20 February 2008

Bab 35: MEMAHAMI APA YANG TELAH ALLAH BERIKAN KEPADA ANDA?? (Analisa Terhadap Bab 32 Buku Rick Warren)

Bab 35

Memakai Apa yang Telah Allah Berikan kepada Anda ??

P

ada bab 35 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari ketigapuluhdua dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 32 ini, Warren mengajarkan tentang bagaimana kita memakai apa yang telah Allah berikan kepada kita dengan cara menemukan, menerima, menikmati dan terus mengembangkan Shape yang kita miliki.

Pada awal bab ini, ia mengajarkan,

Allah patut menerima yang terbaik dari Anda.

Dia membentuk Anda untuk suatu tujuan, dan Dia berharap agar Anda mengerjakan yang terbaik dari apa yang telah diberikan kepada Anda... Dia ingin agar Anda memusatkan perhatian pada talenta-talenta yang telah Dia berikan kepada Anda untuk dipakai.

... Pemanfaatan terbaik dari kehidupan Anda ialah melayani Allah dari shape Anda. Untuk melakukannya, Anda harus menemukan shape Anda, belajar menerima dan menikmatinya, dan selanjutnya mengembangkannya secara maksimal. (Warren, 2005, pp. 273-274)

Komentar saya :

Karena Allah yang menganugerahkan semua karunia rohani kepada kita, memang benar apa yang Warren katakan bahwa Allah patut atau berhak menerima apa yang terbaik dari kita, karena HANYA bagi Dia sajalah dinaikkan segala kemuliaan, puji dan hormat. Tetapi yang aneh, di kalimat ketiga bagian ini, ia memaparkan bahwa Dia berharap agar kita mengerjakan yang terbaik dari apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita. Bagi saya, kata “berharap” tidak cocok dikatakan, karena melalui kata ini, seolah-olah Allah tidak menuntut pertanggungjawaban apa-apa dari manusia. Lalu, bagaimana seharusnya ? Yang benar adalah Allah memerintahkan kita untuk bertanggungjawab dan meresponi apa yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Allah bukan hanya mengharapkan dengan suatu “kecemasan”, tetapi Allah MEMERINTAHKAN kita untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu termasuk anugerah-Nya bagi kita (ingat perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta). Ingatlah, theologia Reformed TIDAK pernah meniadakan tanggung jawab manusia, karena terlalu mementingkan kedaulatan Allah. Theologia Reformed yang berbasiskan kedaulatan Allah TETAP mementingkan tanggung jawab manusia sebagai respon manusia terhadap anugerah Allah !

Selanjutnya, ia memaparkan tentang bagaimana cara menemukan Shape kita,

Mulailah dengan mengevaluasi karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan Anda. Perhatikan, secara jujur dan lama, dalam hal apa Anda bagus dan dalam hal apa yang tidak... Buatlah sebuah daftar. Tanyailah pendapat yang jujur dari orang lain. Beri tahu mereka bahwa Anda sedang mencari kebenaran, bukan memancing pujian. Karunia-karunia rohani dan kemampuan-kemampuan alami selalu dipertegas oleh orang lain... Jika Anda ingin tahu apakah Anda memiliki karunia kepemimpinan, lihat saja sekeliling Anda !...

...

Cara terbaik untuk menemukan karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan Anda adalah melakukan percobaan dengan berbagai bidang pelayanan... Baru setelah saya mulai menerima kesempatan untuk berbicara saya melihat hasilnya, menerima penegasan dari orang lain, dan menyadari, “Allah telah memberi saya karunia untuk melakukan hal ini !”

... Sebelum Anda benar-benar terlibat dalam pelayanan, Anda tidak akan mengetahui dalam hal apa Anda bagus.

... saya mendorong Anda untuk mencoba melakukan beberapa hal yang tidak pernah Anda kerjakan sebelumnya...

Jangan coba-coba menyelidiki karunia-karunia Anda sebelum Anda bersedia melayani di suatu tempat. Mulai saja melayani. Anda menemukan karunia-karunia Anda dengan terlibat dalam pelayanan... Bila tidak berhasil, sebutlah itu sebuah “percobaan,” bukan sebuah kegagalan. Pada akhirnya Anda akan mengetahui dalam bidang apa Anda bagus.

Pertimbangkan hati Anda dan kepribadian Anda. ... Sekali lagi, akan membantu kalau Anda mendapat umpan balik dari orang-orang yang sangat mengenal Anda. Ajukan kepada diri Anda pertanyaan-pertanyaan : Apakah yang paling senang saya lakukan ? Kapankah saya merasa paling benar-benar hidup ? Apakah yang sedang saya kerjakan ketika saya tidak ingat waktu ?...

Periksalah pengalaman-pengalaman Anda dan ambillah sari dari pelajaran-pelajaran yang telah Anda peroleh. Tinjau kembali kehidupan Anda dan pikirkan bagaimana kehidupan itu telah membentuk Anda... Pengalaman-pengalaman yang dilupakan tidaklah ada artinya ; inilah alasan yang baik untuk menulis sebuah jurnal rohani...

Kita jarang melihat tujuan baik Allah di dalam penderitaan atau kegagalan atau rasa malu sementara itu terjadi... Hanya dengan meninjau hal-hal yang sudah terjadi kita dapat memahami bagaimana Allah memaksudkan sebuah kesulitan untuk kebaikan.

Menarik sari pelajaran dari pengalaman-pengalaman Anda membutuhkan waktu. Saya menganjurkan agar Anda mengambil waktu satu akhir pekan penuh untuk mengadakan retret peninjauan kembali kehidupan, ... (Warren, 2005, pp. 274-276)

Komentar saya :

Pertama, bagi saya, kita dapat menemukan karunia-karunia rohani di dalam diri kita, pertama-tama melalui pergumulan pribadi dengan Firman Allah dan pencerahan Roh Kudus. Tanpa kita pertama-tama menggumulkan karunia-karunia rohani kita terlebih dahulu, maka kita bisa kehilangan arah, motivasi dan tujuan melalui karunia-karunia rohani bagi kita.

Setelah menggumulkannya dengan Tuhan melalui Firman-Nya dan pencerahan Roh Kudus, kita memang perlu mengevaluasinya dengan cara-cara seperti yang Warren katakan, yaitu dengan mencoba mempraktikkan karunia-karunia rohani di dalam gereja maupun di lingkungan sekitar kita untuk mengetahui karunia rohani yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Tetapi, ingatlah, ketika kita mempraktikkannya, seperti kata Warren, jangan sekali-kali mencari pujian melaluinya. Apabila tidak berhasil mempraktikkannya, menurut Warren, jangan menyebutnya sebagai kegagalan, tetapi “percobaan”. Bagi saya, ini tidak benar. Ketika kita gagal, akuilah itu sebagai kegagalan, meskipun itu masih di dalam tahap percobaan. Melalui kegagalan, kita harus mengakui, lalu memperbaikinya agar dapat melayani Tuhan dengan lebih bertanggungjawab. Kalau dari titik pertama, sebuah kegagalan tidak diakui sebagai kegagalan, tetapi hanya sebagai “percobaan”, maka kegagalan berikutnya pun juga tidak akan diakui sebagai kegagalan, lalu akibatnya orang tersebut tidak akan menyadari kesalahannya untuk diperbaiki pada momen selanjutnya. Itulah sebabnya mengapa saya mengatakan sebelum kita mempraktikkan karunia-karunia rohani, kita harus terlebih dahulu menggumulkannya secara pribadi dengan-Nya melalui Firman dan pencerahan Roh Kudus.

Kedua, ketika kita akan mengevaluasi karunia-karunia rohani kita, menurut Warren, kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang kita paling senang lakukan di dalam pelayanan, dll. Bagi saya, sesuai Alkitab, di dalam pengevaluasian karunia-karunia rohani, kita TIDAK boleh mengevaluasi hal-hal apa saja yang paling senang kita lakukan di dalam pelayanan, TETAPI kita harus mengevaluasi hal-hal apa saja yang TUHAN paling senang kita lakukan, meskipun itu pertama-tama tidak kita senangi. Ini bukan sekedar perbedaan kata, tetapi perbedaan esensi. Kalau menurut pengajaran Warren, yang penting kita dulu baru Tuhan, sehingga di dalam pelayanan, lakukanlah dan kembangkan karunia rohani sesuai kemauan/kesenangan kita (meskipun itu dari Allah). Tetapi bagi theologia Reformed, di dalam pelayanan, kita harus bertanya tentang apa yang TUHAN paling senang kita lakukan, yang menunjukkan segala sesuatu bukan hanya dari Allah, tetapi dipimpin dan diarahkan oleh Allah untuk hasil akhirnya bagi kemuliaan-Nya saja.

Kemudian, ia menjelaskan tentang bagaimana menerima dan menikmati Shape kita,

Karena Allah mengetahui apa yang terbaik bagi Anda, seharusnya Anda dengan penuh ucapan syukur menerima cara-Nya menciptakan Anda...

Shape Anda secara dahsyat ditentukan oleh Allah bagi tujuan-Nya, jadi Anda jangan membencinya atau menolaknya. Sebaliknya daripada berusaha membentuk ulang diri Anda agar menjadi seperti orang lain, Anda perlu bersuka atas shape yang telah Allah berikan hanya kepada Anda...

Termasuk dalam menerima shape Anda ialah mengenali berbagai keterbatasan Anda. Tidak seorang pun bagus dalam segala bidang, dan tidak seorang pun dipanggil untuk menjadi semuanya. Kita semua memiliki peran yang telah ditentukan...

... Shape Anda menentukan spesialisasi Anda...

Allah ingin agar Anda senang menggunakan shape yang telah Dia berikan kepada Anda...

Alkitab memperingatkan kita agar jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain : “Setiap orang harus memeriksa sendiri apakah kelakuannya baik atau tidak. Kalau baik, ia boleh merasa bangga atas hal itu. Tetapi tidak usah ia membandingkannya dengan apa yang dilakukan orang lain.” (Galatia 6:4 ; Bahasa Indonesia Sehari-hari). (Warren, 2005, pp. 276-279).

Komentar saya :

Ketika kita menerima karunia-karunia rohani, kita harus menerimanya dengan dua hal : pertama, hati bersyukur. Tanpa karunia-karunia rohani, yang pasti berbeda dengan bakat alamiah kita dari lahir, kita tidak mungkin dapat melayani Tuhan Allah dengan bertanggungjawab. Hati bersyukur menunjukkan respon pertama kita sebagai anak-anak-Nya terhadap anugerah Allah. Kedua, bertanggungjawab. Kita tidak cukup hanya bersyukur atas anugerah-Nya, tetapi kita harus mempertanggungjawab anugerah-Nya demi kemuliaan-Nya. Anugerah dan kedaulatan Allah TIDAK pernah meniadakan tanggung jawab manusia dan Allah MENUNTUTNYA, BUKAN sekedar MENGHARAPKANNYA. Di dalam pertanggungjawaban itu, kita memang harus menyadari adanya keterbatasan diri kita untuk melakukannya, tetapi ingatlah, kita tetap harus mengerjakan karunia-karunia rohani semaksimal mungkin bagi kemuliaan-Nya dan biarlah Allah menilai apa yang telah kita kerjakan dan menyempurnakan hasil akhirnya.

Terakhir, ia menjelaskan tentang bagaimana cara untuk tetap mengembangkan Shape kita,

Perumpamaan Yesus tentang talenta menggambarkan bahwa Allah ingin kita menggunakan sebaik-baiknya apa yang telah Dia berikan kepada kita. Kita harus mengembangkan karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan kita, tetap menjaga hati kita menyala-nyala, menumbuhkan karakter dan kepribadian kita, dan memperluas pengalaman kita sehingga kita akan menjadi lebih efektif di dalam pelayanan...

... Gagal memakai apa yang telah dibeirkan kepada Anda maka Anda akan kehilangannya. Gunakan kemampuan yang telah Anda peroleh dan Allah akan menambahnya...

Karunia apapun yang telah diberikan kepada Anda bisa diperluas dan dikembangkan melalui latihan... Kembangkan diri Anda sendiri dan belajarlah segala yang Anda bisa... Manfaatkanlah setiap kesempatan pelatihan untuk mengembangkan shape Anda dan pertajamlah keterampilan-keterampilan pelayanan Anda.

Di surga kita akan melayani Allah selamanya. Sekarang, kita bisa mempersiapkan diri untuk pelayanan kekal tersebut dengan berlatih di bumi...

Kita sedang bersiap-siap untuk menghadapi tanggung jawab dan upah abadi. (Warren, 2005, pp. 279-280).

Komentar saya :

Cara kita mempertanggungjawabkan karunia-karunia rohani dari Allah adalah dengan mengembangkannya. Hal ini benar. Dengan mengembangkan karunia-karunia rohani, kita mempertanggungjawabkan karunia-karunia rohani untuk dipergunakan untuk melayani Allah dan melayani sesama dalam takut akan Allah. Tetapi ingatlah, seperti kata Warren, mengembangkan karunia-karunia rohani bukan mengembangkan tanpa batas, tetapi sesuai dengan batas-batas yang telah Allah tetapkan. Pengembangan karunia-karunia rohani bisa dilakukan dengan melatihnya, tetapi BUKAN memanfaatkan setiap kesempatan sebagai satu-satunya ajang kita mempraktikkan karunia-karunia rohani kita. Kita boleh melatih karunia-karunia rohani kita, tetapi tidak semaunya sendiri memanfaatkan apapun demi mewujudnyatakan karunia-karunia rohani agar dilihat oleh orang lain. Allah menyukai kerendahhatian, bukan kesombongan !

No comments: