21 December 2011

Buku-6: OTORITAS ALKITAB (Denny Teguh Sutandio)

Alkitab adalah satu-satunya firman Allah yang berotoritas dalam iman dan prkatik hidup Kristen. Apa arti otoritas Alkitab? Mengapa Alkitab harus berotoritas? Bagaimana mengaplikasikan otoritas Alkitab dalam kehidupan Kristen sehari-hari?

Temukan jawabannya dalam:

cover depan Otoritas Alkitab.jpgBuku:

OTORITAS ALKITAB

oleh: Denny Teguh Sutandio

Di dalam buku ini, akan diuraikan variasi otoritas di luar Alkitab yang kerap kali dimiliki oleh banyak orang Kristen, kemudian panggilan untuk kembali menjadikan Alkitab sebagai otoritas mutlak dalam iman dan praktik hidup Kristiani. Di bab berikutnya akan diuraikan apa maksud Sola Scriptura yang dibedakan dari paham-paham lain dalam Kekristenan tentang Alkitab. Dan terakhir, aplikasi otoritas Alkitab dalam iman dan praktik hidup Kristen.

Harga: Rp 40.000, 00/buku + ongkos kirim (tergantung lokasi)

Penerbit: Sola Scriptura

Berminat??

SMSkan nama, alamat lengkap Anda, dan jumlah buku yang ingin Anda pesan ke nomer:

0878-5187-3719 (SMS Only)

Apa kata mereka tentang buku “Otoritas Alkitab”??

“Di era modern, Alkitab diukur, tunduk, dan dihakimi oleh akal manusia…sehingga Alkitab bukan firman Allah. Di era postmodern, Alkitab diukur, tunduk, dan dihakimi oleh subjektivitas manusia…sehingga Alkitab menjadi relatif. Bersyukur, banyak orang yang tetap setia menjunjung tinggi otoritas kebenaran mutlak dan final dari Alkitab yang adalah firman Allah, salah satunya adalah penulis muda berbakat buku ini. Isi buku ini sangat menjunjung tinggi supremasi Alkitab yang adalah firman Allah dan banyak lagi keunikan-keunikan Alkitab yang dipaparkan oleh penulis. Karena itu, buku ini patut dibaca oleh semua orang Kristen.”

Ev. Ramli Lumintang, M.Th., D.Th. (Cand.)

(Dosen tetap di Sekolah Tinggi Theologi Bandung—STTB, mengajar theologi sistematika, dan penulis buku: Bahaya Postmodernisme dan Peranan Kredo Reformed)

“Prinsip dasar pemahaman iman Kristen tentang otoritas Alkitab disajikan dengan bersahaja dalam buku ini yang bermanfaat bagi setiap orang percaya yang mau bertumbuh dalam pengenalan akan ajaran yang sehat.”

Pdt. Johannes Aurelius W., M.Th.

(gembala sidang Gereja Kristen Abdiel—GKA Gloria Nirwana Eksekutif, Surabaya)

Sebuah karya tulis berotoritas Ilahi terkuno tapi tetap terkini.

Cari tandingannya dalam segala zaman pasti takkan ditemui.

Rupanya manusia tetap pantang menyerah untuk selidiki.

Ingin terus meragukan dan cari cara menyakiti.

Pada waktu kita bingung ataupun sedang ikut terjangkiti.

Temanku Denny Teguh Sutandio melalui buku ini.

Usahakan ulasan sederhana pembelaan sejati.

Relakan waktu Anda untuk membaca dengan teliti.

Anda akan menjunjung tinggi Otoritas Alkitab dengan pasti.

Pdm. Juanda, M.Th., M.Mis.

(Pengkhotbah, Dosen di beberapa Sekolah Tinggi Theologi—STT di Jawa Timur, Pendeta GBI, dan Penulis beberapa buku; tinggal di Surabaya)

Bagian 2: Definisi dan Tujuan Karunia-karunia Roh Kudus

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 2: Definisi dan Tujuan Karunia-karunia Roh Kudus

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah mengerti definisi karunia, maka saat ini, kita akan mencoba mengerti tentang karunia-karunia Roh Kudus mulai dari definisi, tujuan, dan jenis-jenisnya.

A. Definisi Karunia-karunia Roh Kudus

Kalau kita membaca kembali definisi karunia di poin I di atas, maka karunia-karunia Roh Kudus berarti suatu pemberian dari Allah kepada beberapa orang percaya secara berlainan di dalam pembangunan tubuh Kristus. Atau mengutip perkataan Prof. Wayne Grudem, Ph.D., D.D., karunia rohani (spiritual gift) adalah “any ability that is empowered by the Holy Spirit and used in any ministry of the church.[1] (kemampuan apa saja yang diberi kuasa oleh Roh Kudus dan digunakan dalam pelayanan gereja apa saja)

Dari definisi ini, kita belajar bahwa karunia-karunia rohani/Roh Kudus apa saja merupakan suatu pemberian dari Allah secara berbeda kepada setiap orang percaya dan tanpa pemberian dari Allah, tak mungkin satu manusia pun bisa memperolehnya.

Lalu, timbul pertanyaan, apakah karunia-karunia rohani identik dengan bakat seseorang? Mungkinkah seorang yang dari lahir berbakat mengajar kemudian setelah lahir baru, ia memiliki karunia mengajar? Alkitab tidak membicarakan hal tersebut secara detail. Namun demikian, kita bisa menjawabnya: YA dan TIDAK. Secara esensi, karunia rohani dan bakat adalah dua hal berbeda baik dari sumber, sifat, maupun tujuan. Dr. Leslie B. Flynn dalam bukunya 19 Karunia Roh membedakannya:[2]

Bakat

Karunia

Sumber

Rahmat biasa dari Roh

Rahmat istimewa dari Roh

Saat Pemberian

Diberikan sejak kelahiran alami

Diberikan sejak kelahiran baru

Sifat

Kemampuan alami

Anugerah rohani

Tujuan

Pengajaran, hiburan, inspirasi dalam tingkat alami

Pertumbuhan rohani orang-orang kudus; pelayanan Kristen

Paulus sebelum bertobat, saya yakin, tidak memiliki bakat mengurus orang (dalam arti menggembalakan), karena ia adalah seorang ahli Taurat yang belajar di bawah Gamaliel (mungkin sekali ia bakat mengajar), namun Roh Kudus memberikan karunia begitu banyak kepada Paulus, termasuk memberitakan Injil, menggembalakan, dll. Kalau kita membaca latar belakang ditulisnya surat Paulus kepada jemaat Korintus, kita akan mengerti seberapa Paulus memperhatikan jemaat ini (semangat seorang gembala) yang tidak ada bandingannya dengan para gembala gereja saat ini. Perhatiannya kepada jemaat ini ditunjukkan baik melalui isi suratnya, namun juga respons jemaat terhadap isi suratnya. Menurut sejarah, surat itu ditulis Paulus sebanyak 4 buah, namun yang kita terima ada 2 buah. Diduga, mungkin dua surat Paulus lainnya hilang atau sengaja tidak Tuhan letakkan di dalam kanonisasi Alkitab. Hal ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya ketika membahas bahasa lidah dalam Surat-surat Korintus.

Meskipun bakat dan karunia adalah dua hal berbeda, namun Roh Kudus bisa saja memakai bakat alami seorang percaya untuk melayani Tuhan melalui karunia yang Roh berikan (tambahan). Dr. Leslie B. Flynn, misalnya, mencontohkan, “Lukas, sebagai tambahan pada kemampuan alaminya dalam bahasa Yunani, pengamatan yang cermat, dan keakuratan sejarah, diberi, di antara yang lainnya, karunia untuk mengajar, yang menggunakan kecakapan-kecakapan alami ini.”[3] Namun, meskipun Roh Kudus bisa memakai bakat alami seseorang untuk melayani-Nya melalui karunia rohani yang ditambahkan, perlu diingat bahwa semua karunia rohani dan bakat alami yang ada pada seseorang hendaklah dipakai untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuliakan diri.

B. Tujuan Karunia-karunia Roh Kudus

Kalau kita memperhatikan lagi definisi karunia-karunia Roh Kudus di poin A yang berdasarkan 1 Korintus 12, kita mendapatkan penjelasan bahwa karunia-karunia Roh Kudus dipergunakan untuk pembangunan tubuh Kristus. Setelah membahas variasi karunia di 1 Korintus 12:8-10, maka di ayat 11, Paulus mulai menjelaskan pentingnya satu tubuh Kristus, meskipun memiliki beraneka ragam karunia rohani pada diri masing-masing orang percaya. Selanjutnya, mulai ayat 15-24, ia mulai menjelaskan hal ini dengan menggunakan perumpamaan anggota-anggota tubuh di mana mata memerlukan telinga, telinga membutuhkan mata, kaki memerlukan mata, dst. Allah menyusun anggota-anggota tubuh kita begitu rupa, “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.” (ay. 25). Dengan analogi ini, maka ia mengatakan, “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (ay. 27)

Jika kita adalah anggota-anggota tubuh Kristus yang berbeda-beda, namun tetap satu, maka hendaklah kita mempergunakan masing-masing karunia-karunia yang telah Roh Kudus berikan kepada kita untuk saling membangun tubuh Kristus. Mereka yang dikaruniai karunia mengajar hendaklah mengajar dengan benar, mereka yang mendapat karunia menggembalakan, gembalakan saudara seiman dengan kasih, dst.

Dan perlu diingat, menurut Prof. Wayne Grudem, Ph.D., D.D., semua karunia ini diperlukan bagi pembangunan tubuh Kristus sampai Kristus datang kedua kalinya (1Kor. 1:7).[4]



[1] Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids, Michigan: Inter-Varsity Press, 2007), hlm. 1016.

[2] Leslie B. Flynn, 19 Karunia Roh, terj. Jennifer E. Silas (Batam: Gospel Press, 2001), hlm. 38.

[3] Ibid., hlm. 39.

[4] Wayne Grudem, Systematic Theology, hlm. 1019.