15 February 2009

PENGINJILAN ANAK-2 (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

PENGINJILAN ANAK-2

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.




Beberapa pedoman dasar
1. Pahamilah tingkat perkembangan psikologis masing-masing anak dan perkembangan anak secara umum. Ada dua hal penting berkaitan dengan hal ini:
a. Fase pemahaman anak.

Melakukan --> Menjelaskan --> Mengerti --> Menghafal


b. Faktor yang mempengaruhi pemahaman. Topik ini perlu dipahami khususnya untuk penginjilan pada anak batita.


Pemahaman Anak

Kesan --> Analogi --> Konkretisasi --> Kosa kata

Keterangan:
Ø Kesan. Anak-anak sudah mampu menangkap kesan yang tercipta di sekelilingnya. Sejak bayi seorang anak belajar menangkap kesan ‘dilindungi’, ‘disayangi’, ‘diperhatikan’, ‘kelembutan’, ‘keceriaan’, dsb. Kesan-kesan ini nantinya akan mempengaruhi konsep seorang anak tentang Allah.
Ø Analogi. Anak-anak belajar memahami Allah dari analogi di sekitarnya. Seorang anak yang memiliki ayah yang penyayang dan sabar akan lebih mudah memahami konsep Allah sebagai Bapa daripada anak lain yang berasal dari keluarga tidak harmonis.
Ø Konkretisasi. Anak-anak belum bisa berpikir secara abstrak. Mereka perlu melihat contoh-contoh nyata/praktis.
Ø Kosa kata. Jumlah kosa kata rohani yang dikuasai seseorang akan mempengaruhi pemahaman anak tersebut. Anak yang bertumbuh dalam pengajaran Alkitab cenderung lebih cepat dewasa kerohaniannya dibandingkan anak lain yang tidak diajar hal-hal rohani di rumah.
2. Jangan meminta/menunjukkan pertobatan seseorang kepada publik, misalnya pemberian Alkitab di depan kelas kepada yang ‘sudah’ percaya. Beberapa anak suka mendapat perhatian, pengakuan bahkan hadiah yang ditawarkan tersebut. Penginjilan pribadi kepada anak-anak seringkali lebih berhasil daripada penginjilan dalam kelompok.
3. Beritakanlah Injil sesederhana mungkin. Tugas penginjil anak hanyalah mempresentasikan Injil, bukan memberikan argumentasi/apologi. