20 February 2008

Amos 3:1-2; 7:10-12; 9:11-15: THE OTHER SIDE OF PROVIDENCE OF GOD

Eksposisi Kitab Amos (2)

The Other Side of Providence of God

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Amos 3:1-2; 7:10-12; 9:11-15

Sebelumnya kita telah memahami bahwa di tengah dunia ini ada dua pertentangan besar, yakni antroposentris, sekelompok orang yang hanya berpusat pada diri, human centre dan sekelompok orang yang mau kembali pada Tuhan, God centre. Seorang anak Tuhan sejati haruslah hidup setia dan taat pimpinan Tuhan. Alangkah indah hidup berada di dalam pimpinan Tuhan namun ironis, di satu sisi orang sadar perlu dipimpin Tuhan tapi di sisi lain, orang tidak mau dipimpin Tuhan karena cara Tuhan dirasakan tidak cocok dengan kemauannya. Allah adalah Allah yang berdaulat, manusialah yang harusnya taat bukan sebaliknya. Allah yang berdaulat tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berjalan sendiri, Ia pasti memimpin dan memelihara setiap anak-anak-Nya. Pemeliharaan Allah tidak diberikan kepada semua orang tapi pemeliharaan Allah hanya diberikan pada anak Tuhan yang mau hidup taat pada-Nya. Hari ini kita akan merenungkan the other side of providence of God dengan demikian kita tidak salah dan dapat berespon dengan tepat.

Kita berada di tengah dunia yang humanis dan materialis; berbagai cara dilakukan supaya bisa menjadi berkuasa dan sukses. Perhatikan, manusia tidak dicipta sebagai penguasa tunggal dan berada di posisi paling atas, ultimate position. Tidak! Manusia adalah makhluk yang sangat terbatas dan lemah, manusia dicipta sebagai makhluk yang bergantung mutlak, dependent: 1) orang yang berada di posisi atas justru menjadikan seseorang tidak dapat hidup nyaman, ia selalu dihantui rasa ketakutan, takut kehilangan posisi. Pada saat itu, orang menjadi sangat sensitif, mudah tersinggung dan selalu curiga pada orang lain khususnya mereka yang mempunyai potensi lebih dari dirinya. Orang saling menjatuhkan antara satu dengan yang lain dan hal ini banyak terjadi di profesi apa pun dan dimana pun. Berbagai cara dilakukan demi mempertahankan dan mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, 2) orang yang selalu gagal, ia akan menjadi sangat sensitif dan mudah marah apalagi ketika ia melihat orang-orang dekat di sekelilingnya berhasil; orang seperti ini tidak dapat menerima realita, 3) orang yang berada di posisi post power syndrom, orang yang memasuki usia sekitar 50 tahun ke atas. Semangat tinggi ingin mengerjakan banyak hal tetapi tenaga kurang maka ketika ada orang lain yang lebih mudah menolongnya, ia akan sangat sensitif dan marah. Semua ini cuma membuktikan kelemahan manusia dan manusia membutuhkan Tuhan namun orang tidak mau mengakui kelemahannya. Tanpa sadar orang telah membangun antroposentric position.

Kitab Amos membukakan akan pemeliharaan Allah yang tidak tiada henti khususnya pada umat-Nya. Allah yang menuntun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (Am. 3:1). Allahlah yang menuntun mereka keluar, Allahlah yang berperang melawan bangsa Mesir, Allahlah yang menghancurkan bangsa Mesir, dan Allahlah yang menuntun mereka sampai tanah Kanaan. Jadi, bukan karena hebat dan gagahnya bangsa Israel tapi semua itu semata-mata karena Tuhan yang memelihara dan menolong mereka. Manusia dicipta sangat lemah yang harus bergantung pada oknum yang lain. Sedari bayi, kita perlu orang lain yang merawat dan memelihara kita. Bukan hanya secara fisik kita membutuhkan orang lain tetapi secara rohani, kita butuh Tuhan yang memimpin langkah hidup kita dan Tuhan menegaskan: “Aku akan menuntun engkau.” Pertanyaannya adalah maukah kita dipimpin dan berada dalam pemeliharaan Allah?

Perhatikan Firman Tuhan yang mengatakan: “Hanya kamu yang Kukenal…” (Am. 3:2) disini kita merasakan betapa indah dan luar biasa, diantara berjuta-juta umat manusia, Tuhan hanya mengenal satu bangsa. Inilah providensia Allah. Tuhan hanya mengenal anak-anak-Nya saja termasuk anda dan saya. Siapakah kita sehingga Tuhan mau memilih, memanggil dan memakai kita menjadi anak-Nya? Hebatkah kita? Tidak! Pandaikah kita? Tidak! Kayakah kita? Tidak! Di luar sana masih banyak orang yang lebih hebat, lebih pandai, lebih kaya, lebih segala-galanya dari kita. Kita tidak lebih hanyalah seorang pemberontak yang selalu melawan Tuhan. Lalu mengapa Tuhan memilih kita? Why have You chosen me? JawabanNya hanya satu, yakni semua hanya karena anugerah-Nya. Tuhan begitu mengasihi kita sehingga Dia mengenal kita secara pribadi. Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia memelihara kita seperti biji mata-Nya; Tuhan menjaga, memelihara, memimpin setiap anak-Nya. Namun ironis, kita melihat bagaimana respon bangsa Israel? Mereka tidak suka berada dalam anugerah dan dipimpin oleh Tuhan sebaliknya mereka melawan Tuhan. Inilah sifat manusia berdosa yang selalu ingin memimpin dan tidak mau dipimpin. Manusia berdosa ingin Tuhan yang harusnya menurut padanya. Tidak! Allah adalah Allah yang berdaulat, kita yang seharusnya tunduk pada-Nya. Cara Allah memimpin tidaklah sama seperti yang kita pikirkan.

Pertama, Sepintas orang membaca Amos 3:2 akan merasa jengkel dan kesal, disana tertulis: “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.” Setelah kalimat positif di bawahnya muncul kalimat negatif; Tuhan mengenal kita tetapi Tuhan menghukum. Inilah konsep berpikir manusia berdosa. Manusia berdosa ingin kalau Tuhan benar memelihara maka Tuhan harus menuruti semua keinginannya. Tidak! Itu bukan sayang tetapi justru akan membunuh kita. Orang tua yang baik dan mengasihi anaknya tidak akan menuruti semua keinginan si anak. Orang tua yang baik tahu bagaimana mengarahkan hidup si anak supaya tidak salah. Tapi jika anak tidak mau balik, ia harus pukul si anak. Kenapa? Karena kasihnya, dia ingin si anak hidup baik dan benar.

Karena Tuhan kenal kita maka Ia menghukum kesalahan kita. Ini providensia Allah. Seringkali kita mau Tuhan memelihara menurut cara kita. Ketika Tuhan mendidik dan menghukum kita karena perbuatan dosa, orang tidak berterima kasih dan kembali pada Tuhan malah sebaliknya, orang pergi meninggalkan Tuhan. Itulah kecelakaan fatal bagi kita. Tuhan Allah adalah Tuhan yang melampaui semua bijaksana yang ada di muka bumi. Tuhan ingin supaya anak-anak-Nya kembali pada-Nya dan hidup benar. Tuhan berkali-kali memperingatkan mereka, Tuhan kirim nabi untuk menegur mereka dan bertobat tapi mereka justru menganiaya bahkan membunuhnya. Tuhan memukul bangsa Israel dengan sangat keras, Tuhan membuang bangsa Israel. Kalau dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Tuhan menghukum bangsa Israel secara langsung maka hari ini, Tuhan telah memberikan Firman-Nya lengkap maka Tuhan ingin supaya kita menjadi lebih dewasa.

Tuhan menegaskan justru karena kita anak maka Ia menghajar dan menyesah kita sebaliknya kalau Tuhan tidak menghukum kita ketika kita berbuat dosa berarti kita anak haram (Ibr.12:5-7). Kalau Tuhan tidak menegur ketika kita melakukan kesalahan maka hati-hati, itu berarti titik matinya kita. Seorang Bapa yang sayang anak-Nya maka Ia menegur bahkan menghukum ketika anak-Nya melakukan kesalahan, sebab Dia ingin kita hidup dalam kebenaran. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa ketika kita sakit, dokter masih berusaha keras menyembuhkan kita dengan obat pahit, suntik atau operasi maka berbahagialah kita sebab itu berarti masih ada harapan untuk sembuh tapi kalau dokter membebaskan kita melakukan apa saja dan makan apa saja berarti waktu kita tidak banyak. Ingat, kalau Tuhan mendidik itu bukan berarti Ia tidak sayang. Tidak! Justru kita harusnya bersyukur sebab Tuhan masih sayang pada kita, Ia ingin kita hidup dalam kebenaran.

Kedua, Di tengah bangsa Israel yang jahat dan menyembah berhala, Tuhan masih memeliharakan Amos, seorang yang setia. Tuhan memakai Amos untuk memperingatkan bangsa Israel supaya bertobat. Perbuatan Amos tersebut membuat Imam Amazia marah, merasa terancam kedudukannya sebagai imam maka Amazia dengan licik memfitnah Amos di depan Raja Yerobeam dengan mengatakan bahwa Amos dan komplotannya akan memberontak dan Yerobeam akan mati dengan pedang. Yerobeam tidak bisa berpikir jernih, bagaimana mungkin Amos seorang peternak biasa dapat bersekongkol dan memberontak? Yerobeam takut kedudukannya terancam maka ia pun mengusir Amos ke Yehuda. Inilah sisi lain pemeliharaan Allah. Seorang yang taat tapi Tuhan biarkan ia menderita. Cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Dunia akan berpikir bahwa seorang yang taat harusnya tidak dibiarkan menderita, Allah seharusnya menghukum Amazia dan Yerobeam dengan keras tapi Tuhan justru sebaliknya, Ia membiarkan Amos dalam penderitaan. Iman Kristen bukanlah iman yang memanjakan. Namun Alkitab mencatat Amos bukanlah sebagai pihak yang kalah sebaliknya saat dimana Yerobeam mengindahkan peringatan Amos maka itulah titik kehancurannya. Tuhan memberikan bangsa Israel ke tangan bangsa Asyur. Seandainya, Amos tidak diusir keluar dari Israel, ia akah hancur karena serbuan asyur. Lihat, inilah cara Tuhan memelihara anak-Nya yang taat dan setia pada-Nya. Tuhan menginginkan kualitas.

Kualitas seseorang barulah terlihat ketika ia diuji, ia tetap setia pada kebenaran seberat apapun ujian tersebut. Inilah kualitas iman Kristen. Seperti halnya, seorang anak, orang tua yang baik memeliharakan hidupnya dan menyekolahkannya dan ia harus melewati ujian untuk mencapai jenjang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Tokoh iman yang lain adalah Ayub, ia tetap setia meski menderita. Hidup Kekristenan bukanlah hidup yang lancar dan nyaman. Tidak! Tuhan memelihara berarti kita harus melewati ujian dan tantangan; semua itu dimaksudkan untuk mempertumbuhkan iman kita. Tuhan mau kita jadi orang berkualitas. Pertanyaannya adalah relakah hidup kita dipimpin oleh Tuhan masuk dalam ujian? Hendaklah kita bersetia dalam kebenaran Tuhan, percayalah Tuhan mengenal setiap kita, Dia memelihara hidup anak-anak-Nya, Ia akan beserta dengan kita melewati segala tantangan dan pada akhirnya, kita menunjukkan kualitas indah, show up our quality. Inilah iman sejati.

Ketiga, Pemeliharaan Tuhan tidak bersifat fragmental atau kepingan-kepingan. Iman reformed mengajarkan bahwa segala sesuatu haruslah dilihat secara keseluruhan, yakni konsep CRFC: Creation, Fall, Redemption, Consummation. Tuhan menegaskan Tuhan akan memulihkan sampai pada kesempurnaan pada hari terakhir. Apa yang kita pikir tidak mungkin, yang hancur berantakan akan Tuhan sempurnakan (Am. 9). Sejarah tidak berhenti di penciptaan (creation), kejatuhan (fall) atau penebusan (redemption) tapi berhenti di penyempurnaan akhir (consummation). Secara makro kosmik kita melihat dari konsep CRFC, tetapi secara mikro kosmik, Tuhan memimpin hidup keseluruhan kita. Providensia Allah itu berjalan total pada ketuntasan total. Perhatikan bagaimana Tuhan memimpin bangsa Israel sampai pada kesudahan (Am. 9:11-15).

Hati-hati iblis berusaha memutar konsep Firman dan hal ini mulai nampak pada beberapa film yang selalu diakhiri dengan kejahatan sebagai pemenang. Inilah yang menjadi teriakan dunia berdosa yang tidak ada pengharapan. Sebagai anak Tuhan sejati, kita harus mewartakan bahwa dalam Tuhan Yesus ada pengharapan sejati. Kalau Tuhan membiarkan kita berada dalam penderitaan, bukan berarti Tuhan tidak cinta. Salah! Justru sebaliknya, Tuhan punya maksud dan tujuan indah ketika Ia mencipta kita. Tuhan mencipta manusia sebagai mahkota ciptaan-Nya dan sebagai wakil kemuliaan Dia. Kemuliaan Tuhan yang agung merupakan konsumasi akhir. Janganlah melihat kekinian tapi lihatlah perjalanan sampai pada akhir. Jangan hanya melihat kepingan-kepingan dan menafsirnya dengan konsep manusia berdosa. Kita harus melihat secara keseluruhan dan totalitas, disana kita melihat rencana Allah yang indah atas hidup kita. Itulah iman sejati.

Di antara berjuta-juta umat di dunia sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan memilih dan memanggil kita menjadi anak-Nya. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia berkenan memeliharakan hidup kita; Dia akan memimpin setiap langkah kita sampai pada titik akhir, kesempurnaan. Alangkah indah hidup berada dalam pemeliharaan Tuhan. Maukah kita hidup dalam pemeliharaan Allah? Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sumber :

http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070113.htm

Bab 43: HIDUP DENGAN TUJUAN?? (Analisa Terhadap Bab 40 Buku Rick Warren)

Bab 43

Hidup dengan Tujuan ??

P

ada bab 43 (makalah) ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keempatpuluh dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 40 (buku) ini, Warren mengajarkan tentang pentingnya hidup dengan tujuan,

Hidup dengan tujuan adalah satu-satunya cara untuk sungguh-sungguh hidup. Lain dari itu berarti asal hidup saja...

...

Ada banyak hal “baik” yang bisa Anda kerjakan dengan kehidupan Anda, tetapi tujuan-tujuan Allah adalah lima hal penting yang harus Anda kerjakan... Anda perlu mengembangkan sebuah pernyataan tujuan untuk kehidupan Anda dan kemudian mengevaluasinya secara teratur... (Warren, 2005, pp. 345-346)

Komentar saya :

Hidup Kristen memang harus memiliki tujuan, tetapi tidak berarti hidup itu digerakkan tujuan, atau dengan kata lain, tujuan itu “memaksa” hidup kita untuk menurut kepadanya. Kemudian, apakah tujuan hidup manusia hanya dibatasi pada lima poin seperti yang Warren ungkapkan ? Saya pikir, tidak demikian. Tujuan dan makna hidup sejati dapat digali sendiri dari Alkitab dan bukan melalui penguraian dari buku Warren.

Pada awal bab ini, ia memaparkan tentang makna pernyataan tujuan hidup,

Pernyataan tujuan hidup ialah pernyataan yang merangkum tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan Anda. Dengan kata-kata sendiri Anda menegaskan komitmen Anda untuk lima tujuan Allah bagi kehidupan Anda. Sebuah pernyataan tujuan bukanlah sebuah daftar sasaran. Sasaran bersifat sementara ; tujuan bersifat kekal...

Pernyataan tujuan hidup ialah pernyataan yang menunjukkan arah hidup Anda. Menulis tujuan Anda di atas kertas akan mendorong Anda untuk berpikir secara spesifik tentang jalan hidup Anda... Sebuah pernyataan kehidupan bukan hanya memperjelas apa yang ingin Anda kerjakan dengan waktu, kehidupan, dan uang Anda, tetapi juga menunjukkan apa yang tidak akan Anda kerjakan...

Pernyataan tujuan hidup ialah pernyataan yang mendefinisikan “sukses” bagi Anda. Pernyataan tujuan hidup menyatakan apa yang Anda anggap penting, bukan apa yang dunia katakan penting. Pernyataan tujuan hidup memperjelas nilai-nilai Anda...

