah memperhatikan seberapa kuat kita bertumbuh. Allah memandang kehidupan kita dari dan untuk kekekalan, karena itu Dia tidak pernah tergesa-gesa.

Lane Adams pernah membandingkan proses pertumbuhan rohani kita dengan strategi yang digunakan Sekutu dalam Perang Dunia II untuk membebaskan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Pertama, mereka akan “mengurangi kekuatan” sebuah pulau, dengan memperlemah perlawanan yaitu menembaki kubu pertahanan musuh dengan bom-bom dari kapal-kapal lepas pantai. Berikutnya, sebuah kelompok kecil Marinir akan menyerbu pulau tersebut dan mendirikan sesbuah “pangkalan”, yakni sebuah bagian kecil dari pulau tersebut yang bisa mereka kendalikan. Segera setelah pangkalan tersebut diperoleh, mereka akan memulai proses yang lama untuk membebaskan sisa pulau itu, sedikit demi sedikit wilayah. Akhirnya keseluruhan pulau akan dikuasai, tetapi bukan tanpa beberapa pertempuran yang merugikan.

Adams menarik persamaan ini : Sebelum Kristus memasuki kehidupan kita pada saat pertobatan, Dia kadang harus “mengurangi kekuatan” dengan mengizinkan munculnya masalah-masalah yang tidak bisa kita tanggulangi. Walaupun beberapa orang membuka kehidupan mereka kepada Kristus saat pertama kali Dia mengetuk pintu, sebagian besar dari kita melawan dan bertahan. Pengalaman kita sebelum pertobatan adalah perkataan Yesus, “Lihatlah Aku berdiri di depan pintu dan mengebom !

Ketika Anda membuka diri Anda kepada Kristus, Allah mendapatkan sebuah “pangkalan” di dalam kehidupan Anda... Begitu Kristus diserahi sebuah pangkalan, Dia memulai operasi untuk mengambil alih lebih banyak dan lebih banyak wilayah sampai seluruh kehidupan Anda sepenuhnya menjadi milik Dia. Akan ada pergumulan dan pertempuran, tetapi hasilnya tidak akan pernah meragukan...

Pemuridan merupakan proses menjadi serupa dengan Kristus... Keserupaan dengan Kristus merupakan tujuan akhir Anda, tetapi perjalanan Anda akan berlangsung seumur hidup.

...

... kedewasaan yang sejati tidak pernah dihasilkan dari satu pengalaman tunggal, tidak peduli betapa hebatnya atau mengharukannya pengalaman itu. Pertumbuhan itu berlangsung secara berangsur-angsur... (Warren, 2005, pp. 237-239)

Komentar saya :

Perjalanan menuju kedewasaan seperti yang Warren ajarkan memang membutuhkan waktu yang panjang, dan bukan secara tiba-tiba. Ilustrasi dari Adams yang dikutip oleh Warren cukup memberikan gambaran yang agak tepat mengenai bagaimana Kristus masuk ke dalam hidup kita dan memerintah di dalamnya, tetapi yang menjadi permasalahannya adalah ketika dikatakan, “Pengalaman kita sebelum pertobatan adalah perkataan Yesus, “Lihatlah Aku berdiri di depan pintu dan mengebom !”” Tuhan Yesus tidak pernah mengebom pintu hati manusia, dalam arti Ia tidak pernah memaksa manusia untuk menerima-Nya. Ketika Ia mengetuk pintu hati seseorang, sekali lagi, bukan berarti Ia memerlukan manusia untuk diterima di dalam hidup mereka. Ia mengetuk pintu hati manusia agar bertobat dan kembali kepada-Nya. Respon manusia setelah pintu hati mereka diketuk memang beraneka ragam, ada yang menerima dengan senang hati, lalu bertobat, tetapi ada juga yang menolak ketukan itu lalu menghina-Nya. Bagi mereka yang menolak ketukan pintu hati dari Kristus, itu adalah urusan mereka sendiri, bukan urusan Tuhan, dan konsekuensi dari perbuatan/respon mereka tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh mereka sendiri di hadapan Allah.

Selanjutnya, ia memaparkan alasan Mengapa Memerlukan Waktu Begitu Lama di dalam perjalanan menuju kedewasaan rohani,

Kita merupakan orang-orang yang lambat belajar. Kita sering kali harus belajar ulang sebuah pelajaran empat puluh atau lima puluh kali untuk benar-benar memahaminya... Sejarah Israel menggambarkan betapa cepatnya kita melupakan pelajaran-pelajaran yang Allah ajarkan pada kita dan betapa cepatnya kita kembali pada pola lama perilaku kita. Kita perlu pengalaman yang berulang-ulang.

Kita punya banyak hal untuk kita belajar tinggalkan.... Karena sebagian besar masalah kita dan segala kebiasaan buruk kita tidak berkembang dalam semalam, tidaklah masuk akal mengharapkannya menyingkir dengan segera. Tidak ada obat, doa, atau prinsip yang akan dengan cepat menghapuskan kerusakan dari sekian tahun. Dibutuhkan kerja keras untuk membuang dan mengganti... Walaupun Anda diberi sifat yang sama sekali baru pada saat pertobatan, Anda masih memiliki kebiasaan-kebiasaan, pola-pola, dan praktik-praktik lama yang perlu dibuang dan diganti.

