18 February 2008

Bab 30: MENGALAHKAN PENCOBAAN?? (Analisa Terhadap Bab 27 Buku Rick Warren)

Bab 30

Mengalahkan Pencobaan ??

P

ada bab 30 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhtujuh dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 27 ini, Warren mengajarkan tentang bagaimana mengalahkan pencobaan.

Pada awal bab ini, ia memaparkan,

Selalu ada jalan keluar.

Anda mungkin kadang merasa bahwa sebuah pencobaan terlalu besar untuk Anda tanggung, tetapi ini dusta dari Iblis. Allah telah berjanji untuk tidak pernah membiarkan beban yang Anda pikul melebihi kekuatan yang Ia berikan kepada Anda untuk menanggulanginya. Dia tidak akan mengizinkan pencobaan yang tidak bisa Anda atasi. Namun, Anda harus melakukan bagian Anda juga dengan menerapkan empat kunci alkitabiah untuk mengalahkan pencobaan. (Warren, 2005, p. 229)

Komentar saya :

Memang benar, di dalam setiap pencobaan, Allah tetap bersama kita dan Ia tidak akan membiarkan Anda mengalami pencobaan yang melebihi kekuatan kita. Itulah janji Allah. Saya mengamini hal ini. Tetapi ketika Warren mengajarkan bahwa kita harus melakukan bagian kita untuk mengalahkan pencobaan, saya pikir itu agak sedikit aneh. Di dalam Yakobus 1:2, Yakobus mengajarkan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,” Ayat ini TIDAK mengajarkan, “Saudara-saudaraku, lawanlah pencobaan.” ! Mengapa pencobaan perlu kita anggap sebagai suatu kebahagiaan ? Ayat berikutnya menjelaskan, “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:3-4). Kata “pencobaan” dalam bahasa Yunaninya peirasmos yang bisa berarti disiplin dan kata “kebahagiaan” ini dalam King James Version (KJV) diterjemahkan joy yang lebih tepat diterjemahkan sukacita.

Tetapi, apakah berarti pencobaan tidak perlu dilawan 100% dan hanya perlu diterima ? TIDAK juga ! Pencobaan juga perlu dilawan tetapi cara-caranya akan kita bahas melalui kritik terhadap pandangan Warren di bawah ini.

Selanjutnya, ia mengajarkan 4 prinsip mengalahkan pencobaan. Berikut adalah prinsip pertama, “Pusatkan kembali perhatian Anda pada sesuatu yang lain”,

Mungkin mengejutkan bagi Anda bahwa tidak ada di manapun dalam Alkitab yang kita disuruh untuk “melawan pencobaan.” Kita disuruh “lawanlah Iblis” (Yakobus 4:7 ; AITB) tetapi itu sangatlah berbeda, sebagaimana akan saya jelaskan nanti. Sebaliknya, kita dinasihatkan untuk memusatkan kembali perhatian kita karena melawan sebuah pikiran tidaklah berguna. Melawan pikiran hanya menambah perhatian kita pada hal yang salah dan memperkuat daya tariknya...

Setiap kali Anda mencoba melawan suatu pikiran dari benak Anda, Anda mendorongnya lebih dalam ke ingatan Anda. Dengan melawannya, Anda sebenarnya memperkuatnya. Ini khususnya berlaku untuk pencobaan. Anda tidak mengalahkan pencobaan dengan melawan perasaan tentangnya. Semakin hebat Anda melawan sebuah perasaan, semakin hebat ia menguasai dan mengendalikan Anda. Anda memperkuatnya setiap kali Anda memikirkannya.

Karena pencobaan selalu dimulai dengan sebuah pikiran, cara tercepat untuk menetralkan daya tariknya ialah mengalihkan perhatian Anda kepada sesuatu yang lain. Jangan melawan pikiran tersebut, ganti saja saluran pikiran Anda dan tertariklah pada suatu ide yang lain.

... Semakin banyak Anda memikirkan sesuatu, semakin kuat hal tersebut menguasai Anda.

...

... Demikian pula, seorang pembicara yang terus mengulangi dalam hati, “Jangan gugup!” menjadikan dirinya sendiri gugup ! Sebaliknya dia seharusnya memusatkan perhatian pada apa saja selain perasaannya, bisa pada Allah, pada pentingnya pembicaraannya, atau pada kebutuhan orang-orang yang mendengarkan.

Pencobaan dimulai dengan menangkap perhatian Anda. Apa yang mendapatkan perhatian Anda membangkitkan emosi Anda. Anda bertindak berdasarkan apa yang Anda rasakan. Selanjutnya emosi-emosi Anda mengaktifkan perilaku Anda, dan Anda bertindak berdasarkan apa yang Anda rasakan...

Mengabaikan sebuah pencobaan jauh lebih efektif ketimbang melawannya. Begitu pikiran Anda ada pada sesuatu yang lain, pencobaan kehilangan kuasanya...

Kadang ini berarti secara fisik meninggalkan situasi yang menggoda. Inilah waktu di mana melarikan diri itu baik... Tinggalkan bioskop di tengah-tengah pemutaran film. Lakukan apapun yang diperlukan untuk mengalihkan perhatian Anda pada sesuatu yang lain.

Secara rohani, pikiran Anda merupakan organ yang paling rentan. Untuk mengurangi pencobaan, jagalah agar pikiran Anda tetap dipenuhi oleh Firman Allah dan pikiran-pikiran baik lainnya. Anda mengalahkan pikiran-pikiran jahat dengan memikirkan sesuatu yang lebih baik. Inilah prinsip penggantian. Anda mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21 ; AITB). Iblis tidak bisa mendapatkan perhatian Anda bila pikiran Anda dipenuhi dengan sesuatu yang lain...

Jika Anda bersungguh-sungguh hendak mengalahkan pencobaan, Anda harus mengelola pikiran Anda dan mengawasi masukan media Anda. Manusia paling bijak yang pernah hidup memperingatkan, “Waspadalah dengan caramu berpikir ; hidupmu dibentuk oleh pikiran-pikiranmu.” (Amsal 4:23 ; Today’s English Version) (Warren, 2005, pp. 230-232).

Komentar saya :

Ada beberapa prinsip Warren yang akan kita kritisi pada bagian ini.

Pertama, apakah melawan pencobaan berbeda dengan melawan iblis ? Bagi Warren, berbeda, tetapi tidak bagi saya. Bagi saya, kedua kata itu, yaitu antara pencobaan dan iblis adalah kata-kata yang saling berkaitan. Pencobaan pasti datang dari iblis, sedangkan ujian datang dari Allah (saya sudah menjelaskan pada bab 29 dalam makalah ini). Mengapa saya mengaitkan pencobaan dengan iblis ? Karena di dalam 1 Timotius 6:9, Rasul Paulus mengajarkan, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” Dosa materialisme dikaitkan dengan pencobaan, jerat dosa, nafsu yang hampa dan mencelakakan dan akhirnya membawa manusia tenggelam ke dalam keruntuhan dan kebinasaan (KJV : destruction and perdition). Bukankah iblis itu mencelakakan dan membawa manusia kepada kebinasaan (atau kematian) ? Dari semua fakta ini jelas bahwa pencobaan pasti berkaitan dengan iblis ! Oleh karena itu, melawan iblis identik dengan melawan pencobaan yang ikut serta dengannya. Lalu, perlukah kita melawan pencobaan ? Bagi Warren, tidak perlu, karena dengan melawan, itu berarti kita memperkuat pencobaan tersebut. Kemudian, Warren mengusulkan agar kita segera mengalihkan perhatian kita dari pencobaan, karena, “Semakin banyak Anda memikirkan sesuatu, semakin kuat hal tersebut menguasai Anda.” Pernyataan ini mirip dengan pengajaran “Name it and Claim it” atau ajaran “Berpikir Positif” yang mengajarkan bahwa apapun yang kita pikir dan katakan, itulah yang terjadi. Ini jelas melawan Alkitab. Segala sesuatu terjadi pasti atas kehendak Allah (bukan kehendak diri manusia).

Apakah dengan mengalihkan pencobaan, yang diletakkan Warren di dalam cara pertama melawan pencobaan, dapat mengatasi pencobaan ? TIDAK MUNGKIN ! Dengan mengalihkan perhatian kita menunjukkan kita lemah terhadap pencobaan tersebut. Misalnya, Pdt. Sutjipto Subeno pernah bercerita bahwa di salah satu kota di Tiongkok, wanita “tidak benar” (=pelacur) itu melacurkan dirinya di pinggir jalan raya dengan menarik setiap laki-laki yang berlalu lalang di sana, lalu bagaimana sikap orang Kristen ? Menurut Warren, kita harus memusatkan perhatian pada yang lain. Di satu sisi, ada benarnya, tetapi secara prinsip, jelas salah. Ketika memusatkan perhatian pada yang lain, itu berarti kita menghina orang lain. Bagaimana penyelesaiannya ? Kita boleh saja melihat wanita tersebut (hak asasi), tetapi ingatlah itu dosa, sehingga dengan keputusan yang bulat berdasarkan iman yang sejati di dalam Kristus, kita TIDAK mau menerima tawaran dosa.

Melihat saja tidak lah dosa, tetapi kalau mengingini di dalam pikiran, itu sudah dosa. Perhatikan dan camkanlah prinsip ini. Kalau melihat sudah dikategorikan dosa, maka seperti yang Pdt. Dr. Stephen Tong pernah ceritakan tentang seorang pendeta tua bahwa pendeta tua ini untuk mencegah agar anaknya tidak tercemar oleh dosa, maka ia membaca seluruh surat kabar yang diterimanya, lalu menggunting setiap berita di surat kabar yang khusus memuat kejahatan, seperti, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan, dll untuk selanjutnya surat kabar tersebut baru diberikan kepada anaknya. Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa hal ini bukan tambah baik, malahan tambah buruk, mengapa ? Karena anak yang membaca surat kabar yang bolong-bolong akibat guntingan ayahnya akan penasaran dan ingin segera mengetahui khusus berita dan gambar-gambar yang “bolong-bolong” tersebut mungkin dengan meminjam surat kabar tetangganya atau yang lain. Oleh karena itu, ketika sebuah film di dalam bioskop menampilkan hal-hal yang jorok dan mencobai kita, kita tidak perlu mengikuti saran Warren untuk segera meninggalkan bioskop itu. Itu namanya tindakan gila ! Apakah Tuhan Yesus ketika dicobai oleh setan lalu segera meninggalkan si iblis sendirian ? TIDAK ! Kristus menghadapi bahkan melawan pencobaan itu dengan Firman ! Orang Kristen juga harus meneladani apa yang Kristus lakukan, kita tidak perlu meninggalkan atau segera membuang apapun yang mencobai kita, supaya kita tetap imun dan tidak terkena noda sedikitpun. Sebaliknya yang kita perlu lakukan adalah berusahalah menyeleksilah setiap hal, baik pemikiran, filsafat, ajaran, budaya, dll dengan perspektif Alkitab. Saya akan memberikan contoh konkrit, misalnya, kalau kita di dalam bioskop sedang menyaksikan salah satu adegan yang jorok di dalam sebuah film, kita tidak perlu bergaya menutupi mata atau segera meninggalkan ruangan bioskop, tetapi yang perlu kita lakukan adalah berusaha waspada dan tetap berdoa agar kita tidak terjebak ke dalam bujuk rayu iblis.

Kedua, menurut Warren, “Jika Anda bersungguh-sungguh hendak mengalahkan pencobaan, Anda harus mengelola pikiran Anda dan mengawasi masukan media Anda. Manusia paling bijak yang pernah hidup memperingatkan, “Waspadalah dengan caramu berpikir ; hidupmu dibentuk oleh pikiran-pikiranmu.” (Amsal 4:23 ; Today’s English Version)”. Bagi saya, jika ingin mengalahkan pencobaan, bukan dengan mengelola pikiran kita, apalagi disisipkan ayat Alkitab di dalam Amsal 4:23 versi Today’s English Version yang mengajarkan bahwa pikiran menentukan hidup (padahal ayat ini tidak berarti demikian !). Mengalahkan pencobaan dapat dilakukan dengan memusatkan dan mengarahkan hati (BUKAN pikiran) kita kepada Kristus. Kata “pikiran” tidak ada di dalam Amsal 4:23, karena ayat ini sedang mengajarkan tentang pentingnya hati. Perhatikan Amsal 4:23 versi King James Version (KJV) ini, “Keep thy heart with all diligence; for out of it are the issues of life.” Saya sudah menjelaskan Amsal 4:23 di dalam bab sebelumnya dalam makalah ini. Anda bisa membacanya sendiri.

Kemudian, ia memaparkan prinsip kedua dari 4 prinsip mengalahkan pencobaan, yaitu “Ungkapkan pergumulan Anda pada seorang teman yang saleh atau kelompok yang mendukung”,

Anda tidak perlu menyiarkannya ke seluruh dunia, tetapi Anda memerlukan setidaknya satu orang dengan siapa Anda bisa dengan jujur menceritakan pergumulan-pergumulan Anda...

... Beberapa pencobaan hanya bisa diatasi dengan bantuan seorang rekan yang mendoakan Anda, mendorong Anda, dan menjaga akuntabilitas Anda.

Rencana Allah bagi pertumbuhan dan kemerdekaan Anda melibatkan orang-orang Kristen lainnya...

Apakah Anda sungguh-sungguh ingin disembuhkan dari pencobaan yang tetap bertahan itu, yang mengalahkan Anda berulang kali ? Jalan keluar Allah sederhana : Janganlah menekannya ; akuilah keberadaannya ! Jangan menyembunyikannya, ungkapkanlah. Menyatakan perasaan Anda merupakan awal kesembuhan... (Warren, 2005, pp. 232-233).

Komentar saya :

Pada prinsip kedua mengalahkan pencobaan, Warren mengajarkan hal yang berkontradiksi dengan prinsip pertama, di mana pada prinsip kedua, ia mengajarkan bahwa kita tidak perlu menyembunyikan pencobaan atau menekannya, tetapi kita harus mengakui dan mengungkapkan pencobaan tersebut, padahal di dalam prinsip pertamanya, ia mengatakan bahwa kita harus mengalihkan perhatian kita dari pencobaan (dengan kata lain, secara implisit, tidak menganggap pernah ada pencobaan). Lalu, ia juga mengajarkan bahwa dengan menyatakan perasaan kita itulah awal kesembuhan dalam mengalahkan pencobaan. Benarkah ajaran ini ? Cara mengalahkan pencobaan adalah dengan BERDOA (Lukas 22:40, 46), bukan dengan menyatakan perasaan kita. Mengapa harus BERDOA ? Karena di dalam doa, kita menyerahkan segala sesuatu kepada Allah sambil di dalam doa tersebut, kita dikoreksi oleh Allah sehingga kita semakin bertumbuh dewasa bahkan di dalam pencobaan sekalipun. Kalau kita disuruh untuk menyatakan perasaan kita kepada orang lain, itulah cara psikologi, BUKAN cara Alkitab. Kita memang bisa mensharingkan apa yang kita alami dengan orang lain, agar orang lain dapat menolong kita dengan mendoakan kita, tetapi itu hanyalah salah satu sarana (bahkan sarana terakhir yang tidak terlalu penting), yang mutlak penting adalah kita tetap berfokus kepada Kristus di dalam pencobaan.

Setelah itu, ia menjelaskan prinsip ketiga dari 4 prinsip mengalahkan pencobaan, yaitu “Lawanlah Iblis”,

Setelah kita merendahkan diri dan tunduk kepada Allah, kita selanjutnya diperintahkan untuk melawan iblis... Kita tidak menyerah secara pasif pada serangan-serangannya. Kita harus melawan.

Perjanjian Baru sering kali menggambarkan kehidupan Kristen sebagai suatu pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa jahat, dengan menggunakan istilah-istilah perang seperti bertempur, menaklukkan, melawan, dan mengalahkan. Orang-orang Kristen sering kali dibandingkan dengan prajurit yang sedang melayani di dalam wilayah musuh.

Bagaimana kita bisa melawan iblis ? Paulus menyuruh kita, “Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu Firman Allah” (Efesus 6:17 ; AITB). Langkah pertama ialah menerima keselamatan dari Allah. Anda tidak akan mampu berkata tidak kepada iblis sebelum Anda berkata ya kepada Kristus. Tanpa Kristus kita tidak berdaya melawan iblis, tetapi dengan “ketopong keselamatan” pikiran kita dilindungi oleh Allah. Jika Anda adalah seorang percaya, iblis tidak bisa memaksa Anda untuk melakukan sesuatu. Dia hanya bisa mengusulkan.

Kedua, Anda harus menggunakan Firman Allah sebagai senjata Anda melawan iblis... Ada kuasa di dalam Firman Allah, dan iblis takut padanya.

Jangan pernah mencoba berdebat dengan iblis. Dia lebih baik dalam soal berdebat ketimbang Anda, dia sudah mempraktikkannya ribuan tahun. ... Anda bisa memakai senjata yang membuatnya gemetar, yakni kebenaran Allah. Karena itu menghafal ayat mutlak penting untuk mengalahkan pencobaan... (Warren, 2005, pp. 234-235).

Komentar saya :

Apa yang Warren ajarkan dalam poin ini tidaklah salah dan inilah yang seharusnya menjadi poin kedua setelah berfokus kepada Kristus di dalam prinsip mengalahkan pencobaan dan bukan poin ketiga. Urutan yang Warren susun benar-benar tidak sistematis ! Di dalam mengalahkan pencobaan, yang mutlak kita perlu lakukan adalah tetap berfokus kepada Kristus, dan dilanjutkan dengan melawan iblis dengan pedoman Firman Allah. Selanjutnya, poin/prinsip terakhir, mungkin yang tidak terlalu penting, adalah mensharingkan pengalaman kita dengan orang lain agar orang lain juga dapat mendoakan kita.

Terakhir, ia mengungkapkan prinsip terakhir dari keempat prinsip mengalahkan pencobaan, yaitu “Sadarilah Kerentanan Anda”,

Allah memperingatkan kita agar jangan pernah sombong dan terlalu percaya diri karena itu adalah resep menuju bencana...

Jangan secara ceroboh menempatkan diri Anda dalam situasi-situasi pencobaan. Hindarilah pencobaan-pencobaan tersebut (Amsal 14:16 ; AITB)... (Warren, 2005, pp. 235-236).

Komentar saya :

Hal/prinsip ini tidak seberapa penting dan perlu diklasifikasikan ke dalam poin/prinsip pertama di dalam mengalahkan pencobaan, yaitu dengan berfokus kepada Kristus. Ketika kita berfokus kepada Kristus, secara otomatis, kita mutlak tidak boleh menganggap diri hebat, pintar, bisa segala-galanya. Ketika kita berfokus kepada Kristus, kita menyadari akan kelemahan dan keterbatasan kita, serta kedahsyatan nama dan firman-Nya dalam mengalahkan pencobaan dan iblis sekaligus. Inilah pentingnya doktrin/ajaran kedaulatan Allah di dalam kehidupan Kristen sehari-hari.

Bab 29: BERTUMBUH LEWAT PENCOBAAN?? (Analisa Terhadap Bab 26 Buku Rick Warren)

Bab 29

Bertumbuh Lewat Pencobaan ??

P

ada bab 29 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhenam dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab 26 ini, Warren mengajarkan tentang hakekat, cara terjadinya dan bagaimana mengatasi pencobaan yang ada di dalam hidup orang Kristen.

Pada awal bab ini, ia memaparkan,

Setiap pencobaan adalah kesempatan untuk berbuat baik.

Di jalan menuju kedewasaan rohani, pencobaan pun menjadi batu loncatan dan bukan batu sandungan bila Anda menyadari bahwa pencobaan merupakan kesempatan untuk melakukan hal yang benar sama seperti pencobaan juga merupakan kesempatan untuk melakukan hal yang salah. Pencobaan cuma memberi pilihan. Meskipun pencobaan merupakan senjata utama Iblis untuk menghancurkan Anda, Allah ingin menggunakannya untuk mengembangkan Anda. Setiap kali Anda memilih untuk berbuat baik dan bukannya dosa, Anda sedang bertambah mendekati karakter Kristus.

Untuk memahami hal ini, Anda harus terlebih dulu mengenali sifat-sifat karakter Yesus. Salah satu gambaran yang ditulis paling singkat dan jelas tentang karakter-Nya ialah buah Roh : ...

... Memiliki buah Roh berarti bersifat serupa dengan Kristus.

Lalu, bagaimana Roh Kudus menghasilkan kesembilan buah ini di dalam kehidupan Anda ?... Buah selalu menjadi matang secara perlahan.

... Allah mengembangkan buah Roh dalam kehidupan Anda dengan membiarkan Anda mengalami berbagai keadaan di mana Anda tergoda untuk mengungkapkan sifat yang justru berlawanan ! Pengembangan karakter selalu melibatkan suatu pilihan, dan pencobaan menyediakan kesempatan tersebut.

Misalnya, Allah mengajar kita mengasihi dengan menempatkan beberapa orang yang tidak menyenangkan di sekeliling kita...

...

Allah memakai situasi yang berlawanan dari setiap buah untuk memberi kita sebuah pilihan. Anda tidak bisa mengakui sebagai orang baik jika Anda tidak pernah tergoda untuk bersifat buruk... Kejujuran dibangun dengan mengalahkan godaan untuk bersifat tidak jujur ; ... Setiap kali Anda mengalahkan suatu pencobaan, Anda menjadi lebih serupa dengan Yesus! (Warren, 2005, pp. 221-223).

Komentar saya :

Sebelum kita membahas mengenai pencobaan, kita perlu membedakan dua hal yaitu ujian dan pencobaan. Pdt. Dr. Stephen Tong mengajarkan bahwa kedua hal itu berbeda secara esensi dan motivasi. Beliau mengatakan bahwa ujian itu datang dari Tuhan dan motivasinya untuk menguji iman dan kerohanian kita, sedangkan pencobaan itu datang dari setan dan motivasinya jelas untuk menjatuhkan iman kita dan membawa kita menyembahnya, bukan Allah. Prinsip ini ternyata tidak dimengerti oleh Warren, sehingga ia sendiri kacau mendefinisikan pencobaan. Tidak heran, ia mengatakan, “pencobaan merupakan kesempatan untuk melakukan hal yang benar sama seperti pencobaan juga merupakan kesempatan untuk melakukan hal yang salah.

Selanjutnya, ia mengungkapkan tentang Bagaimana Pencobaan Bekerja,

Adalah berguna jika kita mengetahui bahwa Iblis sepenuhnya bisa diramalkan. Dia telah memakai strategi dan tipuan-tipuan kuno yang sama semenjak Penciptaan. Semua pencobaan mengikuti pola yang sama... Dari Alkitab kita mengetahui bahwa pencobaan mengikuti proses empat langkah, yang dipakai Iblis baik terhadap Adam dan Hawa maupun terhadap Yesus.

Pada langkah pertama, Iblis mengenali suatu keinginan di dalam diri Anda. Mungkin keinginan yang berdosa, seperti keinginan untuk membalas dendam atau untuk menguasai orang lain, ... Pencobaan dimulai ketika Iblis mengusulkan (dengan suatu pemikiran) agar Anda menyerah pada sebuah keinginan jahat, atau agar Anda memenuhi suatu keinginan yang logis dengan cara yang salah atau pada waktu yang salah. Sadarlah selalu akan jalan pintas. Hal-hal tersebut sering kali merupakan pencobaan !...

Kita mengira pencobaan berada di sekeliling kita, tetapi Allah berfirman bahwa pencobaan dimulai di dalam diri kita... Pencobaan selalu berawal di dalam pikiran Anda, bukan di dalam keadaan. Yesus mengatakan, “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam” (Markus 7:21-23 ; AITB)...

Langkah kedua ialah keraguan. Iblis berusaha membuat Anda meragukan apa yang telah Allah firmankan tentang dosa : ... Alkitab memperingatkan, “Waspadalah ! Jangan biarkan pikiran jahat atau keraguan membuatmu berpaling dari Allah yang hidup.” (Ibrani 3:12 ; Contemporary English Version).

Langkah ketiga ialah tipu daya. Iblis tidak mampu mengatakan yang sebenarnya dan disebut “bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44 ; AITB) Segala sesuatu yang Iblis katakan kepada Anda tidaklah benar atau hanya separuh benar. Iblis menawarkan dustanya untuk menggantikan apa yang telah Allah katakan di dalam Firman-Nya... sebuah dosa kecil adalah bagaikan sedang hamil muda : Pada akhirnya ia akan kelihatan dengan sendirinya.

Langkah keempat ialah ketidaktaatan. Pada akhirnya Anda bertindak berdasarkan pikiran yang selama ini Anda timbang-timbang di dlaam benak Anda. Apa yang mulanya merupakan sebuah gagasan muncul dalam perilaku. Anda menyerah pada apapun yang menarik perhatian Anda. Anda mempercayai dusta Iblis dan jatuh ke dalam perangkap yang diperingkatkan oleh Yakobus : ... (Warren, 2005, pp. 223-224).

Komentar saya :

Mari kita memperhatikan apa yang diajarkan Warren ini.

Pertama, ketika Warren berkata, “Adalah berguna jika kita mengetahui bahwa Iblis sepenuhnya bisa diramalkan. Dia telah memakai strategi dan tipuan-tipuan kuno yang sama semenjak Penciptaan. Semua pencobaan mengikuti pola yang sama.”, sebenarnya ia sedang mengajarkan beberapa prinsip yang perlu dikritisi, yaitu ia mengajarkan tentang strategi dan tipuan iblis itu kuno sehingga bisa diketahui dan kedua, pola pencobaan itu sama. Benarkah kedua hal ini ? Mari kita selidiki. Iblis disebut bapa segala dusta, ia memakai cara apapun untuk menipu manusia berdosa. Jadi, jelas cara iblis menipu manusia bukan dengan cara yang sama, tetapi cara atau pola yang berbeda-beda, TETAPI prinsipnya sama yaitu ingin menjatuhkan manusia dan memisahkan manusia dari Allah. Kalau iblis memakai cara yang sama untuk menipu manusia, iblis pasti akan sungkan disebut iblis. Seorang hamba Tuhan pernah mengatakan bahwa “kelemahan” Tuhan ketimbang setan adalah di dalam cara. Cara Tuhan itu selalu baik dan menggunakan satu cara, tetapi herannya, cara setan itu banyak hanya untuk menjatuhkan manusia ke dalam penyembahan kepadanya. Cara setan tersebut tidak selamanya menjatuhkan manusia ke dalam dosa dengan menghina mereka, tetapi bisa juga dengan menjunjung tinggi manusia (meninggikan manusia) atau mengatakan bahwa manusia itu hebat tanpa Allah. Itulah tipuan iblis. Lalu, cara iblis menipu, menurut Warren, itu kuno sehingga kita bisa mengetahuinya. Ini jelas salah. Kalau strategi tipuan iblis itu kuno, maka iblis berarti ketinggalan zaman. Hal ini tidak diajarkan Alkitab. Alkitab mengajarkan bahwa iblis itu begitu licik dan otomatis ia mengikuti perkembangan zaman dengan mengacaukan zaman sehingga zaman menjadi chaos (kacau). Bagaimana mengetahui bahwa iblis mengikuti perkembangan zaman ? Iblis mengikuti perkembangan zaman melalui media internet, VCD, dll yang menyebarkan gambar porno, free-sex, dll. Itulah peran iblis yang memakai manusia-manusia gila. Kalau itu mungkin terlalu ekstrim dan bisa dikenali, iblis juga bisa memakai cara-cara yang super halus sehingga kita tidak mengenali perannya. Caranya ? Mudah, dengan memakai segelintir “pendeta” atau “pemimpin gereja” untuk mengacaukan jemaat Tuhan dengan ajaran-ajaran yang tidak bertanggungjawab (mengabarkan “injil” palsu) misalnya, menjadi “anak Tuhan” harus kaya, sukses, lalu mengajarkan bahwa semua penyakit itu akibat dosa, maka “orang Kristen” pasti tidak pernah terkena penyakit, bahkan tidak pernah digigit nyamuk. Ada lagi yang mengajarkan bahwa manusia dari lahir sampai mati memerlukan minyak urapan. Di sisi lain, ada “pemimpin gereja” yang berani di atas mimbar dan menulis buku “Kristen” yang mengajarkan bahwa di luar Kristus, ada jalan keselamatan, Alkitab bukan satu-satunya Wahyu/Firman Allah, Alkitab penuh dengan mitos sehingga perlu didemitologisasikan (cerita-cerita Alkitab dianggap mitos dan itu perlu ditafsirkan dengan memahami pesan-pesan moralnya saja—pengaruh demitologisasi dari “theolog” Neo-Orthodoks, Rudolf Bultmann). Terhadap mereka yang mengabarkan “injil” murahan (palsu), Paulus berkata dengan keras, “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.” (Galatia 1:8). Paulus begitu sengit dan langsung menghakimi mereka yang mulai menyesatkan umat pilihan Allah, TETAPI herannya banyak orang “Kristen” dan “hamba Tuhan” di abad postmodern yang gila ini masa bodoh bahkan cuek terhadap masalah ini, bahkan berani mengatakan bahwa kita harus “mengasihi” semua gereja dengan tidak usah menegur ajaran yang salah. Inikah perkataan dan ajaran Alkitab ?! TIDAK ! Jelas perkataan iblis ! Apakah iblis cukup menipu manusia dengan memakai para “pemimpin gereja” untuk mengacaukan umat pilihan Allah ? TIDAK ! Iblis juga bisa memakai sesama orang “Kristen” (sebenarnya anak-anak setan yang telah ditetapkan Allah sebelumnya) untuk mengacaukan orang Kristen sejati (anak-anak Tuhan) dengan mengajarkan bahwa religion dan science itu tidak ada hubungannya (prinsip dualisme yang merupakan warisan dari filsuf Yunani, Plato yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan roh/jiwa itu baik—prinsip “tubuh adalah penjara jiwa”), lalu mengajarkan kerelatifan sebagai standar “kebenaran”, konsep yin-yang yang dimasukkan ke dalam keKristenan, dll.

Kedua, menurut Warren, pencobaan itu berawal dari dalam diri kita, khususnya pikiran. Berikut penuturannya, “Pencobaan selalu berawal di dalam pikiran Anda, bukan di dalam keadaan. Yesus mengatakan,Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam(Markus 7:21-23 ; AITB).” Bisakah Anda melihat secara jelas perbedaan antara yang Warren katakan dengan yang Alkitab ajarkan ? Warren mengajarkan bahwa pencobaan itu dimulai dari dalam pikiran kita, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa segala yang jahat dimulai dari hati kita, BUKAN pikiran. Kata “hati” diterjemahkan KJV sebagai heart yang dalam bahasa Yunani kardia yang juga berarti hati. Mengapa bukan diterjemahkan “pikiran” meskipun kata kardia ini juga bisa berarti pikiran ? Karena hati itu pusat diri manusia. Tuhan pernah mengatakan, “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (Yeremia 17:10). Hal ini juga dapat dilihat di dalam 1 Tawarikh 28:9 dan Roma 8:27. Kata “hati” di sini (Yeremia 17:10) juga diterjemahkan KJV sebagai heart yang dalam bahasa Ibraninya lêb yang bisa berarti pusat segala sesuatu (the centre of anything). Tuhan tidak mengatakan bahwa Ia menyelidiki pikiran, karena sebenarnya pikiran itu dimulai dari hati. Begitu pula halnya ketika memilih Daud sebagai raja Israel menggantikan Saul, Ia tidak mengatakan bahwa Ia menyelidiki pikiran Daud, tetapi HATI (1 Samuel 16:7, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”).

Kemudian, Warren menjelaskan tentang Mengalahkan Pencobaan,

Jangan mau diintimidasi. Banyak orang Kristen dibuat takut dan hilang semangat oleh pikiran-pikiran yang menghasut, dengan merasa bersalah, karena mereka tidak berada “di luar” jangkauan pencobaan. Mereka merasa malu hanya karena terkena pencobaan. Inilah kesalahpahaman tentang kedewasaan. Anda tidak akan pernah bertumbuh tanpa pencobaan.

Di satu sisi Anda bisa menganggap pencobaan sebagai suatu pelengkap. Iblis tidak perlu mencobai orang-orang yang sudah melakukan kehendaknya yang jahat ; mereka sudah menjadi milik Iblis. Pencobaan adalah tanda bahwa Iblis membenci Anda, bukan tanda kelemahan atau sifat keduniawian Anda. Pencobaan juga merupakan bagian yang normal dari hidup manusia dan dari kehidupan dalam sebuah dunia yang berdosa... Bersikaplah realistis dengan tak terhindarkannya pencobaan ; ...

Dicobai bukanlah sebuah dosa... Pencobaan menjadi dosa hanya bila Anda menyerah padanya. Martin Luther mengatakan, “Anda tidak bisa mencegah burung untuk terbang di atas kepala Anda, tetapi Anda bisa mencegah mereka membangun sarang di rambut Anda.” Anda tidak bisa mencegah Iblis untuk mengajukan pikiran-pikiran, tetapi Anda bisa memilih untuk tidak memikirkannya atau bertindak berdasarkannya.

...

Sesungguhnya, semakin dekat Anda kepada Allah, semakin gencar Iblis berupaya mencobai Anda...

Kenali pola pencobaan Anda dan bersiaplah menghadapinya. Ada situasi-situasi tertentu yang membuat Anda lebih rentan terhadap pencobaan daripada orang lain... Situasi-situasi ini unik bagi kelemahan Anda, dan Anda perlu mengenalinya karena Iblis pasti mengenalnya ! Iblis tahu persis apa yang membuat Anda tergelincir, dan dia terus-menerus bekerja untuk memasukkan Anda ke dalam situasi-situasi itu...

...

Anda perlu mengenali pola khas pencobaan Anda dan selanjutnya bersiap untuk menghindari situasi-situasi tersebut sebanyak mungkin...

Mintalah pertolongan Allah. Surga memiliki saluran gawat darurat dua puluh empat jam. Allah ingin Anda meminta pertolongan-Nya untuk mengatasi pencobaan...

Saya menyebutnya doa “microwave” karena cepat dan langsung pada pokok masalah : Tolong ! SOS ! Mayday ! Ketika pencobaan menghantam, Anda tidak punya waktu untuk percakapan yang panjang dengan Allah ; Anda hanya berseru...

Alkitab menjamin bahwa seruan kita untuk meminta bantuan akan didengar karena Yesus peduli pada pergumulan kita. Dia menghadapi pencobaan-pencobaan yang sama seperti kita...

Jika Allah terus menanti untuk menolong kita mengalahkan pencobaan, mengapa kita tidak berpaling kepada-Nya lebih sering ?

...

Kasih Allah abadi, dan kesabaran-Nya tetap selamanya. Jika Anda harus berseru meminta pertolongan Allah dua ratus kali sehari untuk mengalahkan pencobaan tertentu, Allah akan tetap dengan senang hati memberikan rahmat dan kasih karunia, jadi datanglah dengan berani. Mintalah kepada-Nya kuasa untuk melakukan hal yang benar dan kemudian berharaplah bahwa Dia memberikannya.

Pencobaan membuat kita bergantung kepada Allah... (Warren, 2005, pp. 225-228).

Komentar saya :

Mari kita melihat ketiga kesalahan Warren.,

Pertama, bisakah Anda melihat perbedaan antara perkataan Luther yang ia kutip dengan tafsiran Warren sendiri, “Martin Luther mengatakan, “Anda tidak bisa mencegah burung untuk terbang di atas kepala Anda, tetapi Anda bisa mencegah mereka membangun sarang di rambut Anda.” Anda tidak bisa mencegah Iblis untuk mengajukan pikiran-pikiran, tetapi Anda bisa memilih untuk tidak memikirkannya atau bertindak berdasarkannya.” ? Dr. Martin Luther mengatakan hal yang benar bahwa pencobaan dan segala masalah itu tidak bisa ditahan terjadi di dalam hidup kita, tetapi kita bisa mencegah hal-hal tersebut dengan menghadapinya (tentunya). Sedangkan, Warren menafsirkan bahwa kita tidak bisa mencegah iblis untuk menipu pikiran kita, tetapi kita bisa memilih untuk tidak memikirkannya. Bukankah ini hal yang berbeda dengan apa yang Luther ajarkan ? Ketika Warren mengajarkan bahwa ketika ada pencobaan, kita tidak perlu memikirkannya, bukankah berarti ia sendiri secara implisit hendak mengajarkan bahwa kita perlu memikirkan bahwa pencobaan itu tidak pernah ada, sehingga tidak perlu dipikirkan ? Bukankah ini melawan pendapat Warren sendiri, “Anda tidak akan pernah bertumbuh tanpa pencobaan” ? Di dalam pencobaan, yang harus kita lakukan BUKAN tidak perlu memikirkannya, tetapi menghadapi dan mengalahkannya dengan iman yang teguh !

Kedua, perhatikan pernyataan Warren ini, “Anda perlu mengenali pola khas pencobaan Anda dan selanjutnya bersiap untuk menghindari situasi-situasi tersebut sebanyak mungkin.” Hal ini mirip dengan pendapat Warren yang mengajarkan bahwa pencobaan tidak perlu dipikirkan. Kita sebagai orang Kristen tidak dipanggil untuk menghindari situasi-situasi sulit, meskipun ini juga tetap perlu, tetapi kita dipanggil untuk menghadapi situasi-situasi sulit dan mengalahkannya dengan iman yang teguh !

Ketiga, ketika Warren mengungkapkan, “Jika Allah terus menanti untuk menolong kita mengalahkan pencobaan, mengapa kita tidak berpaling kepada-Nya lebih sering ?”, ia secara implisit hendak mengajarkan bahwa Allah “menunggu” kita dan terus “menunggu” kita meminta pertolongan-Nya, jika tidak, Ia akan terus “menunggu”. Allah memang memerintahkan manusia untuk bergantung kepada-Nya, tetapi Ia tidak pernah menanti untuk menolong kita. Jika Allah memang menanti untuk menolong kita, berarti Allah pasif dan manusia lah yang aktif, padahal Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu aktif berdaulat dan manusia lah yang pasif menerima anugerah dan pertolongan-Nya. Di dalam pencobaan, Roh Kudus di dalam hati kita (umat pilihan-Nya) akan memimpin dan menuntun kita menghadapinya dan melawan pencobaan itu dengan iman di dalam Kristus. Jadi, Roh Kudus bekerja secara aktif, tanpa kita minta, asalkan kita terus hidup bergaul dengan-Nya setiap hari.

Bab 28: DIUBAHKAN LEWAT PERSOALAN?? (Analisa Terhadap Bab 25 Buku Rick Warren)

Bab 28

Diubahkan Lewat Persoalan ??

P

ada bab 28 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhlima dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada awal bab ini, Warren mengajarkan tentang kaitan antara persoalan yang kita miliki dengan rencana Allah di dalamnya,

Allah memiliki suatu tujuan di balik segala masalah.

Dia menggunakan keadaan-keadaan untuk mengembangkan karakter kita. Sebetulnya, Dia lebih bergantung pada keadaan untuk menjadikan kita serupa dengan Yesus ketimbang pada kegiatan kita membaca Alkitab. Alasannya jelas : Anda menghadapi berbagai keadaan 24 jam sehari.

Yesus memperingatkan kita bahwa kita akan menghadapi aneka masalah di dunia. (Yohanes 16:33 ; AITB). Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap penderitaan atau terlindungi dari penderitaan, dan tidak seorang pun berselancar melalui kehidupan dengan bebas masalah. Kehidupan adalah serangkaian masalah. Setiap kali Anda memecahkan satu masalah, masalah lain sudah menanti untuk muncul. Tidak semua masalah itu besar, tetapi semuanya penting di dalam proses pertumbuhan yang disiapkan Allah bagi Anda...

Allah memakai masalah-masalah untuk menarik Anda lebih dekat kepada Diri-Nya... Pengalaman-pengalaman penyembahan Anda yang paling hebat dan mendalam mungkin adalah dalam masa-masa tergelap Anda ... dan Anda datang kepada Allah sendiri. Selama penderitaanlah kita belajar untuk menaikkan doa-doa kita yang paling murni, sepenuh hati, dan jujur kepada Allah...

...

Masalah-masalah mendorong kita untuk memandang kepada Allah dan bergantung pada-Nya dan bukan pada diri kita sendiri...

Apapun penyebabnya, tidak ada satu pun masalah yang bisa terjadi tanpa izin Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas seorang anak Allah sudah disaring oleh Bapa, dan Dia bermaksud menggunakannya bagi kebaikan meskipun Iblis dan yang lainnya memaksudkannya untuk keburukan.

Karena Allah adalah pemegang kendali tertinggi, kecelakan-kecelakaan hanyalah kejadian-kejadian di dalam rencana baik Allah bagi Anda. Karena setiap hari dari kehidupan Anda sudah tertulis pada penanggalan Allah sebelum Anda dilahirkan,... (Warren, 2005, pp. 213-215).

Komentar saya :

Untuk mempertumbuhkan kerohanian kita, Allah memang bisa memakai masalah-masalah di sekitar kita, tetapi Warren terlalu nekat mengatakan bahwa Allah lebih bergantung pada masalah-masalah untuk menjadikan kita serupa dengan Kristus ketimbang melalui kegiatan kita membaca Alkitab. Pernyataan Warren ini terlalu berlebihan dan menimbulkan kesan bahwa Allah “terseok-seok” dan “dikendalikan” oleh masalah dan dunia ini, sehingga Ia seolah-olah harus “mematuhi” hukum alam untuk mempertumbuhkan kerohanian manusia. Inilah prinsip Deisme (percaya bahwa setelah Allah mencipta, Ia meninggalkan alam semesta begitu saja dan menyerahkannya kepada hukum alam) yang secara implisit diajarkan oleh Warren. Benarkah demikian ? Allah memang menggunakan masalah-masalah untuk mendewasakan rohani kita, TETAPI Allah tidak bergantung pada masalah, karena Allah adalah Allah yang Berdaulat, Pemegang kendali alam semesta. Konsep ini tidak dimengerti oleh Warren tetapi secara kontradiksi, ia menjelaskan, “Karena Allah adalah pemegang kendali tertinggi, kecelakaan-kecelakaan hanyalah kejadian-kejadian di dalam rencana baik Allah bagi Anda.” Mana yang merupakan kekonsistenan pengajaran Warren ini ?

Kemudian, ia mulai menjelaskan uraiannya dalam Memahami Roma 8:28-29,

Inilah salah satu nas di dalam Alkitab yang paling banyak dikutip dan dipahami secara salah. Nas ini tidak berkata, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan hasil sesuai dengan keinginanku.” Jelas itu tidak benar...

Kita hidup di dalam sebuah dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Hanya di surga segala sesuatu dikerjakan secara sempurna seperti yang Allah inginkan... Untuk memahami sepenuhnya Roma 8:28-29 Anda harus melihatnya frasa demi frasa.

“Kita tahu” : Pengharapan kita pada masa-masa yang sulit tidak didasarkan pada cara berpikir positif, cara berpikir khayal, atau optimisme alamiah. Pengharapan kita merupakan suatu kepastian yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran bahwa Allah sepenuhnya memegang kendali atas alam semesta kita dan bahwa Dia mengasihi kita.

“bahwa Allah ... mendatangkan” : Ada Perancang Agung di balik segala sesuatu...

“segala sesuatu” : rencana Allah bagi kehidupan Anda meliputi segala yang terjadi pada Anda, termasuk kesalahan-kesalahan, dosa-dosa, dan luka hati Anda. Juga meliputi sakit penyakit, hutang, bencana, perceraian, dan kematian orang-orang yang dikasihi. Allah bisa mendatangkan kebaikan dari kejahatan yang terburuk. Dia melakukannya di Kalvari.

“turut bekerja” : Tidak secara terpisah atau tersendiri. Peristiwa-peristiwa di dalam kehidupan Anda turut bekerja di dalam rencana Allah...

“untuk ... kebaikan” : Ini bukan mengatakan bahwa segala sesuatu di dalam kehidupan adalah baik. Banyak dari kejadian di dalam dunia kita adalah jahat dan buruk, tetapi Allah adalah ahli untuk mendatangkan kebaikan dari hal itu...

“bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil” : Janji ini hanyalah bagi anak-anak Allah... Segala sesuatu mendatangkan keburukan bagi mereka yang hidup berlawanan dengan Allah dan yang mendesak untuk mengikuti keinginan mereka sendiri.

“sesuai dengan rencana Allah” : Apakah rencana itu ? Agar kita menjadi “serupa dengan gambaran Anak-Nya.” Segala sesuatu yang Allah izinkan terjadi di dalam kehidupan Anda diizinkan demi rencana tersebut ! (Warren, 2005, pp. 215-217).

Komentar saya :

Memang benar, Roma 8:28 memang disalahmengerti terutama oleh banyak jemaat maupun “hamba Tuhan” dari kalangan Karismatik/Pentakosta bahwa Tuhan tidak menginginkan penderitaan bagi umat-Nya, tetapi kesuksesan. Ini jelas ajaran yang tidak bertanggungjawab. Tetapi herannya, secara implisit, Warren mengajarkannya di dalam bab 24.

Selanjutnya, ia mengungkapkan, “rencana Allah bagi kehidupan Anda meliputi segala yang terjadi pada Anda, termasuk kesalahan-kesalahan, dosa-dosa, dan luka hati Anda. Juga meliputi sakit penyakit, hutang, bencana, perceraian, dan kematian orang-orang yang dikasihi. Allah bisa mendatangkan kebaikan dari kejahatan yang terburuk.” Dalam hal ini, Warren kurang teliti membedakan 4 macam prinsip di dalam kedaulatan Allah, yaitu rencana Allah, pimpinan Allah, izin Allah dan pembiaran Allah (pernyataan dari Pdt. Dr. Stephen Tong). Poin pertama, Allah berencana berarti semua rencana Allah itu pasti terlaksana ; kedua, Allah memimpin berarti di dalam perjalanan sejarah, terkadang tetap di dalam rencana-Nya, Allah memimpin usaha anak-anak-Nya untuk memuliakan-Nya (mempertimbangkan kehendak bebas manusia di dalam kontrol kedaulatan Allah). Ketiga, izin Allah berlaku tetap bagi umat pilihan Allah di mana Allah mengizinkan penderitaan, dosa, dll menimpa hidup anak-anak-Nya untuk mempertumbuhkan kerohanian mereka dan keempat, Allah membiarkan anak-anak setan yang telah ditetapkan dari semula untuk memberontak kepada Allah. Apakah dosa termasuk di dalam rencana Allah ? TIDAK. Kalau benar, maka prinsip Warren identik dengan pengajaran Hyper-Calvinisme yang mengajarkan bahwa Allah lah Pencipta dosa, tetapi kenyataannya TIDAK ! Dosa bukanlah rencana Allah, tetapi izin Allah. Allah mengizinkan dosa berarti di dalam rencana-Nya, Ia tetap mengizinkan dosa, tetapi BUKAN Allah sendiri yang berinisiatif menciptakan dosa. Inilah bedanya antara rencana/ketetapan Allah dengan izin Allah. Lalu, apakah hutang juga termasuk rencana Allah? Jelas, TIDAK ! Hutang adalah kesalahan manusia sendiri dan itu harus dipertanggungjawabkan oleh manusia, dan bukan oleh Allah ! JANGAN menimpakan segala sesuatu kepada Allah, kalau itu manusia yang melakukannya, maka manusia itu sendiri harus mempertanggungjawabkannya ! Misalnya, kalau manusia yang membuang sampah sembarangan, lalu terjadi banjir, JANGAN mempersalahkan Allah mengapa Ia membuat banjir?!

Selanjutnya, ia menguraikan tentang Membangun Karakter Serupa Dengan Kristus,

Kita adalah bagaikan batu pertama, yang dibentuk dengan palu dan pahat penderitaan. Jika palu seorang ahli batu permata tidak cukup kuat untuk merontokkan bagian pinggir kita yang kasar, Allah akan memakai sebuah palu godam. Jika kita benar-benar keras kepala, Allah akan memakai palu pelobang beton. Allah akan memakai apapun yang diperlukan.

Semua masalah merupakan kesempatan untuk membangun karakter, dan semakin sulit masalahnya, semakin besar potensi untuk membangun otot-otot rohani dan serat moral... Apa yang terjadi secara lahiriah di dalam kehidupan Anda tidaklah sepenting apa yang terjadi secara batiniah. Keadaan Anda bersifat sementara tetapi karakter Anda akan kekal.

Alkitab sering membandingkan pencobaan dengan api pemurni logam yang membakar segala yang tidak murni... Bila Anda sudah dimurnikan oleh pencobaan, orang-orang bisa melihat bayangan Yesus di dalam Anda...

Karena Allah ingin menjadikan Anda serupa dengan Yesus, Dia akan membawa Anda melewati pengalaman-pengalaman yang sama seperti yang Yesus alami. Ini meliputi kesepian, pencobaan, tekanan, kecaman, penolakan, dan banyak penderitaan lainnya... (Warren, 2005, p. 217).

Komentar saya :

Allah memang memakai apapun untuk mendisiplin kita tetapi Warren kurang teliti memaparkan suatu prinsip bahwa orang yang dapat memiliki karakter serupa dengan Kristus adalah hanya orang-orang yang telah Allah tetapkan sebelum dunia diciptakan. Terhadap orang-orang demikian, Allah bisa menggunakan cara apa saja untuk mendisiplin, tetapi prinsipnya jelas yaitu BUKAN memaksa mereka dengan menggunakan kekerasan sampai terpaksa mau membangun karakter serupa dengan Kristus. Tetapi, Roh Kudus bekerja menghancurkan kebebalan hati manusia pilihan-Nya sehingga mereka bisa taat kepada Kristus.

Dari pernyataan Warren di atas, peran Roh Kudus dihilangkan dan peran manusia lah yang terus ditekankan bahkan menurut saya, Warren ingin mengajarkan bahwa Allah begitu mengasihi manusia dengan motivasi agar Ia tidak kehilangan manusia yang dicintai-Nya itu. Ini jelas salah ! Manusia yang telah ditetapkan untuk diselamatkan, pasti selamat selama-lamanya, TIDAK mungkin bisa hilang. Jika anak-anak Tuhan sejati bisa kehilangan keselamatan, pernyataan yang saya akan ajukan dengan tegas adalah para penganut ajaran ini sedang mendegradasi Tuhan Allah sehingga seolah-olah Ia kewalahan dengan manusia yang keras kepala. Itu tidak pernah ada di dalam kamus Allah di dalam Alkitab. Allah kita Mahabesar, Ia tak mungkin bisa kalah apalagi kewalahan dengan manusia !

Selanjutnya, untuk menguatkan iman Kristen, Warren mengajarkan bahwa meskipun keadaan kita bersifat sementara, tetapi karakter kita kekal. Benarkah karakter kita kekal ? Ini telah saya jelaskan mengenai perdebatan tentang kekekalan jiwa pada bab-bab sebelumnya. Yang kekal bukan hanya jiwa apalagi hanya karakter, tetapi dua-duanya yaitu tubuh dan jiwa (psikosomatis).

Terakhir, ia memaparkan tentang bagaimana Menanggapi Masalah-Masalah Seperti Yesus Menanggapinya,

Masalah-masalah tidak secara otomatis menghasilkan apa yang Allah maksudkan. Banyak orang menjadi kecewa, dan bukannya menjadi lebih baik, serta menjadi tidak pernah bertumbuh. Anda harus menanggapi seperti cara Yesus menanggapi.

Ingatlah bahwa rencana Allah itu baik. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi Anda dan Ia memperhatikan kepentingan Anda... Kapanpun Allah mengatakan tidak terhadap permohonan Anda akan keringanan, ingatlah, “Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibrani 12:10b ; AITB).

Penting bahwa Anda tetap memfokus pada rencana Allah, bukan pada penderitaan atau masalah Anda... Fokus Anda akan menentukan perasaan-perasaan Anda. Rahasia ketekunan ialah mengingat bahwa penderitaan Anda bersifat sementara, tetapi upah Anda kekal...

Jangan menyerah pada pemikiran jangka pendek. Tetaplah memfokus pada hasil akhirnya : ...

Bersukacitalah dan mengucap syukur. Alkitab menyuruh kita untuk “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18 ; AITB). Bagaimana mungkin ? Perhatikan bahwa Allah menyuruh kita untuk mengucap syukur “dalam segala hal” bukan “atas segala hal.” Allah tidak meminta kita bersyukur atas kejahatan, atas dosa, atas penderitaan, atau atas akibat-akibat menyakitkan dari hal-hal tersebut di dalam dunia. Sebaliknya, Allah ingin Anda mengucap syukur pada-Nya karena Dia akan memakai masalah-masalah Anda untuk menggenapi tujuan-Nya.

Alkitab mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan !” (Filipi 4:4 ; AITB)... Tanpa peduli apa pun yang terjadi, Anda bisa bersukacita di dalam kasih, perhatian, hikmat, kuasa, dan kesetiaan Allah...

Kita juga bisa bersukacita karena mengetahui bahwa Allah melewati penderitaan itu bersama kita... Allah masuk ke dalam penderitaan kita. Yesus melakukannya di dalam Inkarnasi, dan Roh-Nya melakukannya di dalam kita sekarang. Allah tidak akan pernah meninggalkan kita sendiri.

Menolak untuk menyerah. Bersabar dan bertekunlah...

Pembentukan karakter merupakan proses yang lambat. Kapanpun kita berupaya menghindari atau melarikan diri dari kesulitan di dalam kehidupan, kita memotong proses tersebut, menunda pertumbuhan kita, dan sebenarnya berakhir dengan jenis penderitaan yang lebih buruk, yaitu jenis yang tidak bernilai yang mengiringi tindakan menolak dan menghindar...

Anda mengetahui bahwa Anda sedang menjadi dewasa bila Anda mulai melihat tangan Allah di dalam lingkaran kehidupan yang acak, membingungkan, dan sepertinya tanpa arti... (Warren, 2005, pp. 218-220).

Komentar saya :

Perhatikan pernyataan Warren ini, “Masalah-masalah tidak secara otomatis menghasilkan apa yang Allah maksudkan. Banyak orang menjadi kecewa, dan bukannya menjadi lebih baik, serta menjadi tidak pernah bertumbuh.” Untuk mempertumbuhkan kerohanian melalui penderitaan, mungkin bisa saja pada awalnya anak-anak Tuhan mengalami kekecewaan sedikit, tetapi kemudian mereka akan berbalik dan mengerti rencana Tuhan, karena Roh Kudus mencerahkan dan menguatkan hati dan pikiran serta iman mereka sehingga mereka tetap setia dan percaya di dalam Kristus. Ini yang tidak ditegaskan Warren sejak awal.

Kedua, pengajaran Warren yang antroposentris dapat dilihat dari pernyataannya, “Allah mengetahui apa yang terbaik bagi Anda dan Ia memperhatikan kepentingan Anda.” Allah memang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda, tetapi tidak berarti karena demikian, Ia memperhatikan kepentingan Anda dan BUKAN kepentingan-Nya. Ini bukan ajaran Alkitab. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi Anda MENURUT kehendak-Nya dan untuk itu, Ia akan terus menggembleng umat pilihan-Nya dengan kasih dan bijaksana-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Bagaimana dengan kita ? Kita yang telah ditebus oleh darah Kristus, maukah kita masih membangkang dan perlu digembleng oleh Tuhan agar dapat bertobat ? Jangan sampai itu terjadi pada kita. Selagi Allah masih sabar mendisiplin kita, marilah kita bertobat.

Bab 27: DIUBAHKAN LEWAT KEBENARAN?? (Analisa Terhadap Bab 24 Buku Rick Warren)

Bab 27

Diubahkan Lewat Kebenaran ??

P

ada bab 27 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluhempat dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada awal bab ini, ia mengutip satu bagian Alkitab dari Kisah Para Rasul 20:32 versi The Message yang mengatakan, “Firman kasih karunia Allah bisa membuatmu menjadi apa yang Dia inginkan dan memberimu segala sesuatu yang kamu perlukan.” (Warren, 2005, p. 205)

Komentar saya :

Entah apa motivasi Warren mengutip Kis. 20:32 dengan menggunakan versi The Message, padahal ayat ini tidak seharusnya berarti demikian, apalagi frase terakhir, “memberimu segala sesuatu yang kamu perlukan.” Di dalam terjemahan Alkitab yang dapat dipertanggungjawabkan, mulai dari Terjemahan Baru (TB) LAI, Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan King James Version (KJV), tidak ada satu frase yang mengandung pernyataan bahwa Firman Allah memberi kepada kita apapun yang kita perlukan. Mari kita menyelidikinya. Terjemahan Baru (TB) LAI, “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” BIS, “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” KJV, “And now, brethren, I commend you to God, and to the word of his grace, which is able to build you up, and to give you an inheritance among all them which are sanctified.” Dari ketiga terjemahan di atas, saya TIDAK menjumpai sedikitpun frase yang mengajarkan seperti yang Warren kutip dari versi The Message bahwa Alkitab memberi kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan. Sebaliknya, yang ada adalah Allah dan Firman-Nya menganugerahkan kepada kita bagian atau warisan (inheritance) yang telah Ia tentukan bagi umat-Nya. Apa bedanya ? Kalau versi The Message, Alkitab itu sebagai bahan pemuas apa yang kita perlukan, tetapi versi aslinya mengajarkan bahwa Allah dan Alkitab sendiri lah yang menganugerahkan kepada kita sebuah warisan yang telah ditetapkan-Nya (ada anugerah dan kedaulatan Allah). Dari sini, bisakah Anda membedakan antara theologia yang bertanggungjawab yang Theosentris (Reformed) dengan theologia yang Antroposentris (Arminian/Warren) ?!

Pada bab ini, ia meneruskan konsepnya tentang cara kita bertumbuh dengan prinsip pertama yaitu diubahkan lewat kebenaran. Pada awal bab ini, ia memaparkan,

Kebenaran mengubah kita.

Pertumbuhan rohani merupakan proses menggantikan dusta dengan kebenaran. Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran ; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17 ; AITB). Penyucian membutukan Penyataan Allah. Roh Allah memakai Firman Allah untuk menjadikan kita serupa dengan Anak Allah. Untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita harus memenuhi hidup kita dengan Firman-Nya...

Firman Allah tidak seperti firman lainnya. Firman Allah itu hidup (Ibrani 4:12 ; Kisah 7:38 ; 1 Petrus 1:23 ; AITB)... Ketika Allah berbicara, hal-hal berubah. Segala sesuatu di sekeliling Anda, yaitu semua ciptaan, ada karena “Allah telah berfirman.”... Tanpa Firman Allah Anda bahkan tidak akan hidup...

Alkitab jauh lebih dari sekadar sebuah buku petunjuk berisi doktrin. Firman Allah menghasilkan kehidupan, menimbulkan iman, mendatangkan perubahan, membuat Iblis takut, menyebabkan mukjizat, menyembuhkan sakit hati, membangun karakter, mengubah keadaan, memberikan sukacita, mengatasi kesusahan, mengalahkan pencobaan, memberikan pengharapan, melepaskan kuasa, menyucikan pikiran kita, menciptakan berbagai hal, dan menjamin masa depan kita selamanya ! Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah ! Jangan pernah meremehkannya... (Warren, 2005, pp. 205-206)

Komentar saya :

Apa yang Warren ajarkan di atas tidak salah karena memang benar bahwa pertumbuhan rohani pasti berkaitan dengan Alkitab dan Roh Kudus memakai Alkitab untuk mempertumbuhkan rohani kita. Alkitab juga merupakan Firman Allah yang hidup yang tanpanya kita tidak dapat hidup. Semuanya itu benar, tetapi ketika Warren mengajarkan bahwa Firman Allah menghasilkan manfaat-manfaat bagi manusia, khususnya menyebabkan mukjizat, saya agak meragukannya. Bukan berarti bahwa saya anti mukjizat, tetapi yang dipersoalkan adalah yang menyebabkan mukjizat bukan Firman Allah, tetapi Allah sendiri dengan kedaulatan-Nya. Meskipun kita telah berulang kali membaca Alkitab, tetapi jika Allah yang berdaulat tidak mengizinkan adanya mukjizat, maka mukjizat tidak akan terjadi. Inilah prinsipnya. Sebagai tambahan, Alkitab dipelajari dan dipegang sebagai satu-satunya pedoman hidup dan Firman Allah, BUKAN karena Alkitab memberikan manfaat-manfaat seperti yang Warren ajarkan pada poin selanjutnya, tetapi karena Alkitab itu diwahyukan oleh Allah dan itu harus dipelajari.

Selanjutnya, ia menguraikan prinsip tentang Tinggal Dalam Firman Allah dalam tiga poin kegiatan. Poin pertamanya mengatakan, sebagai berikut,

Saya harus menerima otoritas Firman Allah. Alkitab harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan saya : kompas yang saya andalkan untuk petunjuk arah, nasihat yang saya dengarkan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijak, dan patokan yang saya gunakan untuk menilai segala sesuatu. Alkitab harus selalu merupakan penentu dalam hidup saya.

Banyak masalah kita muncul karena kita mendasarkan pilihan-pilihan kita pada berbagai otoritas yang tidak dapat diandalkan : ... Apa yang kita butuhkan adalah sebuah standar yang sempurna yang tidak akan pernah membawa kita ke arah yang keliru. Hanya Firman Allah yang memenuhi kebutuhan tersebut... (Warren, 2005, pp. 206-207)

Komentar saya :

Anak-anak Tuhan sejati memang harus menerima otoritas Firman Allah. Firman Allah harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan mereka, itu tentu tidak salah. Anjuran Warren dalam poin ini dapat dibenarkan bahwa kita harus kembali bukan kepada masalah yang muncul tetapi kepada Alkitab sebagai satu-satunya Firman Allah yang membawa kita kepada jalan yang benar. Jalan yang benar itulah jalan Allah yang membawa kepada kekekalan, dan bukan kesementaraan.

Kemudian, ia menjelaskan poin kegiatan keduanya,

Saya harus menerima kebenaran Firman Allah. Tidak cukup hanya percaya Alkitab ; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu. Ada lima cara untuk melakukan hal ini : Anda bisa menerimanya, membacanya, menelitinya, menghafalnya, dan merenungkannya.

Pertama, Anda menerima Firman Allah ketika Anda mendengar dan menyambutnya dengan sikap terbuka dan reseptif. Perumpamaan tentang penabur menggambarkan bagaimana sikap reseptif kita menentukan apakah Firman Allah berakar di dalam hidup kita dan menghasilkan buah atau tidak...

Setiap kali Anda merasa tidak mendapat apa-apa dari suatu khotbah atau dari seorang guru Alkitab, Anda seharusnya mengecek sikap Anda, khususnya kesombongan, karena Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif...

Kedua, selama sebagian besar dari 2.000 tahun sejarah gereja, hanya pendeta-pendeta yang harus membaca Alkitab secara pribadi, tetapi sekarang jutaan orang bisa membacanya. Namun, banyak orang percaya lebih setia untuk membaca koran harian daripada Alkitab mereka. Tidak heran kalau kita tidak bertumbuh...

...

Ketiga, meneliti, atau mempelajari, Alkitab adalah cara praktis lain untuk tinggal di dalam Firman. Perbedaan antara membaca dan meneliti Alkitab meliputi dua kegiatan tambahan : mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda...

... Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat...

Cara keempat untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah dengan menghafalnya. Kemampuan Anda untuk menghafal ialah pemberian Allah... Jika Firman Allah itu penting, Anda akan menyediakan waktu untuk mengingatnya.

Ada banyak manfaat menghafal ayat-ayat Alkitab. Itu akan membantu Anda melawan pencobaan, membuat keputusan-keputusan yang bijak, mengurangi ketegangan, membangun rasa percaya diri, memberikan nasihat yang baik, dan menyampaikan iman Anda kepada orang lain (Mazmur 119:11 ; 119:105 ; 119:49-50 ; Yeremia 15:16 ; Amsal 22:18 ; 1 Petrus 3:15 ; AITB).

Ingatan Anda seperti otot. Semakin Anda menggunakannya, semakin kuat ia jadinya, dan menghafal ayat akan menjadi lebih mudah. Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun : sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang ! Alkitab berkata, “Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana.” (Kolose 3:16a ; Firman Allah yang Hidup/FAYH).

Cara kelima untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah merenungkannya, yang Alkitab sebut “renungan” (meditation)... Merenungkan adalah cara berpikir yang difokuskan... Khawatir adalah cara berpikir yang difokuskan pada sesuatu yang negatif. Merenungkan ialah melakukan hal yang sama, hanya yang difokuskan adalah Firman Allah dan bukannya masalah Anda...

Jika Anda melihat setiap kali Allah berbicara perihal merenungkan di dalam Alkitab, Anda akan kagum pada manfaat-manfaat yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang mengambil waktu untuk merenungkan Firman-Nya sepanjang hari... Sungguh-sungguh merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil (Yohanes 15:7 ; Yosua 1:8 ; Mazmur 1:2-3 ; AITB). (Warren, 2005, pp. 207-210).

Komentar saya :

Dari pernyataan-pernyataan Warren di atas, saya menemukan lima poin kesalahan paradigma di dalamnya. Mari kita akan menelitinya.

Pertama, adalah suatu kejanggalan ketika Warren mengatakan, “Tidak cukup hanya percaya Alkitab ; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu.” Memang tidak salah bahwa kita tidak cukup hanya percaya Alkitab, tetapi juga kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Allah, tetapi yang menjadi persoalannya adalah kata “sehingga” di dalam kalimat ini yang dapat ditafsirkan bahwa kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Allah dahulu, baru setelah itu Roh Kudus dapat mengubah kita dengan kebenaran itu. Dengan kata lain, peran Roh Kudus baru ada setelah kita menunaikan peran kita dengan mengisi pikiran kita dengan Firman. Ini jelas salah. Di dalam theologia Reformed, kedaulatan Allah menjadi pusat segala sesuatu. Dengan kata lain, di dalam hal ini, Roh Kudus menggunakan Firman Allah untuk mencerahkan hati dan pikiran kita dan memimpin pikiran kita sesuai dengan kebenaran Alkitab. BUKAN karena saya dahulu yang mengisi pikiran dengan Firman baru setelah itu Roh Kudus menggunakan apa yang telah kita kerjakan untuk mengubah kita, tetapi Roh Kudus dahulu yang berinisiatif mengarahkan dan memimpin hati dan pikiran kita sesuai dengan Firman, baru setelah itu kita dapat meresponi apa yang Roh Kudus telah kerjakan dengan menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas Firman Allah di dalam kehidupan kita.

Kedua, Warren mengungkapkan, “Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif.” Memang benar bahwa Allah kita itu berdaulat sanggup memakai siapa saja menjadi hamba-Nya untuk menyampaikan berita Firman, dan juga kita perlu memiliki kerendahan hati dan sikap menerima apa yang Firman Allah ajarkan. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah perkataan Warren, “pengajar yang paling membosankan.” Saya tidak mengerti secara tuntas apa yang ia maksudkan dengan istilah “pengajar yang paling membosankan” ini. Bukankah ini lebih menunjuk kepada penilaian manusia terhadap hamba-hamba Tuhan ? Lalu, bolehkah kita melakukan ini ? Ini bukan masalah boleh atau tidak, tetapi apa motivasi kita menilai hamba Tuhan ini membosankan atau tidak ? Standar apa yang kita pakai untuk mengadakan penilaian tersebut ? Apakah karena sang “pendeta” berkhotbah sesuatu yang lucu, menyenangkan, dll, lalu kita sebut mereka sebagai “pengajar yang menyenangkan/tidak membosankan”, sedangkan sang pendeta yang benar-benar mengkhotbahkan Firman Allah dengan pengertian doktrinal yang kental dan sistematis serta aplikatif juga, lalu kita menyebut mereka sebagai “pengajar yang membosankan” ?! Kalau demikian, tidaklah heran, Paulus kepada Timotius telah memperingatkan hal ini sebelumnya, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4) dan juga nasihat Paulus bagi Timotius, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:5).

Ketiga, salah satu cara meneliti/mempelajari Alkitab menurut Warren adalah, “mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda.” Selanjutnya, ia juga mengajarkan, “Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.” Apakah hanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan saja kita dapat mempelajari Alkitab ? TIDAK ! Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang teks memang salah satu, tetapi pertanyaan tersebut harus segera dijawab dengan penyelidikan yang menyeluruh akan Alkitab, mulai dengan memperhatikan konteks dan perikop, perbandingan terjemahan Alkitab (khususnya dengan bahasa aslinya, Ibrani dan Yunani), perbandingan satu kata kunci di dalam satu perikop Alkitab dengan bagian kitab lain di dalam Alkitab, dll (lihat Bab 2). Kita harus meneliti Alkitab dari perspektif Alkitab yang menjelaskan dirinya sendiri, BUKAN dari pengertian kita yang kita tulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita tentang teks !

Keempat, perhatikan pernyataannya ini,

“Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun : sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang ! Alkitab berkata, “Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana.” (Kolose 3:16a ; Firman Allah yang Hidup/FAYH).”

Dalam menghafal Alkitab, bagi Warren, kita pertama kali memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab yang telah menyentuh perasaan kita ditambah usaha kita menuliskannya di atas kartu kecil untuk dibawa ke manapun kita pergi untuk nantinya dihafalkan. Pertama, kesalahan fatal ajaran ini adalah kita mempelajari Alkitab bukan secara keseluruhan, tetapi HANYA BEBERAPA AYAT ALKITAB YANG MENYENTUH PERASAAN. Di sini, fungsi perasaan ditonjolkan untuk dijadikan standar kita mempelajari Alkitab. Ini jelas salah. Di dalam mempelajari Alkitab, kita harus mempelajarinya secara keseluruhan tanpa memotong ayat Alkitab apalagi membatasi BEBERAPA ayat Alkitab yang menyentuh perasaan (dengan kata lain, ayat-ayat Alkitab yang berisi sejarah, dll yang tidak menyentuh perasaan, dipelajari belakangan/kemudian). Kedua, ayat-ayat tersebut dijadikan ayat-ayat mantera yang diucapkan untuk dihafalkan di mana saja dan kapan saja kita ada baik pada waktu bekerja, berolah raga, dll. Itu MIRIP dengan klenik dan kata-kata mantera yang para dukun ajarkan. Lalu, apa bedanya Warren dengan dukun klenik ? Bagi saya, kita BUKAN diajarkan untuk menghafal Firman, tetapi MENGERTI FIRMAN. Percuma saja, kita menghafal Firman, seperti yang orang-orang Farisi lakukan pada zaman Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak mengerti esensi Firman. Seorang yang mengerti Firman adalah seorang yang berbahagia karena ia mendapatkan berkat rohani yang begitu melimpah yang bisa menjadi “arsip” baginya yang langsung keluar dari pengertian tersebut ketika ia sedang berputus asa, menghadapi penderitaan, bahkan dalam mengambil keputusan. Mengerti Firman lah yang Paulus maksudkan di dalam Kolose 3:16 yang Warren kutip, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” Kata “diam... di antara kamu” diterjemahkan oleh BIS, “meresap ke dalam hatimu” dan oleh KJV diterjemahkan, “dwell in you”. Kata “dwell in” (Yunani : enoikeō) artinya tinggal di dalam. Perkataan Kristus yang tinggal di dalam kita TIDAK berarti kita harus menghafalkannya untuk itu. Perkataan Kristus bisa tinggal di dalam kita ketika kita mengerti Firman dan Roh Kudus yang memimpin dan mencerahkan kita melalui Firman setiap saat.

Kelima, dengan mengungkapkan, “merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil (Yohanes 15:7 ; Yosua 1:8 ; Mazmur 1:2-3 ; AITB).” berarti Warren secara implisit ingin mengajarkan bahwa merenungkan Firman Allah itu baik dan bermanfaat kalau itu mendatangkan keuntungan bagi kita. Secara tidak langsung, ia tetap mengajarkan “theologia” kemakmuran secara implisit melalui kata “kehidupan yang berhasil”. Benarkah dengan merenungkan kebenaran Allah, doa kita dikabulkan dan kita mendapatkan hidup yang berhasil ? Benarkah Yohanes 15:7 mengajarkan bahwa dengan merenungkan Firman, doa kita pasti dikabulkan ? Benarkah pula Mazmur 1:2-3 mengajarkan hidup yang berhasil sebagai akibat dari merenungkan Firman ? Mari kita akan menyelidikinya dengan teliti.

Di dalam Yohanes 15:7, Tuhan Yesus bersabda, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Ayat ini bagi Warren cukup mendukung pengajarannya bahwa dengan merenungkan Firman, setiap doa kita dikabulkan Tuhan. Benarkah demikian ? Mengikuti prinsip bagaimana menafsirkan Firman dengan bertanggungjawab, ayat 7 di dalam Yohanes 15 tentu tidak bisa dipisahkan dari perikop Yohanes 15 yang mengajarkan tentang prinsip berbuah di dalam iman Kristen, dan tentu ayat 7 ini juga berkaitan dengan ayat 8, di mana Tuhan Yesus juga bersabda, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Permintaan kita memang dapat dikabulkan tetapi prinsipnya jelas asalkan melalui permintaan doa itu Bapa dipermuliakan, BUKAN diri kita yang dipermuliakan dan juga permintaan doa kita dikabulkan asalkan kita telah berbuah banyak.

Kedua, Mazmur 1:1-6 mengatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” Benarkah di ayat 3 ini, pemazmur ingin mengajarkan bahwa dengan merenungkan Firman, hidup kita berhasil ? Mari kita memperhatikan keenam ayat di dalam pasal 1 ini dengan seksama. Kalau kita mau mengerti Alkitab, jangan membatasi Alkitab hanya pada beberapa ayat, tetapi perhatikan konteks dan kaitkan dengan keseluruhan ayat. Ayat 3 tidak bisa dipisahkan dari ayat 1, sehingga arti kata “berhasil” tidak berarti berhasil dalam materi, tetapi orang percaya sejati akan berhasil dalam melakukan apa yang Allah perintahkan di dalam kehidupan mereka, dan hal ini sangat berbeda dengan orang fasik (ungodly) yang lebih menyukai jalan kebinasaan, ketimbang jalan Tuhan. Itu konteks dan arti sebenarnya.

Terakhir, ia memaparkan poin kegiatan ketiganya di dalam konsep Tinggal Dalam Firman Allah,

Saya harus menerapkan prinsip-prinsipnya. Menerima, membaca, meneliti, menghafal, dan merenungkan Firman akan sia-sia jika kita gagal mempraktikkannya...

... Tanpa penerapan, semua pendalaman Alkitab kita sia-sia...

Alasan lain mengapa kita menghindari penerapan pribadi ialah karena hal tersebut bisa sulit atau bahkan menyakitkan. Kebenaran akan membebaskan Anda, tetapi mula-mula kebenaran tersebut mungkin membuat Anda tidak senang ! Firman Allah menyingkapkan berbagai motif kita, menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, menegur dosa-dosa kita, dan berharap agar kita berubah. Menentang perubahan merupakan sifat manusia, karena itu menerapkan Firman Allah merupakan kerja keras...

Tidak berlebihan kalau saya menekankan pentingnya menjadi anggota dari sebuah kelompok kecil diskusi pendalaman Alkitab. Kita selalu belajar dari orang lain kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa kita pelajari sendiri... (Warren, 2005, pp. 210-211).

Komentar saya :

Adalah benar bila Warren mengajarkan bahwa kebenaran Firman perlu bahkan harus dipraktikkan karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia adanya (Yakobus 2:26), tetapi TIDAK berarti iman tidak penting, lalu yang dipentingkan adalah perbuatan. Itu tafsiran yang keliru, yang benar adalah iman sejati melahirkan perbuatan yang beres. Iman yang tidak beres pasti menghasilkan perbuatan yang tidak beres pula. Kita bisa melakukan perbuatan yang beres, ketika kita meletakkan fondasi iman kita di atas dasar Alkitab yang memimpin kita, dan tindakan kita ini bisa terjadi semata-mata karena anugerah Allah melalui Roh Kudus yang memimpin kita. Tanpa Roh Kudus yang mencerahkan hati dan pikiran kita akan Firman (Alkitab), maka sia-sialah usaha kita.