Pernyataan tujuan hidup ialah pernyataan yang memperjelas peranan Anda. Anda akan memiliki peran-peran yang berbeda di atas panggung yang berbeda dalam kehidupan, tetapi tujuan-tujuan Anda tidak akan pernah berubah. Tujuan-tujuan itu lebih besar daripada peran apapun yang akan Anda miliki.

Pernyataan tujuan hidup ialah pernyataan yang mengekspresikan shape Anda. Pernyataan tujuan hidup mencerminkan cara unik Allah dalam menciptakan Anda untuk melayani Dia. (Warren, 2005, pp. 346-347)

Komentar saya :

Dari kelima makna pernyataan tujuan hidup ini, nampak jelas di dalam setiap bagiannya kata “Anda” muncul, sedangkan kata “Allah” hanya muncul satu kali (di bagian pertama), itupun ditujukan bagi manusia. Tujuan hidup sejati dari manusia (anak-anak Allah) sebagaimana diajarkan oleh Katekismus Singkat Westminster pasal 1 adalah memuliakan Allah dan menikmati-Nya selama-lamanya, tetapi tidak berarti tujuan ini menjadi “penghakim” hidup manusia. Tujuan hidup manusia bermaksud agar anak-anak Tuhan memiliki arah hidup hanya untuk memuliakan Allah dan menikmati-Nya. Fokusnya bukan pada tujuan, tetapi pada memuliakan Allah dan menikmati-Nya. Pernyataan tujuan hidup sejati 100% berfokus pada Allah, bukan pada manusia, seperti yang Warren ajarkan.

Selanjutnya, ia menjelaskan tentang lima pertanyaan terbesar dalam kehidupan sebagai bahan pertimbangan ketika kita mempersiapkan pernyataan tujuan hidup kita,

Apa yang akan menjadi pusat hidup saya ? Inilah pertanyaan tentang penyembahan.

... Sebenarnya, apapun yang merupakan pusat kehidupan Anda adalah allah Anda. Ketika Anda memberikan diri Anda kepada Kristus, Ia masuk ke pusat tersebut, tetapi Anda harus membuat-Nya tetap ada di pusat melalui penyembahan. Paulus mengatakan, “Aku berdoa agar Kristus semakin betah tinggal di dalam hatimu.” (Efesus 3:17 ; New Living Translation).

Bagaimana Anda tahu bila Allah menjadi pusat kehidupan Anda ? Bila Allah menjadi pusat kehidupan Anda, Anda menyembah. Bila tidak, Anda khawatir... Pada saat Anda menempatkan Dia kembali di pusat, Anda akan memiliki damai sejahtera kembali...

Apakah yang akan menjadi karakter kehidupan saya ? Inilah pertanyaan menyangkut pemuridan... Allah jauh lebih tertarik pada keadaan Anda daripada pekerjaan Anda. Ingatlah, Anda akan membawa karakter Anda ke dalam kekekalan, bukan karier Anda...

Apakah yang akan merupakan sumbangsih kehidupan saya ? Inilah pertanyaan menyangkut pelayanan...

Walaupun Anda dibentuk untuk melayani orang lain, bahkan Yesus pun tidak memenuhi kebutuhan semua orang waktu Ia di bumi. Anda harus memilih siapa yang paling bisa Anda tolong, berdasarkan shape Anda...

Apakah yang akan merupakan pesan kehidupan saya ? Inilah pertanyaan menyangkut misi Anda kepada orang-orang yang belum percaya. Pernyataan misi Anda ialah bagian dari pernyataan tujuan kehidupan Anda. Pernyataan misi Anda harus mencakup komitmen Anda untuk membagikan kesaksian Anda dan Kabar Baik kepada orang lain...

Apakah yang akan menjadi komunitas kehidupan saya ? Inilah pertanyaan menyangkut persekutuan... Anda perlu memasukkan ekspresi kasih Anda untuk gereja Allah dalam pernyataan Anda... (Warren, 2005, pp. 347-349)

Komentar saya :

Dari pemaparannya, dapat disimpulkan bahwa saya lah yang menjadi pusat dari pernyataan tujuan hidup, padahal ini jelas salah. Pusat dari pernyataan tujuan hidup adalah Allah sendiri, dan hanya Allah yang mendapatkan kemuliaan karena Ia yang mencerahkan dan memimpin manusia pilihan-Nya untuk menggenapkan Kerajaan-Nya di bumi ini. Ingatlah, segala sesuatu adalah dari Allah, oleh Allah dan bagi kemuliaan-Nya (Roma 11:36).

Terakhir, ia menguraikan bahwa sebenarnya Allah ingin memakai kita,

...

Allah tetap mencari orang-orang untuk dipakai.

Paulus menjalani kehidupan yang memiliki tujuan...

Suatu hari sejarah akan berakhir, tetapi kekekalan akan berlanjut selamanya... Bila memenuhi tujuan-tujuan Anda terasa berat, jangan menyerah pada perasaan putus asa. Ingatlah upah Anda, yang akan berlangsung kekal... (Warren, 2005, pp. 351-352)

Komentar saya :

Maksud kehidupan kita bukan untuk memenuhi tujuan-tujuan Allah, tetapi memenuhi ISI dari kehendak-Nya bagi kehidupan kita melalui Alkitab. Orang-orang Kristen tidak perlu mencari-cari tujuan-tujuan Allah bagi manusia di luar Alkitab, karena Alkitab sudah cukup pada dirinya sendiri untuk memaparkan kehendak-Nya. Tidak berarti, kita tidak boleh membaca buku-buku rohani. Kita boleh membaca buku-buku rohani yang bertanggungjawab, tetapi ingat, buku-buku tersebut jangan pernah menggantikan Alkitab, tetapi ujilah setiap buku yang kita baca berdasarkan Alkitab. Alkitab yang kita pegang sebagai satu-satunya standart kemutlakan akan memimpin hidup kita menuju apa yang Dia kehendaki untuk kemuliaan-Nya, sehingga ketika kita berhasil menyelesaikan apa yang dikehendaki-Nya, itu adalah anugerah Allah melalui pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan kita terus-menerus. Ingatlah, anugerah Allah tidak pernah meniadakan tanggung jawab manusia, tetapi memimpin dan mengarahkan tanggung jawab manusia agar sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

Bab 42: MENYEIMBANGKAN KEHIDUPAN ANDA?? (Analisa Terhadap Bab 39 Buku Rick Warren)

Bab 42

Menyeimbangkan Kehidupan Anda??

P

ada bab 42 (makalah) ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketigapuluhsembilan dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 39 (buku) ini, Warren mengajarkan tentang kegiatan penting pertama dan kedua dari empat poin kegiatan penting yang harus kita kerjakan untuk mencapai hidup yang memiliki tujuan,

Bicarakanlah hal itu dengan seorang rekan rohani atau kelompok kecil rohani. Cara terbaik untuk menghayati prinsip-prinsip di dalam buku ini adalah mendiskusikannya dengan orang lain dalam sebuah kelompok kecil... Kita bisa banyak belajar di dalam komunitas. Pikiran kita dipertajam dan keyakinan kita diperdalam lewat percakapan.

...

Sebuah kelompok kecil untuk membaca buku ini bersama akan memberikan banyak keuntungan yang tidak bisa diberikan oleh buku itu sendiri. Anda bisa memberi dan menerima umpan balik tentang apa yang sedang Anda pelajari...

Saya juga mendorong Anda untuk melakukan penyelidikan Alkitab secara pribadi... Bacalah apendiks 3, yang menjelaskan mengapa buku ini memakai begitu banyak terjemahan dan parafrase yang berbeda...

Adakan bagi diri Anda suatu pemeriksaan rohani yang teratur. Cara terbaik untuk menyeimbangkan kelima tujuan itu dalam kehidupan Anda ialah dengan mengevaluasi diri Anda sendiri secara berkala. Allah memberikan nilai tinggi untuk kebiasaan mengevaluasi diri... (Warren, 2005, pp. 338-340)

Komentar saya :

Buku Rick Warren ini dianggap sebagai sebuah sarana pengganti Alkitab. Mengapa saya bisa sampai kepada kesimpulan ini ? Mari kita menyelidiki. Di awal saja, ia sudah mengajarkan bahwa buku ini hebat, karena memaparkan “tujuan-tujuan Allah” bagi manusia, jadi pakailah buku ini sebagai bahan diskusi di dalam kelompok kecil. Lalu, bagaimana dengan Alkitab sendiri ? Alkitab ditempatkannya setelah menghayati prinsip-prinsip di dalam bukunya ini. Perhatikan alur pikirnya dari tiga paragraf pada poin pertama yang saya kutip di atas (paragraf pertama dan ketiga). Renungan harian yang beres dan bertanggungjawab, seperti yang telah saya jelaskan pada bab-bab awal makalah ini, bukan renungan harian yang mencuplik satu atau beberapa ayat Alkitab untuk menjadi dasar renungan, tetapi mempelajari seluruh bagian Alkitab. Saya ambil contoh, bagi saya, Santapan Harian yang saya pergunakan yang diterbitkan oleh Persekutuan dan Pembaca Alkitab (PPA) adalah renungan harian yang tersistematis dan bertanggungjawab, karena di dalamnya, pembaca renungan ini harus membaca satu perikop bagian Alkitab, kemudian penulis renungan ini menjelaskan sedikit sejarah dan latar belakangnya untuk kemudian diimplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika sedang merenungkan kitab Perjanjian Lama, renungan harian ini bukan hanya menggumuli Perjanjian Lama di dalam renungannya, tetapi juga mengintegrasikannya dengan bagian-bagian Perjanjian Baru sebagai realisasi Perjanjian Lama. Di sini, prinsip renungan harian ini sangat jelas, yaitu keseluruhan dan kekonsistenan pengajaran dari PL sampai PB yang hanya dimengerti melalui perspektif theologia Reformed yang konsisten ! Bagaimana dengan The Purpose Driven Life ? Saya pikir bahwa ini bukan buku renungan, tetapi buku training motivasi, karena di dalamnya tidak ada peneguran dosa, pertumbuhan iman Kristen berdasarkan Alkitab yang konsisten, pentingnya belajar theologia, pentingnya penginjilan yang bertanggungjawab dengan berfokuskan kedaulatan Allah, dll. Semua bahan di dalam buku The Purpose Driven Life dibahas hanya sepintas, tidak mendalam dan terkesan seperti untuk anak-anak TK yang baru mengerti bahasa. Inikah namanya pertumbuhan rohani ? Mutlak tidak ! Renungan harian yang beres bukan hanya sekedar merenungkan Firman, tetapi juga harus berisi pemahaman doktrinal yang solid untuk memimpin kita lebih mengerti kedalaman dan keseluruhan konsep Alkitab antar kitab di dalamnya.

Kedua, bagi Warren, kelompok kecil ini pun memberikan keuntungan. Bukankah di dalam bab 38, ia menjelaskan bahwa orang yang hanya ingin memperalat Allah untuk kepentingannya adalah orang “Kristen” duniawi, tetapi herannya, di dalam bab 39 ini (dan tentunya bab-bab lain), ia malah membuka kedoknya sendiri secara implisit bahwa mengerjakan segala sesuatu (bahkan membentuk kelompok kecil) harus mendatangkan keuntungan (profit-oriented) dan kalau perlu harus menggunakan bukunya selain Alkitab (persis seperti yang dilakukan aliran-aliran bidat Saksi Yehova dan Mormon dengan menggunakan buku-buku lain di luar Alkitab).

Selanjutnya, ia memaparkan tentang kegiatan penting ketiga dan keempat dari empat poin kegiatan penting yang harus kita kerjakan untuk mencapai hidup yang memiliki tujuan,

Tulislah kemajuan Anda dalam sebuah jurnal. Cara terbaik untuk memperkuat kemajuan Anda dalam memenuhi tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan Anda ialah membuat sebuah jurnal rohani. Ini bukanlah sebuah catatan harian tentang semua peristiwa, tetapi suatu catatan tentang pelajaran-pelajaran kehidupan yang tidak ingin Anda lupakan...

Menulis membantu memperjelas apa yang Allah kerjakan di dalam kehidupan Anda...

... Kehidupan Anda adalah sebuah perjalanan, dan sebuah perjalanan layak untuk dibuatkan jurnalnya...

Jangan hanya menulis hal-hal yang menyenangkan. Sebagaimana dilakukan Daud, catatlah keraguan, ketakutan, dan pergumulan Anda dengan Allah... Ketika masalah terjadi, ingatlah bahwa Allah memakainya untuk memenuhi kelima tujuan dalam kehidupan : Masalah-masalah mendorong Anda untuk tetap memusatkan perhatian kepada Allah, menarik Anda lebih dekat kepada orang lain di dalam persekutuan, membangun karakter serupa dengan Kristus, memberi Anda sebuah pelayanan, dan memberi Anda sebuah kesaksian. Semua masalah memiliki tujuan...

Teruskanlah apa yang Anda ketahui kepada orang lain. Jika Anda ingin tetap bertumbuh, cara terbaik untuk belajar lebih banyak adalah dengan meneruskan apa yang telah Anda pelajari... Orang-orang yang meneruskan berbagai warisan mendapat lebih banyak dari Allah.

Setelah Anda memahami tujuan hidup, menjadi tanggung jawab Anda untuk membawa pesan tersebut kepada orang lain. Allah sedang memanggil Anda untuk menjadi pembawa berita-Nya...

...

Semakin banyak yang Anda tahu, semakin besar harapan Allah agar Anda memakai pengetahuan tersebut untuk menolong orang lain... Pengetahuan meningkatkan tanggung jawab... (Warren, 2005, pp. 340-342)

Komentar saya :

Untuk mendapatkan hidup yang memiliki tujuan, menurut Warren, kita perlu menuliskan kemajuan kita dalam sebuah jurnal dan meneruskan apa yang kita ketahui kepada orang lain. Pada poin yang ketiga ini tidaklah salah, itu cukup penting, karena dengan jurnal, kita bisa mengetahui kualitas pertumbuhan rohani kita, tetapi pada poin keempat, saya agak kurang setuju, mengapa ? Perhatikan, kita boleh dan bahkan harus membagikan apa yang kita ketahui kepada orang lain, tetapi ingatlah prinsip : dengan dasar apa kita membangun apa yang kita ketahui dan apakah benar setiap pengetahuan kita pasti dapat menolong orang lain.

Pertama, esensi/inti masalah bukan pada membagikan apa yang kita ketahui, tetapi apa yang kita jadikan dasar untuk apa yang kita ketahui (dasar pengetahuan kita). Kalau pengetahuan kita didasarkan pada prinsip-prinsip di dalam buku Warren ini, saya terus terang harus meragukan “kebenaran” pengetahuan orang Kristen, karena sejujurnya, Warren tidak mengajarkan secara konsisten pengajaran Alkitab, tetapi ia sedikit menyisipkan prinsip-prinsip psikologi yang “dibaptis” dalam nama “yesus” menjadi prinsip-prinsip Berpikir Positif dan “Theologia” Kemakmuran ditambah pentingnya pengalaman rohani persis seperti yang digembar-gemborkan oleh banyak gereja Karismatik/Pentakosta (yang akarnya dimulai dari golongan Radikal-Reformasi atau Anabaptisme yang menekankan pengalaman rohani). Pengetahuan sejati didapat bukan dari buku training motivasi ini, tetapi hanya dari Alkitab saja. Tetapi apakah berarti kita tidak boleh membaca buku-buku rohani lain di luar Alkitab? TIDAK ! Jangan menyalahartikan pernyataan saya. Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran mutlak, tetapi prinsip penafsirannya berbeda. Lalu, untuk membangun sebuah pengetahuan sejati, kita bukan memilih prinsip penafsiran yang mudah, menyenangkan dan praktis, tetapi kita harus mencari dan memilih serta menetapkan satu prinsip penafsiran yang mendekati makna asli Alkitab. Adakah itu ? ADA, yaitu prinsip penafsiran dari perspektif theologia Reformed. Ini tidak berarti theologia Reformed identik dengan Alkitab, lalu theologia Reformed itu sempurna dan tidak bercacat ! Theologia Reformed masih terus-menerus ingin diperbaharui sesuai dengan kebenaran Alkitab, dan inilah bukti bahwa theologia Reformed tidak pernah sempurna, tetapi tidak berarti karena prinsip ini lalu kita mengabaikan signifikansi theologia Reformed yang sejauh ini memiliki prinsip penafsiran Alkitab yang mendekati makna asli dari Alkitab itu sendiri.

Kedua, kalau kita sudah membangun epistemologi/pengetahuan kita yang benar, apakah berarti semua pengetahuan kita pasti dapat menolong orang lain ? Jawabannya : YA dan TIDAK. YA, kalau orang yang kita tolong tersebut memiliki masalah yang sama dengan kita dan hati dan pikirannya dicerahkan Roh Kudus sehingga dirinya boleh menerima Kristus dan mengerti Firman Tuhan (Alkitab). Sedangkan, saya menjawab TIDAK, karena sejujurnya, tidak semua orang mau menerima pengetahuan kita apalagi dibangun di atas dasar Alkitab dari perspektif theologia Reformed. Jangankan menggunakan perspektif theologia Reformed, membangun paradigma di atas dasar Alkitab dan mengintegrasikannya di dalam setiap kehidupan, baik sosial, ekonomi, dll, banyak orang “Kristen” sendiri tidak menyetujuinya, lalu apa alasannya ? Dengan mudah dan tidak bertanggungjawab (tentunya), mereka yang juga mengklaim sedang “melayani tuhan” mengemukakan argumen yang menurutnya masuk akal (sebenarnya sangat tidak masuk akal) bahwa religion dan science itu tidak ada hubungannya. Kepada orang “Kristen” model ini, bagi saya, sangat sulit, dan bahkan pengetahuan kita yang telah dibangun di atas dasar Alkitab tidak pernah akan mungkin diterima, karena prinsip iman dan membangun paradigma pengetahuannya berbeda. Segala sesuatu yang kita lakukan di dalam menolong orang lain, jangan hanya melihat kebutuhan orang lain, tetapi pertimbangkanlah juga kedaulatan Allah atasnya, karena meskipun kita sudah bekerja keras menyadarkan banyak orang, tetapi jika Roh Allah tidak mencerahkan hati dan pikirannya, sia-sialah usaha kita.

Terakhir, ia menjelaskan bagaimana semua ini dilakukan untuk kemuliaan Allah,

Alasan kita membagikan apa yang kita ketahui adalah untuk kemuliaan Allah dan pertumbuhan kerajaan-Nya...

... Allah ingin agar kita memperkenalkan orang kepada Kristus, membawa mereka ke dalam persekutuan-Nya, membantu mereka bertumbuh dewasa dan menemukan tempat mereka dalam pelayanan, dan selanjutnya mengutus mereka untuk menjangkau orang lain juga.

Inilah kehidupan yang memiliki tujuan... (Warren, 2005, pp. 342-343)

Komentar saya :

Benarkah motivasi Warren membagikan “tujuan-tujuan Allah” bagi manusia hanya bagi kemuliaan Allah ? Apakah dengan mengutip prinsip-prinsip psikologi apalagi dari perkataan seorang atheis, Bertrand Russell di dalam bab awal di dalam bukunya, dll itu memuliakan Allah ? Apakah dengan mengatakan bahwa gereja itu ada untuk memenuhi lima kebutuhan terdalam manusia, Warren juga memuliakan Allah ? Jangan percaya kepada setiap orang “Kristen” apalagi “pemimpin gereja” yang sok “rohani” mengatakan bahwa segala sesuatu itu untuk kemuliaan Allah ! Jangan mau ditipu oleh mereka ! Seorang Kristen dan pemimpin gereja sejati yang memuliakan Allah adalah mereka yang menyadari hidup mereka adalah anugerah Allah, lalu mereka mempertanggungjawabkan anugerah Allah ini di dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan mempelajari kehendak Allah melalui Firman-Nya dengan bertanggungjawab dan teliti, dan terakhir mereka menjadi saksi Kristus di manapun berada hanya bagi kemuliaan-Nya. Di dalam setiap inci pengajaran, pengetahuan, kehidupan, dll setiap anak Tuhan, mereka hanya memuliakan Allah, bukan memuliakan manusia. Kalau ada satu prinsip pengajaran saja tidak memuliakan Allah, apakah itu bisa dikatakan bahwa dirinya memuliakan Allah ? TIDAK ! Memuliakan Allah itu lahir dari hati dan motivasi yang murni dan bersih di hadapan-Nya. Dari titik pertama pembuatan buku ini, Warren tidak memiliki motivasi yang murni dan bersih di hadapan-Nya. Hal ini tampak dari pemaparannya pada bab-bab terakhir bahwa bukunya “harus” dijadikan bahan diskusi di dalam kelompok-kelompok kecil, lalu juga cukup banyak ayat Alkitab dikutip Warren secara sembarangan dengan tidak memperhatikan konteks, perikop, bahasa asli dan menggunakan terjemahan-terjemahan yang tepat sesuai bahasa aslinya. Apakah melalui membaca buku Warren ini, kita menemukan hidup yang seimbang ? Saya pikir, tidak, justru mungkin kita akan hidup secara tidak seimbang, karena beberapa alasan.

Pertama, di dalam buku Warren, ia hanya mengajarkan pentingnya pelayanan, penyembahan, penginjilan, persekutuan, dll, tetapi tidak mengajarkan prinsip mandat budaya di mana orang Kristen harus menjadi saksi Kristus di tengah kehidupan dunia, misalnya mengintegrasikan iman Kristen di dalam politik, ekonomi, sosial, dll. Padahal mandat budaya ini juga penting.

Kedua, ia terlalu banyak mengajarkan hal-hal duniawi yang “dibaptis” di dalam nama “yesus”, misalnya, “membaptis” pandangan dari seorang atheis, Bertrand Russell, mengutip tokoh-tokoh mistik Katolik Roma yang mengajarkan “doa nafas”, dll, yang sama sekali tidak diajarkan oleh Alkitab. Warren menggunakan ayat-ayat Alkitab dengan sengaja melepaskannya dari konteks dan perikop aslinya, hanya untuk mencapai market-oriented dan larisnya buku yang ia tulis. Itulah citra hermeneutika (penafsiran) di abad postmodern, mau menafsirkan seenaknya sendiri !

Bab 41: MENJADI SEORANG KRISTEN KELAS DUNIA?? (Analisa Terhadap Bab 38 Buku Rick Warren)

Bab 41

Menjadi Seorang Kristen Kelas Dunia ??

P

ada bab 41 (makalah) ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketigapuluhdelapan dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 38 (buku) ini, Warren mengajarkan bagaimana menjadi seorang Kristen kelas dunia.

Pada awal bab ini, ia mengajarkan,

Amanat Agung merupakan pengutusan Anda.

Anda harus membuat sebuah pilihan. Entah Anda akan menjadi seorang Kristen kelas dunia atau seorang Kristen duniawi.

Orang-orang Kristen duniawi memandang Allah terutama untuk pemuasan pribadi... Mereka ingin memakai Allah untuk tujuan-tujuan mereka dan bukan dipakai untuk tujuan-tujuan-Nya.

Sebaliknya, orang-orang Kristen kelas dunia tahu bahwa mereka diselamatkan untuk melayani dan diciptakan untuk sebuah misi. Mereka rindu menerima sebuah tugas pribadi dan senang dengan hak istimewa yaitu dipakai oleh Allah. Hanya orang-orang Kristen kelas dunialah yang merupakan orang-orang yang sepenuhnya hidup di dunia...

Allah mengajak Anda untuk ambil bagian dalam hal yang paling besar, paling luas, paling beragam, dan paling penting dalam sejarah, yaitu kerajaan-Nya. Sejarah adalah kisah-Nya... Terlibat sebagai orang Kristen kelas dunia akan membuat Anda mengalami sedikit rasa surga terlebih dulu. (Warren, 2005, pp. 327-328)

Komentar saya :

Bagi saya, di titik pertama, meskipun Warren membagikan dua macam orang Kristen, yaitu duniawi dan kelas dunia, kedua prinsip ini tidak berbeda. Mari kita uji pemikirannya. Pertama, ia mengatakan bahwa orang Kristen duniawi hanya ingin memperalat Allah untuk kepentingannya sendiri. Lalu, kata Warren, orang Kristen kelas dunia menyadari bahwa mereka diselamatkan untuk melayani. Sekilas tampak berbeda, tetapi pemakaian istilah ini sesungguhnya hampir sama, karena mengandung unsur “dunia”. Saya tidak menjumpai sedikitpun penjelasan Alkitab mengenai status Kristen sebagai kelas dunia, yang ada hanyalah hamba-hamba Kristus. Tahukah Anda pemakaian frase “kelas dunia” hendak menunjukkan “keterkenalan, kemasyuran, dll” ? Pernahkah Anda mendengar istilah “bintang kelas dunia” atau “artis top kelas dunia” ? Bukankah ini menunjukkan keterkenalan, dll ? Apakah orang Kristen harus mengikuti mode orang-orang sekuler ? TIDAK ! Pdt. Billy Kristanto pernah mengajarkan bahwa orang Kristen itu tidak pernah show off atau dengan kata lain, orang Kristen tidak perlu terkenal, karena Kristus sendiri pada zamannya tidak terlalu terkenal dan show off. Sebagaimana Kristus rendah hati, hendaklah orang Kristen pun rendah hati dan tidak mau diri mereka terkenal menggantikan Kristus. Ketika orang Kristen mulai mencoba “kelas dunia”, ini menandakan bahwa mereka sudah mulai menggantikan kemuliaan Allah dengan kemuliaan diri.

Selanjutnya, ia memaparkan tentang bagaimana berpikir seperti seorang Kristen kelas dunia pertama dan kedua,

Berubahlah dari pola pikir yang berpusat pada diri sendiri menjadi pola pikir yang berpusat pada orang lain. Alkitab mengatakan, Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah … orang dewasa dalam pemikiranmu!” (1 Korintus 14:20 ; AITB) Inilah langkah pertama untuk menjadi seorang Kristen kelas dunia. Anak-anak hanya memikirkan diri mereka sendiri ; orang-orang dewasa memikirkan orang lain...

...

Mulailah meminta Roh Kudus untuk menolong Anda memikirkan kebutuhan rohani dari orang-orang yang belum percaya kapanpun Anda berbicara dengan mereka...

Berubahlah dari pola pikir lokal menjadi pola pikir global. Allah adalah Allah yang global. Dia selalu peduli dengan seluruh dunia... Dari mulanya Dia menginginkan anggota-anggota keluarga dari semua bangsa yang Dia ciptakan...

...

Cara pertama untuk mulai berpikir secara global ialah mulai berdoa untuk negara-negara tertentu. Orang-orang Kristen kelas dunia mendoakan dunia... Alkitab mengatakan, “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.” (Mazmur 2:8 ; AITB).

Doa adalah peralatan yang paling penting bagi misi Anda di dunia...

...

Anda juga perlu berdoa bagi para misionaris dan semua orang lainnya yang terlibat di dalam tuaian global...

Cara lain untuk mengembangkan pola pikir global adalah membaca dan mengamati berita-berita dengan “mata Amanat Agung.” Di manapun ada perubahan atau konflik, Anda bisa yakin bahwa Allah akan memakainya untuk membawa orang-orang kepada Dia...

Cara terbaik untuk berubah kepada pola pikir global adalah bangkit dan ikutilah proyek misi jangka pendek ke negara lain !... (Warren, 2005, pp. 329-332)

Komentar saya :

Saya menjumpai dua pemakaian ayat Alkitab yang di luar konteks yang sengaja dikutip oleh Warren untuk mendukung pengajarannya.

Pertama, untuk mengajarkan bahwa kita harus mengganti pola pikir yang berpusat kepada diri dengan berpusat kepada orang lain, Warren sengaja mengutip 1 Korintus 14:20. Perhatikan, ayat ini berada di dalam seluruh perikop dan konteks 1 Korintus 14 tentang karunia bahasa lidah, dan sama sekali tidak berada di dalam sebuah penjelasan mengenai penggantian pola pikir. Meskipun ayat ini bisa diimplikasikan seperti yang Warren ajarkan, hendaknya Warren menjelaskan konteks yang ada sehingga pembaca tidak kehilangan makna aslinya. Masalah Warren di sini adalah kekurangmengertian Warren di dalam menafsirkan Alkitab, di mana salah satu prinsipnya adalah what it meant (arti asli/sesuai konteks penulisan kitab di dalam Alkitab) dan what it means (implikasi ke dalam kehidupan sehari-hari/arti bagi kita yang hidup di zaman sekarang). Tanpa memperhatikan what it meant, niscaya, penafsiran Alkitab kita dapat dikatakan sembrono dan tidak bertanggungjawab, sebalikya tanpa memperhatikan what it means, kita sedang mengajarkan bahwa semua ayat Alkitab tidak memiliki relevansinya bagi kita yang hidup di zaman sekarang. Kedua-duanya harus seimbang. What it meant di dalam 1 Korintus 14:20 adalah berbicara tentang karunia bahasa lidah, dan what it meansnya bisa diimplikasikan bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak boleh berpikiran seperti anak-anak.

Kedua, kalau di dalam hal penafsiran 1 Korintus 14:20, Warren kurang memperhatikan konteks aslinya (hanya memperhatikan implikasi praktisnya), maka di dalam penafsiran kedua, yaitu Mazmur 2:8, Warren tidak memperhatikan konteks aslinya, lalu mengajarkan bahwa orang Kristen harus mendoakan dunia. Benarkah tafsiran ini ? Mengutip tulisan dari Richard M. Bennett, ayat ini adalah ayat yang berhubungan dengan janji Mesianik, sehingga Mazmur ini disebut Mazmur Mesianik, yang menubuatkan kedatangan Mesias, dan tidak ada hubungannya dengan orang Kristen yang harus mendoakan dunia ! Mengapa ? Karena ayat 8 ini tidak bisa dilepaskan dari ayat 7 yang menyatakan, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Anak Allah jelas menunjuk kepada Kristus, bukan yang lain ! Apakah what it means bisa diimplikasikan kepada pribadi orang-orang Kristen sebagai anak-anak Allah ? TIDAK! Perikop dan konteks ini hanya menunjukkan Pribadi Kristus yang mulia dan bukan orang-orang Kristen. Di dalam hal ini, Warren terlalu memaksakan suatu ayat Alkitab tanpa melihat konteks dan perikopnya hanya untuk mendukung teori yang sedang diajarkannya.

Kemudian, ia menjelaskan tentang bagaimana berpikir seperti seorang Kristen kelas dunia ketiga dan keempat,

Berubahlah dari pola pikir “waktu sekarang” ke pola pikir kekal. Untuk menggunakan sebaik-baiknya waktu Anda di dunia, Anda harus membangun sebuah perspektif kekal...

Banyak hal yang untuknya kita memboroskan tenaga kita tidak akan bernilai bahkan setahun dari sekarang, apalagi untuk kekekalan. Jangan menukar kehidupan Anda dengan hal-hal sementara...

...

... Yesus berkata, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:9 ; AITB)... Apa yang Yesus maksudkan adalah bahwa Anda perlu memakai uang yang Allah berikan kepada Anda untuk membawa orang kepada Kristus...

Berubahlah dari pola pikir mencari-cari alasan ke pola pikir mencari cara-cara kreatif untuk melaksanakan misi Anda. Jika Anda bersedia, selalu ada jalan untuk melakukannya, dan ada agen-agen yang akan membantu Anda...

...

... Kita semua dipanggil untuk memenuhi kelima tujuan Allah untuk kehidupan kita yaitu : untuk menyembah, untuk bersekutu, untuk bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus, untuk melayani, untuk terlibat dalam misi bersama Allah di dunia. Allah tidak ingin memakai hanya beberapa orang-Nya ; Dia ingin memakai seluruh umat-Nya...

...

Jika Anda ingin menjadi seperti Yesus, Anda harus memiliki hati untuk seluruh dunia. Anda tidak bisa puas hanya dengan keluarga dan teman-teman Anda yang datang kepada Kristus... Amanat Agung adalah pengutusan Anda, dan mengerjakan bagian Anda ialah rahasia untuk menjalani sebuah kehidupan yang bermakna. (Warren, 2005, pp. 332-334)

Komentar saya :

Bagi saya, prinsip ketiga dan keempat ini benar, karena secara implisit, ia hendak mengajarkan bahwa yang terpenting bukan fenomena (pola pikir “waktu sekarang”), tetapi esensi (pola pikir kekal), tetapi sayangnya, ia hanya sedikit benar di dalam konsep ini, dan bukan pada konsep lain.

Bab 40: MEMBAGIKAN PESAN KEHIDUPAN ANDA?? (Analisa Terhadap Bab 37 Buku Rick Warren)

Bab 40

Membagikan Pesan Kehidupan Anda ??

P

ada bab 40 (makalah) ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketigapuluhtujuh dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 37 (buku) ini, Warren mengajarkan pentingnya membagikan pesan Injil melalui kehidupan kita.

Pada awal bab ini, ia mengajarkan,

Allah telah memberi Anda sebuah Pesan Kehidupan untuk dibagikan.

Ketika Anda menjadi seorang percaya, Anda juga menjadi seorang pembawa berita Allah. Allah ingin berbicara kepada dunia melalui diri Anda...

... Anda memiliki segudang pengalaman yang Allah ingin pakai untuk membawa orang lain ke dalam keluarga-Nya... (Warren, 2005, pp. 319)

Komentar saya :

Hal ini memang benar bahwa Allah memilih dan menetapkan kita sebagai anak-Nya untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia. Intinya tetap adalah pemberitaan Injil, dan bukan pemberitaan pengalaman-pengalaman ! Mari kita akan menelusuri apa yang Warren ajarkan berkenaan dengan pesan kehidupan yang sebenarnya terletak pada Injil, bukan pada pengalaman !

Selanjutnya, ia memaparkan tentang bagian pertama dan kedua dari empat pesan kehidupan,

Pesan Kehidupan Anda meliputi kesaksian Anda. Kesaksian Anda merupakan kisah tentang bagaimana Kristus telah membuat perbedaan di dalam kehidupan Anda... hakikat dari bersaksi, yakni membagikan secara sederhana pengalaman-pengalaman pribadi Anda tentang Tuhan...

Yesus berkata, “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis. 1:8 ; AITB)... Dia ingin agar Anda membagikan kisah Anda kepada orang lain. Membagikan kesaksian Anda merupakan bagian penting dari misi Anda di dunia karena kesaksian tersebut unik. Tidak ada kisah lain yang persis seperti kisah Anda, jadi hanya Anda yang bisa membagikannya... Anda mungkin tidak menjadi seorang sarjana Alkitab, tetapi Anda adalah pemegang kuasa atas kehidupan Anda, dan sulit untuk membantah pengalaman pribadi. Sebenarnya, kesaksian pribadi Anda lebih efektif daripada sebuah khotbah, karena orang-orang yang belum percaya melihat para pendeta sebagai wiraniaga profesional, tetapi mereka melihat Anda sebagai seorang “pelanggan yang puas,” jadi mereka memberi Anda lebih banyak kepercayaan.

Kisah-kisah pribadi juga lebih mudah untuk dibagikan daripada prinsip-prinsip, dan orang-orang senang mendengarnya... Orang-orang yang belum percaya mungkin akan kehilangan minat jika Anda mulai mengutip para ahli teologi, tetapi mereka memiliki keingintahuan alamiah tentang pengalaman-pengalaman yang tidak pernah mereka miliki. Kisah-kisah yang dibagikan membangun jembatan hubungan sehingga Yesus bisa berjalan menyeberang dari hati Anda kepada hati mereka.

... dalam enam kesempatan yang berbeda Paulus menggunakan kesaksiannya untuk memberitakan Injil dan bukannya mengutip Alkitab. (Kisah 22 sampai 26 ; AITB).

Alkitab mengatakan, “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,” (1 Petrus 3:15 ; AITB). Cara terbaik untuk “siap sedia” adalah dengan menulis kesaksian Anda dan selanjutnya menghafalkan pokok-pokok utama...

...bersifatlah peka dan pakailah kisah tersebut sehingga teman Anda yang belum percaya akan mendapatkan yang terbaik...

Pesan Kehidupan Anda meliputi pelajaran-pelajaran kehidupan Anda. Bagian kedua dari peasn kehidupan Anda ialah kebenaran-kebenaran yang telah Allah ajarkan kepada Anda dari pengalaman-pengalaman bersama-Nya. Ini adalah pelajaran-pelajaran dan wawasan yang telah Anda pelajari mengenai Allah, hubungan, masalah, pencobaan, dan aspek-aspek kehidupan lainnya...

Meskipun belajar dari pengalaman adalah bijak, belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain lebih bijak... (Warren, 2005, pp. 320-322)

Komentar saya :

Pertama, ketika Warren mengajarkan, “hakikat dari bersaksi, yakni membagikan secara sederhana pengalaman-pengalaman pribadi Anda tentang Tuhan.”, saya menjumpai pengertian yang dangkal dari Warren tentang bersaksi. Bolehkah orang Kristen bersaksi ? Di dalam theologia Reformed yang konsisten, orang Kristen diperkenankan untuk bersaksi, karena itu juga diajarkan oleh Alkitab, tetapi perhatikan, kesaksian yang kita beritakan tetap harus mengajarkan Injil, bukan pengalaman pribadi yang melawan Alkitab. Apakah semua pengalaman pribadi itu baik dan Alkitabiah ? TIDAK ! Dengan sangat menyesal, saya harus mengatakan satu fakta yang mengerikan bahwa BANYAK kesaksian yang digembar-gemborkan di banyak gereja adalah PALSU ! Ambil contoh, Rudy Gunawan, mantan olahragawan Indonesia bersaksi di gereja-gereja bahwa dirinya sudah sembuh setelah berdoa di Bukit Doa Ungaran, tetapi tahukah Anda bahwa setelah beberapa tahun dirinya pergi ke luar negeri untuk berobat. Inikah kesaksian ? Contoh kedua, seorang “pendeta” Gereja Bethel Indonesia (GBI), Filemon suka bersaksi bahwa dulu dirinya menganut agama tertentu, tetapi sekarang menjadi Kristen dan menjadi pendeta. Alhasil, banyak gereja Karismatik (yang doyan dengan kesaksian) mengundangnya, tetapi kira-kira beberapa tahun setelahnya, fakta membuktikan bahwa “pendeta” itu memang dari dulu pendeta, dan bukan penganut agama tertentu, dan “pendeta” itu sedang terlilit utang, dan masalah-masalah lainnya, sehingga “pendeta” itu dikeluarkan dari sinode GBI. Bisakah Anda melihat, betapa buruknya sebuah “pengalaman pribadi” tanpa pengertian kebenaran ?! Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa jika pengalaman pribadi kita melawan Alkitab, yang perlu dibuang adalah pengalaman pribadi kita, dan peganglah Alkitab. Hal ini sangatlah benar. Mengapa ? Karena pengalaman pribadi pasti bisa salah, sedangkan Alkitab tak mungkin bisa salah. Pengalaman pribadi bisa saja berupa halusinasi atau perasaan kejiwaan manusia (meskipun ada yang sungguh-sungguh terjadi/dialami), tetapi Alkitab mengajarkan Kebenaran (bukan dongeng isapan jempol) ! Jika Anda lebih mempercayai pengalaman pribadi, percayalah, sebentar lagi, Anda akan pasti terkena tipuan racuan gombal dari banyak “pendeta” yang mengaku doyan turun naik “surga”, dll. Jangan pernah membangun iman di atas dasar pengalaman pribadi, karena itu salah, tidak bertanggungjawab dan tidak diajarkan oleh Alkitab !

Kedua, memang “tidak salah” jika Warren mengajarkan, “Kisah-kisah pribadi juga lebih mudah untuk dibagikan daripada prinsip-prinsip, dan orang-orang senang mendengarnya.”, karena di sini, ia sendiri membongkar kesalahan dan kebobrokan doktrinnya sendiri ! Secara duniawi, kesaksian-kesaksian atau pengalaman-pengalaman pribadi lebih mudah didengar ketimbang khotbah-khotbah yang berisi pengajaran. Mengapa ? Karena Alkitab sudah menubuatkan beribu tahun yang lalu melalui pengajaran dan peringatan Paulus kepada Timotius di dalam suratnya yang kedua, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4). Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “Sebab akan sampai waktunya orang tidak mau lagi menerima ajaran yang benar. Sebaliknya, mereka akan menuruti keinginan mereka sendiri, dan mengumpulkan banyak guru guna diajarkan hal-hal yang enak didengar di telinga mereka. Mereka akan menutup telinga terhadap yang benar, tetapi akan memasang telinga terhadap cerita-cerita dongeng.” Oleh karena itu, tidak usah heran, apalagi di abad postmodern yang gila ini, khotbah-khotbah yang berisi pengajaran yang solid jarang disenangi, karena : “tidak ada ‘roh kudus’”, “teori tok”, dll, itulah fitnahan yang sering dilontarkan oleh banyak “hamba Tuhan” dan jemaat dari banyak gereja Karismatik/Pentakosta yang anti-rasio (padahal untuk mengatakan hal ini pun perlu menggunakan “rasio” ; sebuah kontradiksi yang aneh) ! Lebih lagi, orang-orang dunia tidak mau belajar sesuatu yang berkualitas, melainkan sesuatu yang remeh (membaca komik, dll). Inilah citra dunia kita yang semakin lama semakin chaos, tetapi masih menganggap diri pandai, hebat, dll. Yang lebih celaka lagi, pengalaman pribadi ini dijadikan “patron” agar orang lain yang belum memilikinya juga dapat memiliki pengalaman pribadi. Perhatikan pengajaran Warren berikut, “Orang-orang yang belum percaya mungkin akan kehilangan minat jika Anda mulai mengutip para ahli teologi, tetapi mereka memiliki keingintahuan alamiah tentang pengalaman-pengalaman yang tidak pernah mereka miliki.” Jadi, untuk “menipu” dan membuat orang-orang yang belum percaya menjadi percaya dengan mudah, maka jangan mengkhotbahkan hal-hal yang sulit, tetapi khotbahkanlah pengalaman pribadi, karena selain enak didengar, itu juga mudah diterima dan mereka yang mendengarnya juga ingin tahu dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang mereka dengarkan itu. Begitulah “sabda” dari Warren. Tidak usah heran, belakangan ini muncul surat kaleng yang menceritakan pengalaman pribadi Paus Katolik Roma lalu menyuruh menyebarkan surat ini, ditambah “embel-embel”/“iming-iming” bahwa siapa yang menyebarkan akan mendapat “berkat”, sedangkan yang tidak, akan mendapat “celaka”. Saya akan menantang Anda, adakah di dalam Alkitab, kita diperintahkan untuk mengabarkan kesaksian orang lain lalu disertai “iming-iming” demikian ?! TIDAK ! Alkitab memerintahkan kita untuk mengabarkan Injil, bukan mengabarkan kesaksian orang lain yang tidak jelas ! Ketika Anda mulai meninggalkan esensi ini, celakalah Anda, karena Anda mulai mengganti berita Alkitab dengan berita Anda sendiri yang lebih menyenangkan telinga ! Saya tidak pernah anti-pengalaman, tetapi anti terhadap pengalaman-pengalaman yang tidak berintikan mengajarkan Firman Tuhan (Alkitab) dan memberitakan Injil. Pengalaman-pengalaman yang tidak mengajarkan Firman Tuhan, berhati-hatilah terhadap pengalaman-pengalaman itu, apalagi pengalaman-pengalaman dari seorang “pemimpin gereja” yang suka turun naik “surga”, itu pasti palsu dan sesat !

Ketiga, benarkah Paulus menggunakan kesaksian untuk memberitakan Injil di dalam Kis. 22-26, seperti kata Warren ? TIDAK ! Paulus bersaksi meskipun tidak menggunakan/mengutip ayat Alkitab, tetapi konsepnya sudah jelas dan orang yang Paulus hadapi pun berbeda dari konteks kita sekarang. Dari Kis. 22-26, Paulus dihadapkan oleh orang-orang Yahudi perihal pertobatan dan penginjilan yang ia lakukan, apakah kita juga menghadapi peristiwa serupa ?! TIDAK. Ingatlah, perhatikan konteks dan latar belakang penulisan Alkitab, jangan asal main serobot saja ! Alkitab bukanlah buku primbon yang bisa asal ditafsirkan, tetapi perhatikan kaidah-kaidah penafsiran Alkitab ! Bertobatlah hai orang-orang Kristen yang MALAS mempelajari Alkitab !

Kemudian, ia menjelaskan tentang bagian ketiga dan keempat dari empat pesan kehidupan,

Pesan Kehidupan Anda meliputi tindakan membagikan kerinduan ilahi Anda. Allah adalah Allah yang penuh kerinduan. Dia mengasihi beberapa hal dengan penuh kerinduan dan membenci hal lainnya dengan penuh kerinduan. Ketika Anda bertumbuh lebih dekat kepada-Nya, Dia akan memberi Anda kerinduan untuk sesuatu yang sangat Dia perhatikan sehingga Anda bisa menjadi jurubicara bagi-Nya di dunia... Anda akan merasa terdorong untuk membicarakannya dan mengerjakan apa yang Anda bisa untuk membuat sebuah perubahan.

Allah memberi beberapa orang kerinduan ilahi untuk memperjuangkan suatu perkara...

Allah memakai orang-orang yang punya kerinduan untuk memperlebar kerajaan-Nya...

Allah memberi kita kerinduan yang berbeda supaya segala sesuatu yang Dia ingin diselesaikan di dunia akan dapat diselesaikan...

Pesan Kehidupan Anda meliputi Kabar Baik. Kabar Baik itu adalah bahwa bila kita mempercayakan kasih karunia Allah untuk menyelamatkan kita melalui apa yang Yesus kerjakan, dosa-dosa kita diampuni, kita mendapatkan tujuan hidup, dan kita dijanjikan sebuah rumah masa depan di surga.

Ada ratusan buku yang luar biasa tentang cara memberitakan Kabar Baik... Yang terpenting, Anda harus belajar mengasihi orang-orang terhilang sebagaimana Allah mengasihi mereka.

Allah tidak pernah menciptakan seorang yang tidak Dia kasihi. Semua orang berharga bagi-Nya... Alkitab berkata, “Kasih Kristus mendorong kami, karena kami diyakinkan, bahwa satu orang sudah mati untuk semua orang.” (2 Korintus 5:14 ; New International Version) (Warren, 2005, pp. 314-315)....

Kita harus peduli dengan orang-orang yang belum percaya karena Allah peduli...

Alkitab berkata, “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9 ; AITB). Selama Anda mengetahui ada orang yang tidak mengenal Kristus, Anda harus terus mendoakan mereka, melayani mereka dengan kasih, dan menyampaikan Kabar Baik. Dan selama ada satu orang di dalam komunitas Anda yang tidak berada dalam keluarga Allah, gereja Anda harus terus menjangkau...

...

... Keselamatan kekal dari satu jiwa lebih penting dibandingkan apapun yang pernah Anda peroleh dalam kehidupan...

... menyebarkan Kabar Baik sangatlah penting ; Anda hanya memiliki waktu yang singkat untuk membagikan pesan kehidupan Anda dan memenuhi misi Anda. (Warren, 2005, pp. 323-326)

Komentar saya :

Allah memang menciptakan kita dan mengasihi ciptaan-Nya, tetapi pertanyaan lebih lanjut, apakah kasih-Nya ini menandakan bahwa semua ciptaan-Nya diselamatkan ?! TIDAK ! Kita boleh memiliki hati yang mengasihi jiwa, lalu mengabarkan Injil, tetapi ingatlah satu prinsip : beritakan Injil sewajarnya dan biarkanlah Roh Kudus bekerja menurut kehendak-Nya atas orang-orang pilihan Allah Bapa. Dari pemaparan Warren pada pernyataan, “Dan selama ada satu orang di dalam komunitas Anda yang tidak berada dalam keluarga Allah, gereja Anda harus terus menjangkau.”, sangat jelas bahwa presuposisi Warren mengajarkan bahwa semua orang pasti diselamatkan, sehingga gereja harus terus menjangkau mereka yang belum percaya. Dengan kata lain, gereja sangat membutuhkan mereka yang belum percaya. Ini sama sekali bertentangan dengan ajaran Alkitab ! Gereja memang harus menjangkau mereka yang belum percaya dengan berita Injil, tetapi ini tidak berarti gereja benar-benar membutuhkan mereka, melainkan yang sebenarnya perlu keselamatan adalah orang-orang yang belum percaya. Penginjilan sejati dikerjakan harus sejalan dengan kedaulatan Allah yang telah memilih beberapa manusia sebelum dunia dijadikan untuk percaya di dalam Kristus. Dengan kata lain, ketika kita menginjili, jangan pernah memaksa orang lain, kita perlu membiarkan Roh Kudus bekerja sesuai kehendak-Nya. Ingatlah, jangan membuat Injil menjadi murah ! Ketika orang lain menolak Injil yang kita beritakan, introspeksi diri kita, mungkin kita bisa salah dalam cara kita memberitakan Injil, tetapi jika kita tidak salah dalam memberitakan Injil, maka sadarlah itu adalah kedaulatan Allah yang tidak memilih orang tersebut atau mungkin belum waktu Allah menyadarkan hati dan pikirannya, sehingga kita tidak perlu mengemis kepadanya. Itulah kaitan antara penginjilan dengan kedaulatan Allah dan ini hanya bisa dikerjakan dalam kerangka pikir theologia Reformed !