20 February 2008

Bab 38: KUASA ALLAH DI DALAM KELEMAHAN ANDA?? (Analisa Terhadap Bab 35 Buku Rick Warren)

Bab 38

Kuasa Allah di dalam Kelemahan Anda ??

P

ada bab 38 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketigapuluhlima dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 35 ini, Warren mengajarkan tentang peran kuasa Allah di dalam kelemahan kita sebagai manusia.

Pada awal bab ini, ia mengajarkan,

Allah senang memakai orang-orang lemah.

Semua orang memiliki kelemahan. Sesungguhnya, Anda memiliki sekumpulan kelemahan dan ketidaksempurnaan : fisik, emosi, intelektual, dan rohani... Masalah yang lebih penting ialah apa yang Anda kerjakan dengan kelemahan-kelemahan ini. Biasanya kita menyangkali kelemahan kita, membelanya, mencari dalih untuknya, menyembunyikannya, dan membencinya. Hal ini mencegah Allah menggunakannya dengan cara yang Dia inginkan.

Allah memiliki pandangan yang berbeda tentang kelemahan-kelemahan Anda. Dia berfirman, “Pikiran-pikiran-Ku dan jalan-jalan-Ku lebih tinggi daripada pikiran dan jalan-Mu,” (Yesaya 55:9 ; Contemporary English Version) karena itu Dia sering bertindak dengan cara-cara yang sangat bertentangan dengan apa yang kita harapkan. ..., Dia juga ingin memakai kelemahan-kelemahan kita bagi kemuliaan-Nya.

... Kelemahan-kelemahan Anda bukanlah suatu kebetulan. Allah dengan sengaja mengizinkannya ada di dalam kehidupan Anda dengan tujuan untuk menunjukkan kuasa-Nya melalui Anda.

... Sesungguhnya, Dia tertarik kepada orang-orang yang lemah dan yang mengakui kelemahan mereka...

...

Sebuah kelemahan, atau “duri” sebagaimana Paulus menyebutnya, (2 Korintus 12:7 ; AITB) bukanlah dosa atau kejahatan atau cacat karakter yang bisa Anda ubah, ... Sebuah kelemahan ialah suatu keterbatasan yang Anda warisi atau tidak punya kuasa untuk mengubahnya.

... Allah tidak pernah dibatasi oleh berbagai keterbatasan kita. Sebetulnya Allah senang menaruh kuasa-Nya yang besar ke dalam bejana-bejana biasa... Allah memakai kita jika kita mengizinkan-Nya bekerja melalui kelemahan-kelemahan kita... (Warren, 2005, pp. 299-301)

Komentar saya :

Pada pendahuluan, secara prinsip, Warren tidak menjelaskan tentang prinsip adanya kelemahan di dalam diri kita, bisa terjadi akibat dosa asal (original sin), maupun dosa-dosa yang kita perbuat, mungkin juga itu atas izin Allah. Warren menjelaskan izin Allah di dalam kelemahan kita baru pada pembahasan lain pada bab ini, padahal itu inti pembahasan yang harus diajarkan dengan tepat. Kelemahan kita memang adalah sebuah warisan karena itu dosa asal, tetapi benarkah kita tidak dapat mengubahnya ? Apakah kita hanya menerima “takdir” kita ? TIDAK ! KeKristenan tidak mengenal konsep “takdir”, sehingga kita seolah-olah menjadi “robot” yang digerakkan Allah sesuka hati-Nya, lalu kita tidak memiliki tanggung jawab ! Konsep theologia Reformed yang mengenal kedaulatan Allah TIDAK pernah meniadakan tanggung jawab manusia, bahkan mendukung tanggung jawab manusia kepada Allah setelah mereka meresponi kedaulatan Allah ini. Alkitab memang mengajarkan, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Roma 5:15) Kata “jatuh ke dalam kuasa maut” di dalam terjemahan King James Version (KJV) berarti mati (dead) dan kata “semua orang” lebih tepat diterjemahkan banyak (Inggris : many ; Yunani : polus/polos). Kelemahan kita memang diwariskan dari Adam, tetapi tidak berarti kita 100% murni “pasrah” pada nasib. Kristus telah mengalahkan kutuk dosa, iblis dan maut, oleh karena itu Dia satu-satunya yang berkuasa mengalahkan kuasa dosa. Apakah berarti kita menjadi tidak pernah berdosa lagi setelah ditebus Kristus ? TIDAK ! Kita tetap bisa berdosa (bisa juga tidak berdosa), tetapi kuasa/kutuk dosa tidak lagi berkuasa atas kita, karena kutuk dosa (iblis) telah dikalahkan/diremukkan kepalanya oleh Kristus. Segala kelemahan kita memang akan dipakai oleh Tuhan melalui kuasa Roh Kudus sehingga kelemahan kita menjadi kekuatan bagi Allah yang lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan manusia yang palsu dan sok tahu ! Dengan kata lain, kita bisa mengubah kelemahan kita karena Roh Kudus lah yang mengubahnya, sehingga kita bisa semakin serupa dengan-Nya kelak.

Selanjutnya, ia memaparkan tentang teladan Paulus yang pertama dan kedua yang perlu diikuti dalam memahami kelemahan-kelemahan kita dan cara Allah bekerja di dalamnya,

Akuilah kelemahan-kelemahan Anda. Akuilah ketidaksempurnaan Anda. Berhentilah berpura-pura memiliki semuanya, dan jujurlah tentang diri Anda sendiri.... Anda bisa membuat daftar kelemahan-kelemahan tersebut.

... Jika Anda ingin agar Allah memakai Anda, Anda harus mengenal siapa Alah dan mengenal siapa Anda...

Senanglah di dalam kelemahan-kelemahan Anda. ... rasa senang adalah ekspresi iman di dalam kebaikan Allah. Senang berarti mengatakan, “Tuhan, aku percaya Engkau mengasihiku dan Engkau tahu apa yang terbaik bagiku.”

Paulus memberi kita beberapa alasan untuk senang di dalam kelemahan bawaan kita. Pertama, kelemahan-kelemahan menyebabkan kita bergantung kepada Allah... Kapanpun Anda merasa lemah, Allah sedang mengingatkan Anda untuk bergantung kepada-Nya.

Kelemahan-kelemahan kita juga mencegah kesombongan. Kelemahan-kelemahan itu menjaga kita tetap rendah hati... Sering kali Allah menyertakan kelemahan utama pada suatu kekuatan utama untuk menjaga agar ego kita tetap terkendali. Sebuah keterbatasan bisa bertindak sebagai pengatur yang menjaga kita untuk tidak melangkah terlalu cepat dan berlari mendahului Allah.

...

Kelemahan-kelemahan kita juga mendorong diadakannya persekutuan antara orang-orang percaya. Sementara kekuatan melahirkan semangat untuk berdiri sendiri (“Aku tidak membutuhkan orang lain”), keterbatasan-keterbatasan kita menunjukkan betapa kita sangat saling membutuhkan. Bila kita merajut benang lemah kehidupan kita beama, sebuah tali yang sangat kuat tercipta...

Yang terpenting, kelemahan-kelemahan kita meningkatkan kemampuan kita untuk bersimpati dan melayani. Kita akan jauh lebih bisa berbelas kasihan dan menerima kelemahan orang lain... Pesan kehidupan Anda yang terbesar dan pelayanan Anda yang paling efektif berasal dari luka Anda yang terdalam. Hal-hal yang paling memalukan Anda, dan paling berat untuk Anda ceritakan adalah sarana-sarana yang Allah bisa gunakan dengan sangat hebat untuk memulihkan orang lain.

...

... Allah ahli dalam mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Dia ingin mengambil kelemahan terbesar Anda dan mengubahnya. (Warren, 2005, pp. 301-303)

Komentar saya :

Memang diperlukan suatu pengakuan akan kelemahan kita dan kesadaran bahwa kita ini ciptaan (created), terbatas (limited) dan terpolusi oleh dosa (polluted). Tetapi kita tidak perlu sampai membuat daftar kelemahan kita, atau kalau perlu mencetak dan mempublikasikannya dalam bentuk buku, makalah, majalah, atau di internet, dll. Itu tidak perlu dilakukan ! Tuhan tak pernah menuntut kita demikian, itu hanyalah tuntutan dari Warren saja ! 1 Yohanes 1:9 mengungkapkan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Pengakuan dosa memang harus diperlukan, tetapi tidak perlu didaftarkan, karena Allah tidak pernah mengajarkannya !

Kedua, menurut Warren, kita perlu menyenangi kelemahan-kelemahan kita, karena justru di dalam kelemahan, kita bisa bergantung kepada Allah, mencegah kesombongan kita, mendorong persekutuan antar saudara seiman dan memampukan kita untuk melayani. Ini benar. Kita tidak perlu minder dengan kelemahan-kelemahan kita, karena kelemahan kita itu diizinkan Allah untuk membentuk kedewasaan rohani kita. Kelemahan kita juga membuat kita seharusnya sadar bahwa kita tidak ada apa-apanya di hadapan Allah yang Mahakudus, Berdaulat, Mahakuasa, Mahaadil, dan Mahakasih itu. Kesadaran ini sebenarnya membuat kita terus-menerus bersyukur bila Ia tetap memberikan anugerah-Nya kepada kita baik keselamatan maupun nafas kehidupan sehari-hari. Ingatlah, kita diciptakan untuk bersekutu dengan Allah dan tentunya bergantung terus kepada Allah yang Mahahidup.

Kemudian, ia menjelaskan tentang teladan Paulus yang ketiga dan keempat yang perlu diikuti dalam memahami cara Allah bekerja di dalam kelemahan-kelemahan kita,

Ceritakanlah dengan jujur kelemahan-kelemahan Anda. Pelayanan diawali dengan keterbukaan. Semakin Anda meruntuhkan penjagaan Anda, menyingkapkan topeng Anda, dan menceritakan pergumulan-pergumulan Anda, Allah semakin mampu memakai Anda untuk melayani orang lain.

...

Tentu saja, keterbukaan beresiko. Mengurangi pertahanan Anda dan membuka kehidupan Anda pada orang lain bisa menakutkan... Tetapi keuntungannya sebanding dengan risikonya. Keterbukaan memerdekakan secara emosi. Membuka diri membuat tekanan berkurang, ...

... Keterbukaan adalah sifat yang membuat orang disukai ; kita secara alamiah tertarik pada orang-orang yang rendah hati. Sifat suka berkata yang muluk-muluk menimbulkan rasa tidak senang, ...

Karena itulah Allah ingin memakai kelemahan-kelemahan Anda, bukan hanya kekuatan-kekuatan Anda... Kekuatan-kekuatan kita menimbulkan persaingan, tetapi kelemahan-kelemahan kita menciptakan komunitas.

... Sifat yang paling penting untuk kepemimpinan bukanlah kesempurnaan, melainkan kredibilitas. Orang harus bisa mempercayai Anda, kalau tidak mereka tidak akan mengikuti Anda. Bagaimana Anda membangun kredibilitas ? Bukan dengan berpura-pura sempurna, tetapi dengan bersifat jujur.

Kemuliaan di dalam kelemahan-kelemahan Anda. ... daripada berpura-pura percaya diri dan tak terkalahkan, pandanglah diri Anda sebagai sebuah piala anugerah. Pada saat iblis menunjukkan kelemahan-kelemahan Anda, setujulah dengannya dan penuhi hati Anda dengan pujian kepada Yesus, yang “memahami setiap kelemahan kita.” (Ibrani 4:15a ; Contemporary English Version) dan kepada Roh Kudus, yang “membantu kita dalam kelemahan kita.” (Roma 8:26a ; Firman Allah Yang Hidup)

Namun, kadang kala Allah mengubah sebuah kekuatan menjadi kelemahan untuk memakai kita lebih hebat lagi...

... Jika Anda ingin Allah memberkati Anda dan memakai Anda secara luar biasa, Anda harus bersedia berjalan dengan pincang sepanjang hidup Anda, karena Allah memakai orang-orang lemah. (Warren, 2005, pp. 303-305).

Komentar saya :

Apakah kalau Allah ingin memakai kita, kita perlu menceritakan segala kelemahan kita kepada orang lain ? Benarkah motivasi Warren ini benar ? Saya mengamatinya, TIDAK. Mengapa? Karena ia sendiri mengungkapkan bahwa keuntungan (profit) dari menceritakan kelemahan itu sebanding dengan kerugiannya. Ini berarti segala sesuatu diukur dari segi untung ruginya (utilitarianisme). Sebenarnya, setelah kita mengaku dan menyenangi kelemahan-kelemahan kita, kita tidak perlu “cerewet” menceritakan kelemahan-kelemahan kita. Kita boleh “cerewet” dalam mengabarkan Injil, bukan sibuk menceritakan kelemahan-kelemahan kita ! Motivasi kedua Warren menceritakan kelemahan-kelemahan itu adalah agar orang lain mengikuti kita sebagai bukti kredibilitas seorang pemimpin. Ini jelas sebuah motivasi yang tidak beres. Motivasi yang beres seorang pemimpin (lebih tepatnya, kepala) bukan menarik orang datang kepada kita, tetapi datang kepada Allah yang Mahahidup !

Kedua, menurut Warren, di dalam kelemahan-kelemahan kita menemukan kemuliaan yang luar biasa. Sehingga kalau iblis menunjukkan kelemahan kita, kita perlu menyetujuinya dan bersyukur kepada Kristus. Benarkah demikian ? Yakobus 4:7 mengajarkan, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” dan Rasul Petrus memperingatkan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Petrus 5:8-9) Kedua bagian ayat Alkitab ini menjelaskan bahwa ketika iblis datang dan bahkan mendakwa kita, kita tidak perlu “welcome”, tetapi melawannya dengan iman di dalam Kristus. Ketika iblis datang menunjukkan kelemahan-kelemahan kita, kita memang harus mengakui kelemahan-kelemahan itu, TETAPI ingatlah, berkatalah kepada iblis bahwa darah Kristus sudah menebus dosa-dosa kita. Itulah letak utama kekuatan iman Kristen yang final !

No comments: