25 March 2012

Resensi Buku-160: PENDEKATAN ALKITABIAH PADA TRADISI DAN KEPERCAYAAN CINA (Rev. Daniel Tong, M.Th.)

…Dapatkan segera…



Buku
PENDEKATAN ALKITABIAH PADA TRADISI DAN KEPERCAYAAN CINA

oleh: Rev. Daniel Tong, M.Th.

Penerjemah: Lidia Torsina

Penerbit: Pustaka Sorgawi, Jakarta 2010



Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:
Setiap kita dilahirkan pasti mewarisi tradisi dari orangtua kita. Tidak terkecuali orang Tionghoa yang sangat menekankan pentingnya tradisi dan kepercayaan nenek moyang. Di dalam bab awal, Rev. Daniel Tong, M.Th. dalam bukunya Pendekatan Alkitabiah Pada Tradisi dan Kepercayaan Cina memaparkan dasar tradisi dan kepercayaan orang Tionghoa ada 4: Kong Hu Cu, Budha, Tao, dan Shen (agama rakyat suku asli Tionghoa yaitu kepercayaan kepada roh-roh). Dari 4 kepercayaan ini, muncullah beragam tradisi Tionghoa yang bersifat mistis, mulai dari hari raya (Imlek), penguburan, sampai pengobatan. Bagaimana sikap orang Kristen Tionghoa dalam menyikapi hal ini? Apa saja yang masih boleh mereka lakukan dan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pengikut Kristus? Dengan sikap cukup bijaksana, Rev. Daniel Tong, M.Th. memaparkan bagaimana orang Kristen bersikap terhadap tradisi Tionghoa tanpa harus mengompromikan iman dengan: menghargai tradisi dan kepercayaan yang tidak melawan Allah dan menolak tradisi dan kepercayaan yang jelas mendukakan hati-Nya. Biarlah buku ini dapat menjadi berkat bagi orang Kristen Tionghoa dalam bersikap terhadap tradisi dan kepercayaan Tionghoa yang dijalankan di dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.



Rekomendasi:
“Daniel Tong telah bersusah payah menghasilkan sebuah buku yang tidak akan diragukan lagi dan banyak membantu orang Kristen keturunan Cina yang rindu untuk berbagi Injil dengan orang ang mereka cintai dan teman-teman serta mengetahui sepenuhnya kerumitan yang besar dan keragaman budaya dalam proses tersebut.”
Rt. Rev. John Chew Hiang Chea, Ph.D.
(Archbishop Metropolitan ketiga dan Primate of the Province of Anglican Church di Asia Tenggara {Bishop of Singapore}; Bachelor of Arts—B.A. dan Master dari Nanyang Technological University; Bachelor of Divinity—B.D. dari University of London; dan Doctor of Philosophy—Ph.D. bidang Perjanjian Lama dari University of Sheffield, U.K.)

“Dikemas dengan penuh wawasan dan saran, buku ini menawarkan pendekatan praktis untuk menerapkan prinsip-prinsip Kristen dalam tradisi dan keyakinan Cina dengan gaya yang mudah dimengerti. Sebuah referensi yang berguna untuk dimiliki di rak buku apa pun.”
Rev. John Loong Tang
(Priest dan Associate Chaplain di Chapel of the Resurrection)

“Ini adalah buku yang sangat membantu, terutama untuk pendekatan Alkitabiahnya. Bagi orang luar, Tong juga memberikan pandangan yang jelas tentang kebudayaan tersebut yang bersumber dari kebudayaan Cina.”
Prof. Dr. Henry Rowold
(Mission Professor of Practical Theology di Concordia Seminary)



Profil Rev. Daniel Tong:
Rev. Daniel Tong, B.Th., M.Th. adalah vikaris di the Chapel of the Resurrection dan pendeta di Saint Andrew’s Junior College. Beliau menamatkan studi Bachelor of Theology (B.Th.) dan Master of Theology (M.Th.) di Trinity Theological College, Singapore. Beliau telah menikah dan dikaruniai 3 orang anak.

22 March 2012

Bagian 15: Karunia Mengajar (Rm. 12:7)

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 15: Karunia Mengajar (Rm. 12:7)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah melayani, maka Paulus mendaftarkan karunia mengajar. Kata Yunani yang dipakai adalah διδσκων (didaskōn) yang merupakan kata kerja participle, present, aktif, nominatif, maskulin, dan tunggal dari kata διδσκω (didaskō) yang berarti mengajar. Kata ini dijumpai di: Markus 1:21[1]; Kisah Para Rasul 15:35[2]; 1 Korintus 11:14[3]; Kolose 3:16[4]; Wahyu 2:14[5]. Di dalam Perjanjian Lama, kata “mengajar” dalam teks Ibraninya adalah limmad dapat dijumpai di dalam Yeremia 31:34[6].[7]

Lalu, apa artinya karunia mengajar ini? Kembali, ketika memperhatikan konteks Roma 12 mulai ayat 3, kita mengerti bahwa semua karunia yang dibahas Paulus mulai ayat 6b s/d 8 berkaitan erat dengan kesatuan tubuh Kristus meskipun ada berbagai macam karunia (ay. 5). Kemudian, karunia-karunia yang dibicarakan Paulus ini adalah karunia-karunia Roh Kudus, maka ketika kita menyimak kembali apa peranan Roh Kudus, kita akan mengerti bahwa Roh Kudus diutus untuk “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26) Kata “mengajar” dalam Yohanes 14:26 ini dalam bahasa Yunaninya adalah διδξει (didaxei) yang memiliki akar kata yang sama dengan karunia mengajar yang dibahas Paulus di Roma 12:7 yaitu διδσκω (didaskō). Dari sini, kita belajar bahwa karunia mengajar berkaitan erat dengan mengajar apa yang Kristus ajarkan di dalam Injil.

Selain berkaitan erat dengan apa yang Kristus ajarkan, karunia mengajar juga berkaitan dengan pengajaran tradisi Perjanjian Lama. Kata “mengajar” yang berfungsi sebagai jabatan (pengajar) dalam teks Yunaninya: διδάσκαλος (didaskalos) terdapat di Kisah Para Rasul 13:1[8]; 1 Korintus 12:28–29[9]; Efesus 4:11.[10] Kalau kita memperhatikan konteks ketiga nats di atas, maka tentu saja pengajaran bukan hanya berkaitan erat dengan apa yang Kristus ajarkan dan lakukan, tetapi juga tradisi Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan Injil. Sebagai perluasannya, kita bisa mengerti bahwa karunia pengajaran juga berkaitan dengan semua ajaran Alkitab dari Kejadian s/d Wahyu. Dengan kata lain, orang yang diberi karunia mengajar menunaikan tugasnya yaitu mengajar jemaat Tuhan tentang Alkitab.

Tetapi, apakah orang yang dikaruniai karunia mengajar hanya bertugas mengajar? Prof. C. E. B. Cranfield mencerahkan pikiran kita ketika menyelidiki Efesus 4:11, di mana “teachers and pastors apparently being regarded as one group[11] (para pengajar dan para gembala dengan jelas dianggap sebagai satu kelompok), karena kedua kata benda ini memiliki artikel yang sama. Mari kita perhatikan teks Yunani dari Efesus 4:11 berikut ini:

κα ατς δωκεν τος μν ποστλους τος δ προφτας τος δ εαγγελιστς τος δ ποιμνας κα διδασκλους

kai autos edōken tous men apostolous tous de prophētas tous de euangelistas tous de poimenas kai didaskalous

Kata Yunani τος (tous) ini merupakan kata sandang/artikel (Ing.: the) yang berfungsi maskulin dan jamak yang nantinya diikuti oleh kata benda yang berbentuk maskulin dan jamak (apostolous, prophētas, euangelistas, poimenas didaskalous merupakan kata benda yang berjenis kelamin maskulin dan jamak). Di dalam teks di atas, kita menemukan 4 kata τος (tous), namun antara kata ποιμνας (poimenas) dan διδασκλους (didaskalous) tidak dipisahkan dengan kata τος (tous), tetapi hanya kai (dan). Dengan demikian, hal ini berarti poimenas (pastors/gembala-gembala) dan didaskalous (teachers/pengajar-pengajar) merupakan satu kesatuan jabatan. Di dalam Alkitab terjemahan Inggris, saya lebih memilih terjemahan English Standard Version (ESV) dibandingkan dengan beberapa versi lain, karena versi ini lebih sesuai dengan teks Yunaninya, di mana ESV menerjemahkannya, “the apostles, the prophets, the evangelists, the pastors and teachers,” (para rasul, para nabi, para penginjil, dan para gembala dan pengajar). Tidak adanya penggunaan artikel the di depan kata teachers (para pengajar) membuktikan bahwa gembala dan pengajar merupakan satu kesatuan jabatan.

Jadi, orang yang diberi karunia mengajar bukan hanya bertugas mengajar jemaat tentang prinsip-prinsip firman Tuhan, tetapi juga menggembalakan mereka. Di sini, Paulus mengaitkan pengajaran dengan penggembalaan di mana antara “teori” dan praktik harus terintegrasi. Ada beberapa pelayan Tuhan yang terus gemar mengajar doktrin Kristen, tetapi mengabaikan penggembalaan. Ini jelas salah, karena Alkitab sendiri menggabungkan antara gembala dan pengajar.



[1] Kata Yunaninya: διδσκων (didaskōn); LAI: “mengajar”.

[2] Kata Yunaninya: διδσκοντες (didaskontes); LAI: “mengajar”.

[3] Kata Yunaninya: διδσκει (didaskei); LAI: “menyatakan”, YLT: “teach”.

[4] Kata Yunaninya: διδσκοντες (didaskontes); LAI: “mengajar”.

[5] Kata Yunaninya: δδασκεν (edidasken); LAI: “memberi nasihat”.

[6] Teks Ibraninya: lammüdû. Di dalam Septuaginta, kata Yunani yang dipakai: διδξωσιν (didaxōsin) yang merupakan kata kerja, subjunktif, aorist, aktif, orang ketiga jamak dari kata διδσκω (didaskō).

[7] D. L. Baker dan A. A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, hlm. 35.

[8] Kata Yunani yang dipakai: διδσκαλοι (didaskaloi) yang merupakan kata benda berfungsi sebagai subjek kalimat (nominatif), maskulin, dan jamak dari kata διδάσκαλος (didaskalos).

[9] Di ayat 28, kata Yunani yang dipakai: διδασκλους (didaskalous) yang merupakan kata benda berfungsi sebagai objek langsung (akusatif), maskulin, jamak dari kata διδάσκαλος (didaskalos), sedangkan di ayat 29, kata Yunani yang dipakai sama dengan kata Yunani di Kisah Para Rasul 13:1.

[10] Thomas R. Schreiner, Baker Exegetical Commentary on the New Testament: Romans (Vol. 6) (Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 1998), 658.

[11] C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans, 623.

18 March 2012

Bagian 14: Karunia Pelayanan (Rm. 12:7)

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 14: Karunia Pelayanan (Rm. 12:7)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah menjelaskan tentang karunia pimpinan/administrasi, maka saat ini mulai poin 12 hingga akhir, kita akan beralih ke nats Roma 12 untuk mendaftarkan karunia-karunia Roh Kudus yang lain yang Paulus sebutkan. Di poin pertama di Roma 12, Paulus menyebutkan karunia pelayanan. Teks LAI menerjemahkannya, “melayani”, padahal teks Yunani yang dipakai: διακοναν (diakonian) berbentuk kata benda, berfungsi sebagai objek langsung (akusatif), feminin, dan tunggal dari kata διακονα (diakonia). ESV, NASB, dan RSV sama-sama menerjemahkannya, “service” (pelayanan), sedangkan ALT, EMTV, KJV, dan LITV menerjemahkannya, “ministry” (pelayanan).

Lalu, apa artinya karunia pelayanan? Ketika kembali menyelidiki kata διακοναν (diakonian) maupun kata διακονα (diakonia), kata ini mayoritas merujuk pada pelayanan secara umum kepada Allah. Misalnya, kata διακοναν (diakonian) yang terdapat di: Lukas 10:40; Kisah Para Rasul 11:29; 12:25; 20:24; Roma 11:13; 1 Korintus 16:15; 2 Korintus 4:1; 5:18; 11:8; Kolose 4:17; 1 Timotius 1:12; 2 Timotius 4:5, 11; dan Wahyu 2:19. Khusus kata διακοναν (diakonian) di Ibrani 1:14 tidak merujuk pada pelayanan kepada Allah, karena konteks menunjukkan bahwa itu pelayanan kepada manusia. Lalu, kata διακονα (diakonia) juga mayoritas merujuk pada pelayanan kepada Allah dan Kristus yaitu di: 2 Korintus 3:7, 8, 9; 6:3; 9:12. Namun, ada juga pengertian lain tentang pelayanan di sini, yaitu pelayanan kepada orang yang membutuhkan, misalnya di: Matius 25:44[1]; Kisah Para Rasul 6:1-2[2]; dan Roma 15:25[3].[4]

Jika demikian, apa arti pelayanan? Apakah artinya merujuk pada arti pelayanan secara umum atau secara khusus? Beberapa ada yang mengartikannya: pelayanan secara umum, namun benarkah penafsiran ini? Mari kita memperhatikan konteks Roma 12 secara keseluruhan. Setelah dua ayat pertama di pasal 12 membahas tentang kita harus diubah akal budi kita, supaya dapat mengenal kehendak Allah, maka di ayat 3-5, Paulus berbicara tentang kesatuan tubuh Kristus. Di dalam kesatuan tubuh Kristus, Paulus menasihatkan, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:” (ay. 6a) Di dalam kesatuan tubuh Kristus terdapat berbagai macam karunia (gift) yang berlainan/berbeda menurut pemberian Allah kepada kita. Dengan kata lain, daftar karunia mulai ayat 6b-8 adalah variasi karunia berdasarkan pemberian Allah. Karunia pelayanan di ayat 7 adalah salah satu karunia yang didaftarkan Paulus. Jika karunia ini dimengerti sebagai pelayanan secara umum, maka apa bedanya Markus, Petrus, Paulus yang melayani dengan orang Kristen tertentu yang memiliki karunia pelayanan? Perlu diperhatikan, semua orang Kristen harus melayani Allah secara umum, namun beberapa orang diberi karunia khusus untuk melayani. Yang dimaksud karunia pelayanan di sini adalah karunia khusus di dalam pembangunan tubuh Kristus (bdk. 1Kor. 12). Emeritus Profesor of Theology di University of Durham, U.K., Prof. C. E. B. Cranfield menafsirkannya sebagai, “the spiritual capacity for practical service.[5] (kapasitas rohani bagi pelayanan praktis) Karunia pelayanan di dalam pembangunan tubuh Kristus bisa berupa karunia melayani jemaat baik dalam hal rohani maupun jasmani.



[1] Kata Yunaninya: διηκονσαμν (diēkonēsamen) yang merupakan kata kerja indikatif aorist aktif, orang pertama jamak dari kata διακονω (diakoneō).

[2] Di ayat 1, kata Yunaninya: διακονίᾳ (diakoniai) yang merupakan kata benda yang berfungsi sebagai objek tidak langsung (datif), feminin, dan tunggal dari kata διακονα (diakonia). Sedangkan di ayat 2, kata Yunaninya: διακονεν (diakonein) yang merupakan kata kerja infinitif, present, aktif dari kata διακονω (diakoneō).

[3] Kata Yunaninya: διακονν (diakonōn) yang merupakan kata kerja partisipel, present, aktif, nominatif, maskulin, dan tunggal dari kata διακονω (diakoneō).

[4] C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans (London; New York: T&T Clark International, 2004), hlm. 621.

[5] Ibid., hlm. 623.