27 October 2007

Refleksi Reformasi 2007 (2) : REFORMED SPIRIT AND EPISTEMOLOGY-2 (Denny Teguh Sutandio)

Refleksi Hari Reformasi 2007 (2)



REFORMED SPIRIT AND EPISTEMOLOGY-2 :
Dr. Martin Luther Vs Desiderius Erasmus


oleh : Denny Teguh Sutandio



Pendahuluan dan Latar Belakang
Thomas Aquinas di Abad Pertengahan yang berusaha mengkompromikan keKristenan dengan menjadikan Kristen dan Alkitab di bawah “otoritas” filsafat Yunani (Alkitab hanya sebagai pelengkap doktrin filsafat Yunani yang kurang lengkap) telah mempengaruhi gereja, dalam hal ini gereja Katolik Roma, sehingga upaya pengkompromian ini terus terjadi bahkan secara ekstrim, Johann Tetzel menjual surat indulgensia atau surat pengampunan dosa di mana setiap jemaat yang ingin agar siapapun yang dikasihinya yang sudah meninggal langsung ke “surga”, mereka dapat membeli surat tersebut, dan setiap uang yang berdenting di kotak pembelian surat tersebut, nyawa orang yang meninggal tersebut langsung berpindah ke “surga”. Hal inilah yang menyulut terjadinya Reformasi oleh seorang mantan uskup ordo Augustinian, Dr. Martin Luther. Selain itu, pada zaman sebelum Reformasi, Kepausan mengalami suatu pukulan yang serius terhadap kehormatannya ketika istananya dipindahkan ke Avignon, Prancis dan jabatan kepausan kemudian dilemahkan oleh Perpecahan Besar, di mana dua, dan kemudian tiga, Paus mengklaim menjadi penerus sejati Rasul Petrus. Ketika Reformasi berlangsung, timbullah ajaran aneh dari Desiderius Erasmus Roterodamus yang menentang ajaran Luther dengan menekankan superioritas manusia. Siapakah mereka berdua dan apa yang mereka ajarkan ? Lalu, ditinjau dari perspektif Alkitab yang berotoritas, apakah ajaran mereka berdua beres atau tidak ? Pada renungan bagian ini, kita akan menyelidiki sekilas mengenai Luther dan Erasmus serta ajaran-ajarannya, lalu kita akan mengakhirinya dengan meninjau kritis ajaran-ajaran mereka.



Dr. Martin Luther : Profil Singkat dan Ajaran-ajarannya
Reformasi, bagi Prof. W. Andrew Hoffecker, Ph.D. di dalam salah satu artikelnya : Penemuan Kembali Akar Alkitabiah : Reformasi di dalam buku Membangun Wawasan Dunia Kristen Volume 1 : Allah, Manusia, dan Pengetahuan, adalah “pemulihan spiritual ide-ide Alkitabiah. ...para pemimpinnya menolak mentalitas sintesis yang telah mendominasi pemikiran Kristen selama berabad-abad.” (Hoffecker, 2006, p. 127) Meskipun reformasi sudah pernah terjadi sebelumnya (John Knox, dll), tetapi Reformasi Luther berusaha secara tegas menolak semua unsur-unsur antroposentris sebagai otoritas kebenaran, lalu berpegang hanya kepada Alkitab sebagai satu-satunya dasar kebenaran yang paling absolut. Di dalam bukunya, Babylonian Captivity of the Church, Dr. Martin Luther menegaskan, “Alkitab adalah kebun anggur kita, dan di sana kita semua harus bekerja dan berjerih lelah.” (seperti dikutip dalam Hoffecker, 2006, p. 129) Dari semangat inilah, marilah kita menyelidiki profil singkat Luther dan ajaran-ajarannya yang sering disalahmengerti oleh banyak orang.