Kita takut untuk dengan rendah hati menghadapi kebenaran tentang diri kita sendiri. Saya telah menunjukkan bahwa kebenaran akan memerdekakan kita, tetapi sering kali kebenaran lebih dulu membuat kita sakit... Hanya ketika Allah diizinkan untuk memancarkan terang kebenaran-Nya atas kesalahan, kegagalan, dan kesukaran kita, kita bisa mulai mengatasinya. Karena itu kita tidak bisa bertumbuh tanpa sikap rendah hati dan mau diajar.

Pertumbuhan sering kali menyakitkan dan menakutkan. Tidak ada pertumbuhan tanpa perubahan ; tidak ada perubahan tanpa ketakutan atau kehilangan ; dan tidak ada kehilangan tanpa rasa sakit. Setiap perubahan menimbulkan suatu macam kehilangan : Anda harus membiarkan pergi cara-cara lama untuk mengalami yang baru...

Kebiasaan membutuhkan waktu untuk berkembang. Ingatlah bahwa karakter Anda merupakan keseluruhan kebiasaan Anda...

Hanya ada satu cara untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan karakter yang serupa dengan Kristus : Adna harus mempraktikannya dan ini membutuhkan waktu ! Tidak ada kebiasaan-kebiasaan instan...

Jika Anda mempraktikkan sesuatu berulang-ulang kali, Anda menjadi mahir melakukannya. Pengulangan merupakan induk dari karakter dan keterampilan. Kebiasaan membangun karakter ini sering disebut “disiplin rohani,”... (Warren, 2005, pp. 239-241).

Komentar saya :

Pengajaran Warren di atas bagi saya baik, karena itu menyadarkan kita bahwa kita seringkali enggan untuk didisilin secara rohani oleh Allah dengan berbagai macam alasan, yaitu, malas, sulit, dll. Melalui pengajaran Warren ini, marilah kita belajar untuk mengintrospeksi diri dan meninggalkan perbuatan lama kita untuk segera kembali kepada Kristus dengan suatu kerinduan ingin didisiplin dan dikuduskan terus-menerus melalui pekerjaan pencerahan oleh Roh Kudus.

Kemudian, ia menjelaskan tentang cara untuk bekerja sama dengan Allah dalam proses menuju kedewasaan rohani,

Percayalah bahwa Allah sedang bekerja di dalam kehidupan Anda bahkan ketika Anda tidak merasakannya. Pertumbuhan rohani kadang merupakan pekerjaan yang membosankan, satu langkah kecil setiap kali. Menantikan kemajuan yang berangsur-angsur...

Milikilah sebuah buku catatan atau jurnal dari pelajaran-pelajaran yang dipelajari. Ini bukanlah catatan harian yang berisi peristiwa-peristiwa, tetapi sebuah catatan dari apa yang sedang Anda pelajari. Tulislah berbagai wawasan dan pelajaran-pelajaran tentang kehidupan yang Allah ajarkan kepada Anda tentang Dia, tentang diri Anda sendiri, tentang kehidupan, hubungan, dan segala sesuatu lainnya... Dengan meninjau kembali jurnal rohani Anda secara teratur, Anda bisa terhindar dari banyak penderitaan dan luka hati yang tidak perlu...

Bersabarlah dengan Allah dan dengan diri Anda sendiri. Salah satu kegagalan hidup adalah karena waktu Allah jarang sekali sama dengan waktu kita. Kita sering kali tergesa-gesa sementara Allah tidak... Ingatlah bahwa Allah tidak pernah tergesa-gesa, tetapi Dia selalu tepat waktu. Dia akan memakai seluruh hidup Anda untuk mempersiapkan Anda bagi peranan Anda di dalam kekekalan.

Jangan menjadi kecil hati. ... Suatu penundaan bukan berarti penolakan dari Allah.

Ingatlah seberapa jauh Anda telah datang, bukan hanya seberapa jauh Anda harus pergi... Bertahun-tahun lalu orang mengenakan kancing yang populer dengan huruf-huruf PBPGINFWMY. Ini merupakan singkatan dari “Please Be Patient, God Is Not Finished With Me Yet.” (Bersabarlah, Allah Belum Selesai dengan Saya) Allah juga belum selesai dengan Anda, jadi tetaplah maju... (Warren, 2005, pp. 241-243).

Komentar saya :

Secara awal, konsep ini jelas salah. Di dalam proses menuju kedewasaan rohani, kita tidak perlu bekerja sama dengan Allah. Yang benar adalah Roh Kudus menggerakkan dan mendorong kita dengan aktif agar kita nantinya bisa secara aktif meresponi panggilan dan pencerahan Roh Kudus ini untuk dapat bertumbuh dewasa secara rohani. Jadi, urutannya adalah Roh Kudus terlebih dahulu sebagai Inisiator, baru diresponi baik secara pasif maupun aktif oleh manusia pilihan-Nya. Ingatlah, tanpa Roh Kudus mencerahkan kita untuk bertumbuh dewasa secara rohani, kita tidak mungkin ingin bertumbuh dewasa secara rohani, mengingat natur dosa lama kita.

Kedua, ketika Allah memakai kita untuk didewasakan secara rohani memang benar kita dipersiapkan oleh Allah tetapi bukan bagi peranan Anda di dalam kekekalan yang merupakan hal yang terutama, melainkan dipersiapkan Allah agar kita tak bercacat dan dapat memuliakan Allah di dalam kekekalan (motivasi dan tujuannya adalah bagi Allah saja).

No comments: