04 November 2007

Perjanjian Baru Interlinear dan Konkordansi Perjanjian Baru (Pdt. Hasan Sutanto, D.Th.)

…Dapatkan segera…


PERJANJIAN BARU INTERLINEAR
(YUNANI-INDONESIA)—Jilid I

dan

KONKORDANSI PERJANJIAN BARU
(PBIK) —Jilid II


Diterjemahkan dan disusun oleh :
Pdt. Hasan Sutanto, Th.D.
(mantan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara―SAAT Malang yang meraih gelar : Bachelor of Theology―B.Th. dari SAAT Malang ; Master of Arts―M.A. dari Azusa Pacific University ; Master of Divinity―M.Div. dari New Brunswick Theological Seminary ; Master of Theology―M.Th. dari Princeton Theological Seminary ; dan Doctor of Theology―Th.D. dari South East Asia Graduate School of Theology)



Deskripsi singkat dari website http://www.hasansutanto.org/ :
Buku Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK) terdiri atas dua jilid, yang sebaiknya dibaca berdampingan satu dengan yang lain. Isi jilid I buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri atas empat macam data yang disusun berturut-turut pada empat baris, yaitu Perjanjian Baru Bahasa Yunani, terjemahan kata per kata, nomor lema konkordansi Perjanjian Baru, dan uraian fungsi kata (parsing). Terjemahan interlinear menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti, dan sedapat-dapatnya memasukkan arti-arti lain yang mungkin. Pada tempat tertentu, terjemahan ini juga dilengkapi dengan catatan akhir. Sedangkan bagian kedua terdiri atas tiga macam versi terjemahan, yaitu Alkitab Terjemahan Baru (TB), Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), dan The Holy Bible, New International Version (NIV). Isi jilid II terdiri atas konkordansi Perjanjian Baru yang dilengkapi dengan nomor lema, lema, transliterasi, jumlah pemakaian kata yang bersangkutan dalam Perjanjian Baru, arti kata, dan keterangan kata. Buku ini perlu bagi penyiapan khotbah, penyusunan bahan Sekolah Minggu, dan pemahaman Alkitab secara bersama. Isinya dirancang sedemikian rupa sehingga rohaniwan yang kurang menguasai bahasa Yunani dan orang Kristen awam sama-sama dapat memakainya dengan mudah baik dalam pemaham Alkitab berkelompok maupun perenungan Firman Tuhan setiap hari.



Diterbitkan dalam kerangka kerja sama :
Lembaga Alkitab Indonesia dan Pdt. Hasan Sutanto



Dicetak pada tahun 2006 (Cetakan ketiga) oleh :
Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia



Harga Eceran di seluruh Indonesia :
Rp 285.000, 00/set (dua jilid) termasuk ongkos kirim dalam negeri

Harga khusus :
Rp.185.000/set (dua jilid) termasuk ongkos kirim dalam negeri.
Persyaratan untuk pesanan edisi harga khusus :
1. Mahasiswa yang sedang studi di Sekolah Tinggi Theologia atau Sekolah Alkitab di Indonesia.
2. Melampirkan fotokopi kartu mahasiswa yang kemudian dibubuhi lagi tanda tangan asli mahasiswa bersangkutan, tanda tangan dekan mahasiswa beserta cap lembaga pendidikan yang bersangkutan.
3. Setiap mahasiswa hanya dapat membeli satu eksemplar.
4. Sangat dianjurkan pemesanan secara kolektif.




Kedua buku ini dapat dibeli atau diindent di :
Toko Buku MOMENTUM (www.momentum.or.id)
Andhika Plaza C/5-7, Jln. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya
Telp : (031) 5472422



Pemesanan harga biasa dan harga khusus dapat dilakukan melalui penyalur TIM (Tim Ikhlas Mengabdi) :
Departemen Literatur SAAT
Jln. Anggrek Merpati No. 12, Malang 65141
Telp. 0341-490750
Fax. 0341-494129

Pendahuluan dan Bagian-1

Martir Kristus-1



“Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
(Matius 16:24-27)



Di dalam Matius 16:24, Tuhan Yesus jelas bersabda bahwa setiap orang yang akan mengikut Kristus harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut-Nya. Berarti, ada harga yang pasti harus dibayar ketika mengikut Kristus. Jadi, tidaklah benar, jika ada beberapa orang “Kristen” bahkan “pemimpin gereja” yang mengajarkan bahwa mengikut Kristus pasti hidupnya diberkati, sukses, berhasil, bahkan tidak pernah digigit nyamuk. Sejarah gereja dari zaman Policarpus, dll menunjukkan bahwa umat Tuhan yang setia pasti akan difitnah, dibunuh mati, dibakar hidup-hidup, bahkan dipenggal kepala, tetapi pertanyaannya adalah mengapa mereka mau rela mati ? Karena mereka rela mati bukan demi sesuatu yang fana, tetapi demi Kristus yang telah mati menebus dosa-dosa mereka. Di dalam Matius 5:10, Tuhan Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Mereka rela menjadi martir Kristus, karena mereka tahu esensi yang berharga yang kekal ketimbang banyak orang dunia yang sibuk memberhalakan sesuatu yang sementara. Bagaimana kita mengerti semangat para martir Kristus tersebut ? Oleh karena itulah, melalui Program Martir Kristus, kita akan belajar banyak hal tentang semangat pengorbanan diri mereka bagi Kristus. Pada Bagian-1 ini, saya akan mengutip sebuah artikel dari Rev. DR. JOHN STEPHEN PIPER yang diambil dari milis suaramartir. Selamat membaca.



Menjadi Bahan Ejekan: Intisari Pelayanan Kristus

oleh : Rev. DR. JOHN STEPHEN PIPER


Apa yang kita lihat beberapa waktu lalu mengenai demonstrasi atas karikatur Denmark yang menghina Muhammad memberikan penjelasan apa yang membedakannya dan Kristus, dan apa artinya bagi para pengikut mereka masing-masing. Tidak semua orang Muslim setuju dengan kekerasan. Tetapi ada suatu pelajaran yang mendalam: pelayanan Muhammad didasarkan atas penghormatan dan pelayanan Kristus didasarkan atas penghinaan. Ini menghasilkan dua reaksi yang sangat berbeda dalam menanggapi ejekan.

Jika Kristus tidak dihina, maka tidak akan ada keselamatan. Ini adalah karya keselamatan-Nya: dihina dan mati untuk menyelamatkan para pendosa dari kemurkaan Allah. Sudah ada nubuatan di dalam Mazmur jalan orang yang diejek: “Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya” (Mazmur 22:7). “Ia dihina dan dihindari orang… sehingga orang menutup mukanya… dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.” (Yesaya 53:3).

Ketika penghinaan tersebut benar-benar terjadi, ini bahkan lebih buruk dari yang dibayangkan. “Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya… Mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja! Mereka meludahi-Nya” (Matius 27:28-30). Reaksi-Nya atas semua ini adalah kesabaran. Untuk inilah Dia datang. “Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 53:7).

Hampir seluruh orang Muslim diajarkan bahwa Yesus tidak disalib. Seorang Muslim Sunni menulis, “Orang-orang Muslim percaya bahwa Allah telah menyelamatkan Mesias dari aib penyaliban.” Yang lain menambahkan, “Kami menghormati Isa (Yesus) lebih dari yang kalian (orang-orang Kristen) lakukan… Kami menolak untuk percaya bahwa Allah membiarkan Isa menderita hingga mati di atas kayu salib.” Sebuah dorongan hati orang Muslim adalah untuk menghindari “aib” penyaliban.

Itulah yang merupakan perbedaan yang paling mendasar antar pemimpin dan antar pengikutnya. Bagi Kristus, menahan segala ejekan penyaliban adalah intisari dari misi-Nya. Dan bagi seorang pengikut Kristus yang sejati menahan penderitaan dengan sabar bagi kemuliaan Kristus adalah intisari dari ketaatan. “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Matius 5:11). Selama hidup-Nya di bumi Yesus disebut anak haram (Yohanes 8:41), seorang pemabuk (Matius 11:19), seorang penghujat (Matius 26:65), seorang iblis (Matius 10:25); dan Dia berkata kepada pengikut-Nya hal yang sama: “Jika sang tuan rumah mereka sebut Beelzebul, betapa lebih kerasnya lagi mereka akan memfitnah seisi rumah-Nya” (Matius 10:25).

Karikatur penghinaan Yesus Kristus masih berlanjut hingga hari ini. Martin Scorsese melukiskan Yesus dalam The Last Temptation of Christ sebagai puing-puing keraguan dan dikuasai nafsu birahi seksual. Andres Serrano didanai oleh Sumbangan Nasional bagi Seni untuk melukiskan Yesus yang disalib tenggelam di dalam botol air kencing. The Da Vinci Code menggambarkan Yesus sebagai seorang manusia belaka yang menikah dan menjadi ayah. Dan masih banyak hinaan lainnya.

Bagaimana seharusnya para pengikut-Nya bereaksi atas pelecehan ini? Di sisi lain, kita sedih dan marah. Di sisi yang lainnya, kita mengenal Kristus, dan memeluk penderitaan-Nya, dan bersukacita di dalam kesengsaraan kita, dan sepaham dengan rasul Paulus bahwa pembalasan adalah hak Tuhan, mari kita mengasihi musuh-musuh kita dan memenangkan mereka dengan kasih. Jika Kristus mengerjakan pelayanan-Nya dengan dihina, kita juga harus melaluinya demikian.

Ketika Muhammad digambarkan di dalam dua belas kartun oleh surat kabar Denmark Jylland Posten, kegaduhan di seluruh dunia Muslim meningkat dan banyak disertai kekerasan. Bendera-bendera dibakar, kedutaan-kedutaan dibakar, gereja-gereja dibakar, dan dilaporkan sedikitnya 58 orang Kristen tewas dibantai dalam demonstrasi tersebut. Para pengarang kartun ini menuju persembunyian dalam ketakutan mereka, seperti Salman Rushdie (penulis buku Satanic Verses yang juga dianggap melakukan penghujatan) sebelum mereka. Kita setuju bahwa kita seharusnya saling menghormati dan tidak mencela satu sama lain.

Tapi apa artinya ini?
Ini artinya bahwa suatu agama dengan Juruselamat yang tidak dihina tidak akan sanggup menahan cercaan dan ejekan untuk memenangkan para pengejeknya. Ini artinya bahwa agama ini diperuntukkan bagi mereka yang memikul beban yang berat yaitu menjunjung tinggi kehormatan seseorang yang mati dan tidak bangkit kembali. Ini artinya Yesus Kristus masih menjadi satu-satunya harapan perdamaian dengan Allah dan sesama manusia. Dan ini artinya bahwa para pengikutnya harus dengan rela untuk “berbagi dalam penderitaan-Nya, di mana menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10).

Sumber :
http://groups.yahoo.com/group/suaramartir/message/53