Dr. Martin Luther (10
November 1483 – 18 Februari 1546) adalah seorang mantan rahib Jerman, imam, profesor, theolog dan reformator gereja. Beliau dilahirkan tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Jerman dari ayah, Hans dan ibu, Margarethe Luther (Ziegler). Keluarganya pindah ke Mansfeld pada tahun 1484, di mana ayahnya bekerja dan kemudian mengusahakan pertambangan tembaga. Ayahnya, Hans Luther mengirimkan anaknya ini untuk studi hukum. Pada tahun 1501, pada usia 17 tahun, beliau masuk ke University of Erfurt di mana beliau memainkan kecapi dan dijuluki “filsuf”. Beliau meraih gelar Bachelor of Arts (B.A.) pada tahun 1502 dan Master of Arts (M.A.) pada tahun 1505, menempati tempat kedua dari 17 kandidat. Sesuai keinginan ayahnya, Luther mendaftarkan diri di dalam sekolah hukum di universitas yang sama. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Melalui kematian seorang kawannya secara mendadak dan lolosnya dia dari sambaran kilat dalam suatu badai guruh pada musim panas tahun 1505, Luther akhirnya berkomitmen ingin menjadi rahib. Komitmennya itu diwujudnyatakannya dengan meninggalkan sekolah hukum, menjual buku-bukunya dan memasuki biara Augustinian di Erfurt pada tanggal 17 Juli 1505.

Pada tahun 1507, Luther ditahbiskan menjadi imam, melanjutkan studinya dan menjadi guru besar bidang theologia di Universitas Wittenberg, Jerman. Beliau meraih gelar Bachelor dalam studi Biblika (Biblical studies) pada tanggal 9
Maret 1508, dan gelar Bachelor lainnya dalam Sentences oleh Peter Lombard pada tahun 1509. Pada tanggal 19 Oktober 1512, Luther dianugerahi gelar Doctor of Theology, dan dua hari setelah itu, beliau diangkat menjadi senat di dalam fakultas theologia di Universitas Wittenberg. Beliau juga memimpin 11 biara dan dikenal sebagai pengkhotbah yang penuh kuasa dan bertalenta untuk mengkomunikasikan dengan efektif pesan sederhana Alkitab.

Pada tahun 1510-1520, beliau mengajar Mazmur, Surat Ibrani, Roma dan Galatia. Pada tahun 1516, sementara mengajar surat Roma, beliau memahami untuk pertama kalinya pengajaran Paulus tentang pembenaran oleh iman dengan cara yang sangat pribadi, karena sebelumnya Luther menyangka bahwa dengan hidup membiara (menyiksa diri, berpuasa, beramal, dll) dapat memperkenan Allah yang murka. Setahun sesudahnya, karena pandangannya bahwa keselamatan dihasilkan oleh iman kepada Kristus, Luther menantang klaim Gereja Katolik Roma yang pada waktu itu mengeluarkan surat indulgensia sebagai pengampunan dosa atas usul biarawan Dominikan, Johann Tetzel. Perlu diketahui, surat indulgensia adalah surat yang dibeli dengan sejumlah uang, membebaskan seseorang dari kewajiban melakukan suatu perbuatan melalui sakramen pertobatan. Surat ini bermula pada waktu Perang Salib, di mana orang-orang kaya yang membeli surat ini, karena mereka tidak mau ikut berperang. Pada waktu itu, dijanjikan bahwa setiap orang yang ikut berperang maupun ikut menyokong dana dengan membeli surat ini tidak akan dihukum atas dosa-dosanya dalam api penyucian (purgatori). Pada zaman Luther, hasil penjualan indulgensia dipergunakan untuk membangun katedral Basilica Santo Petrus di Roma. Pada zaman sekarang, gereja-gereja Katolik (akibat pengaruh Luther) dalam Konstitusi Apostolik Indulgentiarum Doctrina (1967), Paus Paulus VI membatasi indulgensi penuh dan menekankan pentingnya pertobatan pribadi dalam hati. (O’Collins dan Farrugia, 1996, p. 115)

Penentangannya terhadap praktek-praktek yang bertentangan dengan Alkitab ini mengakibatkan pada tanggal 31 Oktober 1517, Luther memakukan 95 tesisnya pada pintu gereja di Wittenberg. Terhadap tesis-tesisnya itu, beberapa menanggapinya secara positif dan mengakibatkan terjadinya perubahan yang revolusioner pada gereja. Tesis kunci Luther adalah nomer 62, “Perbendaharaan (harta karun) yang sejati dari gereja adalah Injil suci kemuliaan dan anugerah Allah.” (seperti dikutip dalam Hoffecker, 2006, p. 131) Beberapa tesis Luther lain menegaskan : kerusakan manusia, perlunya pertobatan seumur hidup dan anugerah Allah yang sepenuhnya dan cuma-cuma dalam Kristus. Sebaliknya, ada tanggapan negatif dari pihak kepausan, yaitu Luther diekskomunikasikan oleh Paus Leo X dan dicap sebagai pelanggar hukum oleh keputusan kaisar setelah suatu pertemuan yang dramatis di hadapan Kaisar Charles V di Diet of Worms. Bahkan oleh Paus Leo X, Luther disebut, “a drunken German who wrote the Theses” (=orang Jerman yang mabuk yang menulis Tesis). (
http://en.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther)

Ide-ide Luther mulai mendapat bentuk yang pasti pada tahun 1520 dengan tiga prinsipnya yang menjadi semboyan theologia Reformasi :
Pertama, Sola Scriptura : sebagai Firman Allah yang diilhamkan, Alkitab adalah satu-satunya dasar otoritatif bagi semua doktrin.
Kedua, Sola Gratia berkaitan dengan Sola Fide : keselamatan hanya dihasilkan oleh anugerah Allah yang berdaulat dalam mengutus Kristus. Keselamatan seluruhnya adalah hasil anugerah Allah, dan kita memperoleh keselamatan bukan oleh usaha atau perbuatan kita sendiri, tetapi hanya atas dasar iman kepada provisi Allah.
Ketiga, Keimaman bagi semua orang percaya : setiap orang menjadi imam bagi dirinya sendiri dan mempunyai akses langsung kepada Allah melalui Kristus, karena Kristus adalah Imam Besar Agung kita yang menggantikan semua imam manusia, sehingga melalui iman kita kepada Kristus, kita berdiri di hadapan Allah sebagai imam kita sendiri dan tidak memerlukan lembaga manusia mana pun untuk bersyafaat bagi kita.

Ajaran-ajaran Dr. Martin Luther :
Pertama, tentang manusia dan dosa. Bagi Luther, masalah dosa berakar pada ketidakpercayaan Adam, yang artinya : gambar Allah setelah kejatuhan “begitu ternoda dan dikaburkan oleh dosa” dan “begitu berkusta dan najis” sehingga kita hampir tidak dapat memahaminya → “Gambar Allah hampir seluruhnya hilang” (Commentary on Genesis). Lalu, Luther mengajarkan bahwa dosa yang terbesar adalah kesombongan yang berarti ketidakbersediaan kita untuk mengakui kondisi kita yang telah jatuh dan berdosa. Sebagai akibat dosa, Luther mengajarkan bahwa manusia tidak lagi mempunyai kebebasan moral, di mana satu-satunya kehendak “bebas” yang sesungguhnya adalah bebas melakukan apa yang baik. Hal ini tercantum di dalam buku Luther, The Bondage of the Will.
Kedua, tentang keselamatan. Anugerah Allah, bagi Luther, secara mutlak esensial bagi keselamatan dan hanya oleh anugerah Allah, kita mampu melakukan kebaikan moral.

Dr. Martin Luther juga menulis tiga bukunya yang penting pada tahun 1520 :
Pertama, An Appeal to the Rulling Class : seruan lantang kepada para petinggi Jerman untuk mereformasi gereja (menyerang struktur hierarkis gereja) dengan meruntuhkan “tiga tembok” yang telah didirikan oleh kaum “Romanis” untuk memperkuat kendali para rohaniwan terhadap gereja, yaitu : adanya kelas imam yang lebih tinggi daripada kelas orang-orang percaya biasa/awam (sebaliknya, Luther mengajarkan adanya keimaman bagi semua orang percaya), keutamaan Paus sebagai penafsir Alkitab (sebaliknya, Luther mengajarkan bahwa setiap orang percaya wajib memajukan imannya dengan membaca Alkitab bagi dirinya sendiri dan tidak bergantung pada Paus) dan hanya Paus yang dapat mengadakan konsili untuk mereformasi gereja (sebagai respon, Luther mendesak penguasa sekuler dan kaum ningrat Jerman untuk mengadakan konsili umum untuk memulai reformasi).
Kedua, The Babylonian Captivity of the Church yang menentang dua hal, yaitu : penempatan sakramen gereja di bawha kendali total para rohaniwan, yang mirip seperti orang-orang Babel yang menawan orang-orang Yahudi pada abad ke-6 SM (sebaliknya, Luther mengajarkan bahwa Kristus hanya melembagakan dua sakramen selama pelayanan-Nya di bumi, yaitu baptisan dan perjamuan kudus), nilai satu-satunya dari suatu sakramen terletak dalam hubungannya dengan jasa-jasa yang terkumpul yang disalurkan melalui para rohanian yang melakukan sakramen (sebaliknya, Luther menegaskan bahwa nilai dari sakramen-sakramen terletak pada janji-janji Allah yang memberikan anugerah-Nya menurut iman orang percaya tersebut kepada janji Firman Allah. Oleh karena itu, sakramen penting karena mengkomunikasikan anugerah Allah kepada orang-orang yang ambil bagian dalam sakramen, tetapi yang lebih penting lagi adalah pengakuan dosa dan hidup saleh.
Ketiga, Freedom of the Christian Man adalah buku Luther terbaik dalam meringkaskan theologianya, yaitu pernyataan klasik Reformasi tentang natur kehidupan Kristen khususnya tentang hubungan atnara hukum dan iman dalam pengalaman Kristen : manusia ditebus bukan karena perbuatan baik mereka sendiri tetapi karena kematian Kristus bagi mereka di atas salib. Mereka yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, mereka menerima Kebenaran Kristus yang diimputasikan kepada mereka dan pada saat yang sama, mereka terikat pada sesamanya oleh hukum kasih. Beberapa orang Katolik menyerang Luther bahwa bagi Luther, perbuatan baik tidak penting. Tetapi benarkah demikian ? TIDAK ! Perbuatan baik, bagi Luther, adalah hasil dari pembenaran, yang dilakukan orang-orang Kristen dari keinginan spontan untuk menaati kehendak Allah.

Setelah diekskomunikasikan, Luther tinggal di benteng (castle) Wartburg dan beliau menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman agar Alkitab mudah dibaca oleh orang-orang biasa/awam. Usaha ini dimulainya sendiri pada tahun 1521 selama dia tinggal di benteng (castle)
Wartburg, dan menerbitkan Perjanjian Baru pada September 1522. Dan dalam kerjasamanya dengan Johannes Bugenhagen, Justus Jonas, Caspar Creuziger, Philipp Melanchthon, Matthäus Aurogallus, dan George Rörer, beliau menyelesaikan penerjemahan seluruh Alkitab pada 1534. Alkitab Luther memiliki kontribusi terhadap munculnya bahasa Jerman modern dan dianggap sebagai sebuah peristiwa penting dalam literatur Jerman. Edisi 1534 ini juga berpengaruh pada penerjemahan William Tyndale, sebuah pertanda dari terjemahan Alkitab King James.

Pada sore hari, di hari Selasa, 13 Juni 1525, Dr. Martin Luther menikah dengan Katharina von Bora, salah satu dari 9 suster yang berpihak kepada Luther. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai tiga anak pria dan tiga anak wanita :
· Hans, lahir : 7 Juni
1526, studi hukum, menjadi pejabat pengadilan, dan meninggal pada tahun 1575.
· Elizabeth, lahir : 10
Desember 1527, meninggal sebelum waktunya pada tanggal 3 Agustus 1528.
· Magdalena, lahir : 5 Mei
1529, meninggal dalam lengan ayahnya pada tanggal 20 September 1542.
· Martin, Jr., lahir : 9
November 1531, belajar theologia tetapi tidak pernah mendapat panggilan pastoral tetap sebelum kematiannya pada tahun 1565.
· Paul, lahir : 28
Januari 1533, menjadi seorang dokter umum. Dia menjadi ayah dari 6 anaknya sebelum kematiannya pada tanggal 8 Maret 1593 dan garis pria dari keluarga Luther berlanjut melaluinya sampai John Ernest, berakhir pada tahun 1759.
· Margaretha, lahir : 17 Desember
1534, menikah dengan, George von Kunheim dari keluarga bangsawan Prussia yang kaya, tetapi meninggal pada tahun 1570 di usia 36 tahun.

Luther juga menggubah satu buah lagu yang sampai saat ini masih dinyanyikan di dalam gereja-gereja Protestan yang beres, yaitu A Mighty Fortress is Our God (Puji-pujian Kristen menerjemahkannya : Allah Jadi Benteng yang Kukuh).

Luther juga menyusun doktrin-doktrin tentang gereja, sakramen, dll dalam buku-bukunya Small Catechism (Katekismus Kecil) dan Large Catechism (Katekismus Besar). Salah satu doktrinnya tentang Perjamuan Kudus agak berbeda dari Katolik, tetapi memiliki sedikit kemiripan. Bagi Katolik, ketika jemaat memakan roti dan meminum anggur Perjamuan Kudus, mereka benar-benar makan tubuh dan minum darah Kristus (disebut Transubstansiasi), tetapi bagi Luther, ketika jemaat memakan roti dan meminum anggur Perjamuan Kudus, Kristus berada di atas/menaungi roti dan anggur itu. Pandangan Luther ditentang oleh Ulrich Zwingli, seorang reformator gereja lainnya, dengan mengajarkan bahwa roti dan anggur Perjamuan Kudus hanya simbol/lambang saja. Antara Luther dan Zwingli terjadi perdebatan. Luther menyebut pandangan Zwingli sebagai pandangan Perjamuan Kudus yang tidak bermakna (karena hanya simbol), sedangkan Zwingli menyerang Luther sebagai kanibalisme.

Perjuangan Luther memimpin reformasi secara tegas adalah perjuangan yang tidak murah. Luther begitu mengorbankan hidupnya untuk sebuah kebenaran. Itulah citra hamba Tuhan sejati. Hamba Tuhan yang malas atau enggan berkorban bagi kebenaran adalah hamba Tuhan pengecut yang takut mati. Belajarlah dari Luther, hamba Tuhan yang berani mati demi kebenaran sejati. Sejarah mencatat Luther, karena sejarah mengetahui betapa berjasanya Luther di dalam mereformasi gereja. Akhir-akhir ini, saya mendengar kabar bahwa beberapa gereja Katolik mengadakan diskusi dengan pihak Lutheran untuk menyamakan doktrin (meskipun tentunya gereja Katolik tetap memegang doktrin Mariologinya dan tidak mau mengubahnya, walaupun itu bertentangan dengan Alkitab).



Desiderius Erasmus Roterodamus : Profil Singkat dan Ajaran-ajarannya Serta Kritik Terhadap Ajarannya
Setiap kebenaran ketika diberitakan pasti menuai dua akibat, yaitu ada yang menerima dan mengimaninya, dan sebaliknya, ada yang menolaknya. Bagi mereka yang menerimanya berarti mereka adalah kaum pilihan Allah yang telah ditetapkan-Nya untuk menjadi anak-anak-Nya, sedangkan mereka yang menolaknya memang telah ditetapkan-Nya untuk dibinasakan. Sekarang, mari kita akan melihat siapa saja yang menolak pengajaran Luther ini.

Desiderius Erasmus Roterodamus (kadang-kadang dikenal sebagai Desiderius Erasmus dari Rotterdam/Desiderius Erasmus of Rotterdam) adalah seorang humanis dan theolog Belanda. Nama ilmiahnya diambil dari tiga elemen : kata benda Latin, desiderium (artinya keinginan/desire) ; kata sifat Yunani, erasmios (artinya yang dicintai/beloved ; dalam bentuk Easmus, juga nama seorang santo) ; dan bentuk kata sifat dari Latin bagi kota Rotterdam (Roterodamus = ‘of Rotterdam’). Erasmus adalah sarjana/ilmuwan klasik yang menulis dalam gaya Latin “asli”. Meskipun bekas seorang Katolik Roma di seluruh masa hidupnya, dia adalah pengkritik apa yang dianggapnya sebagai ekses dari Gereja Katolik Roma. Dengan menggunakan teknik humanisnya, dia mempersiapkan edisi baru Perjanjian Baru dari Latin dan Yunani yang menimbulkan pertanyaan yang akan berpengaruh di masa Reformasi. Dia juga menulis
The Praise of Folly, Handbook of a Christian Knight, On Civility in Children, Copia: Foundations of the Abundant Style, dan banyak karya lainnya.

Erasmus dilahirkan (mungkin, dengan nama Gerrit Gerritszoon) di Rotterdam pada tanggal 27 Oktober 1466 atau 1469 (tahun kelahirannya secara tepat tidak diketahui ; menurut sejarahwan Johan Huizinga, Erasmus dilahirkan pada malam hari tanggal 27-28 Oktober, dan dia biasanya merayakan ulang tahunnya pada 28 Oktober).

Pada tahun 1488 atau 1492, dia ditahbiskan menjadi imam Katolik dan dengan enggan mengambil janji sebagai Pastor (Canon) Augustinian di Stein pada kira-kira usia 25 tahun, tetapi dia tidak pernah kelihatan secara aktif bekerja sebagai imam, dan monastisisme (menekankan hidup membiara) adalah satu dari objek utama serangannya di dalam serangannya selama hidup pada ekses-ekses gereja. Segera setelah penahbisannya, Erasmus memperoleh kesempatannya untuk meninggalkan biara ketika menawarkan pos/tempat bagi sekretaris Bishop Cambray, Henry of Bergen. Dia akhirnya diberikan dispensasi sementara karena kesehatannya yang memburuk, tidak disukai oleh rahib-rahib, dan mencintai studi humanistik. Paus Leo X kemudian membuat dispensasinya menjadi tetap/permanen.

Pada tahun 1495, dengan persetujuan dan gaji dari bishop, Erasmus pergi untuk studi di University of Paris, di
Collège de Montaigu, pusat dari mereformasi semangat besar, di bawah pengarahan seorang asketis, Jan Standonck, yang kekerasannya dikeluhkan oleh Erasmus. Universitas ini kemudian adalah pusat utama studi skolastis, tetapi sudah berada di bawah pengaruh humanisme. Pusat utama aktivitasnya adalah di Paris, Leuven (Louvain), Inggris, dan Basel. Waktunya di Inggris adalah produktif dalam membuat persahabatan abadi dengan para pemimpin pemikiran Inggris di hari yang menggemparkan dari Raja Henry VIII, yaitu : John Colet, Thomas More, John Fisher, Thomas Linacre and William Grocyn. Di University of Cambridge, dia adalah the Lady Margaret’s Professor of Divinity dan memilih menghabiskan sisa hidupnya sebagai profesor Inggris. Dia tinggal di Queen’s College, Cambridge, dan mungkin dia telah menjadi seorang alumni.

Setelah kembalinya dari Inggris, Erasmus memutuskan untuk menjadi ahli Yunani, yang akan memudahkannya untuk belajar theologia pada level yang lebih mendalam dan mempersiapkan edisi baru dari terjemahan Jerome’s Bible. Walaupun kekurangan uang, Erasmus sukses dalam belajar Yunani melalui studi intensif dan terus-menerus selama tiga tahun, secara terus-menerus meminta teman-temannya untuk mengirimkannya buku-buku dan uang untuk guru-guru di dalam surat-suratnya.

Meskipun tidak menyetujui gereja Katolik Roma, ia pun juga tidak setuju dengan Luther. Hal ini disebabkan oleh pengaruh humanisme yang dipelajarinya. Kita akan melihat dari ketidaksetujuannya dengan Luther dalam beberapa hal :
Pertama, Erasmus setuju dengan poin utama di dalam kritik Lutheran terhadap Gereja. Dia juga menaruh respek besar terhadap Martin Luther, dan Luther selalu menunjukkan kekaguman akan pembelajaran yang lebih baik dari Erasmus. Luther menunjukkan kekaguman yang tak terhingga pada semua yang telah dikerjakan Erasmus tentang tujuan dari keKristenan yang logis dan masuk akal dan mendesaknya untuk bergabung dalam Lutheran. Tetapi Erasmus menolak dengan halus untuk memasukkan dirinya di dalam Lutheran, karena dia beralasan bahwa dengan melakukan hal itu, itu akan membahayakan posisinya sebagai seorang pemimpin di dalam gerakan untuk pengetahuan murni yang mana dia anggap sebagai tujuannya dalam hidup. Hanya sebagai seorang ilmuwan/sarjana yang independen (tidak bergantung), dia berharap dapat mempengaruhi reformasi agama. Ketika Erasmus ragu-ragu untuk mendukung Luther, Luther yang jujur merasa bahwa Erasmus sedang menghindari tanggung jawab baik karena sifat pengecutnya atau tidak mempunyai tujuan. Erasmus, bagaimanapun juga, menghormati perubahan apapun dalam doktrin dan percaya bahwa ada ruangan yang di dalamnya terdapat formula-formula untuk reformasi yang paling dihargainya.
Kedua, Kebebasan Kehendak (Freedom of the Will). Dua kali dalam serangkaian diskusi besar, dia membiarkan dirinya untuk memasuki bidang kontroversi doktrinal, sebuah bidang asing baik bai natur dan prakteknya yang lalu. Salah satu topiknya yang adalah poin yang gawat/sangat penting adalah kebebasan kehendak (freedom of the will). Di dalam bukunya
De libero arbitrio diatribe sive collatio (1524), Erasmus mengecam pandangan Lutheran akan kehendak bebas. Dia percaya seperti yang dipercayai oleh Pelagianisme bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang baik. Sebagai respon, Luther menulis bukunya De servo arbitrio (On the Bondage of the Will) (1525) yang menyerang pandangan Erasmus dan menyatakan bahwa Erasmus bukanlah seorang Kristen. Ketika kota Basel dengan pasti dan resmi menganut Reformasi pada tahun 1529, Erasmus berpindah dari sana dan tinggal di kota kekaisaran Freiburg im Breisgau.
Ketiga, Sakramen. Pada tahun 1530, Erasmus menerbitkan edisi baru dari buku ulasan orthodoks dari Algerus melawan bidat Berengar of Tours di abad ke-11. Dia menambahkan dedikasi, menegaskan kepercayaannya di dalam realita tubuh Kristus pada saat penyucian di dalam Ekaristi.

Erasmus menulis baik yang berhubungan dengan hal gereja dan general human interest (minat manusia pada umumnya). Tulisannya yang lebih serius dimulai dengan the Enchiridion militis Christiani, the "Handbook of the Christian Soldier" (
1503) (yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris beberapa tahun kemudian oleh William Tyndale muda). Di dalam karya singkatnya itu, Erasmus meringkaskan pandangan-pandangan akan kehidupan Kristen yang normal. Baginya, kejahatan utama dari sebuah masa tertentu adalah formalisme yang disetujui oleh pernyataan/gerakan tradisi tana pengertian akan dasar mereka di dalam pengajaran Kristus. Bentuk-bentuk tersebut dapat mengajar jiwa bagaimana untuk menyembah Allah, atau mereka boleh menutupi atau memadamkan semangat. Dalam analisanya akan bahaya formalisme, Erasmus membicarakan monastisisme, penyembahan orang-orang suci (saint worship), perang, semangat kelas dan kelemahan “masyarakat”, tetapi bukunya Enchiridion lebih seperti sebuah khotbah ketimbang sindirannya. Karya terbaiknya adalah The Praise of Folly (diterbitkan di dalam dua judul : Moriae encomium {Yunani, diLatinkan} dan Laus stultitiae {Latin}), sebuah serangan sindiran terhadap tradisi Gereja Katolik dan tahyul-tahyul populer, ditulis pada tahun 1509, diterbitkan pada tahun 1511 dan dipersembahkan bagi temannya, Sir Thomas More. Bukunya yang lain The Institutio principis Christiani (Basel, 1516) (Education of a Christian Prince) diterbitkan pada tahun 1516, ditulis sebagai sebuah saran bagi raja muda, Charles dari Spanyol, kemudian Charles V, Kaisar Roma (Holy Roman Emperor). Di dalam bukunya, Erasmus memaparkan bahwa seorang pangeran memerlukan pendidikan lengkap untuk memerintah dengan adil dan murah hati dan mencegah agar jangan terjadi sumber penindasan.

Erasmus meninggal pada tahun 1536 di Basel dan dikuburkan di
Münster cathedral, di kota yang sama. Menurut tradisi, kata-katanya yang terakhir adalah "lieve God", bahasa Belanda dari Dear God (Allah yang terhormat). Karya terpentingnya di akhir hidupnya adalah Ecclesiastes atau “Gospel Preacher” (Basel, 1536), yang memberi komentar tentang fungsi berkhotbah.



Perbandingan Luther Vs Erasmus
Jika kita lihat dari sejarah di atas, kita menjumpai adanya kemiripan antara Luther dan Erasmus, yaitu mereka berdua mereformasi gereja. Tetapi di antara kemiripan ini, saya menemukan perbedaan presuposisi/motivasi dan efeknya.
Pertama, Luther mereformasi gereja pada saat itu untuk kembali kepada Alkitab, sedangkan Erasmus mereformasi gereja karena pengaruh humanisme. Presuposisi dasar kedua orang ini dalam mereformasi gereja sangat berbeda. Luther mereformasi gereja dari sudut pandang kedaulatan Allah, yaitu agar gereja bukan menegakkan otoritas manusia, tetapi menegakkan otoritas Alkitab. Beberapa orang “Kristen” yang dipengaruhi Reformasi lalu dipengaruhi oleh Katolik di sebuah milis menolak mentah-mentah doktrin Sola Scriptura, karena baginya Alkitab tidak mengajarkan Sola Scriptura, dan kanonisasi Alkitab pun disusun berdasarkan tradisi gereja, sehingga tradisi gereja melengkapi Alkitab (idenya mirip seperti Aquinas). Tetapi sambil mengeluarkan pernyataan ini, ia juga mempercayai bahwa Alkitab itu Firman Allah. Sungguh tidak masuk bahwa Alkitab yang adalah Firman Allah bisa salah. Di dalam proses kanonisasi Alkitab, memang para bapa gereja menentukan kitab mana yang termasuk di dalam Alkitab, tetapi di balik semuanya, Roh Kudus lah yang bekerja yang memimpin dan menuntun mereka sehingga mereka sanggup memilah kitab-kitab mana yang termasuk di dalam Alkitab berdasarkan beberapa kriteria-kriteria yaitu : kitab tersebut ditulis sendiri oleh para rasul dan nabi, kitab tersebut berotoritas di gereja mula-mula dan kitab-kitab tersebut memiliki konsistensi pengajaran dalam iman, etika, dll. Saya bertanya, kalau bukan Allah di balik arsitek kanonisasi ini, siapa manusia yang sanggup melakukan hal yang rumit ini ? Bagaimana dengan Erasmus ? Erasmus juga mereformasi gereja, tetapi motivasi dasarnya bukan tunduk di bawah Alkitab, melainkan memakai humanisme yang tidak setuju pada otoritas. Hal ini sudah ditunjukkannya ketika ia ditahbiskan menjadi imam Augustinian, tetapi ia tidak sungguh-sungguh menjadi imam. Pengaruh humanisme telah mencengkeramnya. Meskipun demikian, di dalam salah satunya buku tentang pendidikan seorang pangeran (lihat atas), dia memiliki sumbangsih positif yaitu seorang pangeran atau pejabat harus dididik secara lengkap agar dapat memerintah dengan adil dan murah hati serta mencegah agar tidak terjadi penindasan. Konsep ini beres dan harus diteladani.
Kedua, akibatnya Erasmus ketika ditawari bergabung dengan Luther, Erasmus menolak karena hal itu akan mengancam pamornya sebagai pemimpin intelektual humanis. Betapa konyolnya seorang yang mengaku “melayani Tuhan” tetapi tidak mau bersatu untuk mengembalikan gereja kembali kepada Alkitab, tetapi membawa ambisi pribadinya. Erasmus bisa bertindak egois dan keblinger seperti demikian, dikarenakan pengaruh humanisme yang meracuni dirinya, sehingga dia melihat dirinya begitu tinggi dan berotoritas.



Penutup
Setelah menjelaskan tentang semangat Reformasi di dalam diri Dr. Martin Luther dan musuh Kebenaran, Desiderius Esasmus, sadarkah kita bahwa Kebenaran itu begitu agung dan jauh melampaui rasio manusia yang terbatas ? Di zaman postmodern yang mengilahkan relativisme, masihkah ada Luther-Luther kecil yang meneriakkan gereja dan dunia untuk kembali kepada Kristus dan Alkitab, BUKAN kepada humanisme (seperti Thomas Aquinas maupun Desiderius Erasmus ? Bersyukurlah, jika Luther-Luther kecil masih ada, karena itu tandanya bahwa Tuhan mengasihi umat-Nya yang tersesat. Tetapi menangislah dan segera bertobat, jika tidak ada lagi Luther-Luther kecil, karena itu tandanya bahwa Tuhan hendak membinasakan gereja-Nya. Sekali lagi, biarlah peringatan Rasul Paulus ini menjadi pelajaran bagi kita, “...sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.” (Galatia 1:8)

Kiranya Tuhan memberkati kita melalui perenungan Firman-Nya sehingga kita makin lama makin bertumbuh di dalam anugerah dan firman-Nya. Soli Deo Gloria. Solus Christus.




Daftar Kepustakaan :
Erasmus. (2007). Retrieved on October 20, 2007 from
http://en.wikipedia.org/wiki/Erasmus.
Hoffecker, W. Andrew, Ph.D. dan Gary Scott Smith, Ph.D. (Ed.). (2006). Membangun Wawasan Dunia Kristen (Volume 1 : Allah, Manusia dan Pengetahuan). (Peter Suwadi Wong, Trans.). Surabaya : Momentum Christian Literature.

Martin Luther. (2006). Retrieved on September 5, 2006 from http://en.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther.

O’Collins, Gerald, S.J. dan Edward G. Farrugia, S.J. (1996). Kamus Teologi. Yogyakarta : Kanisius.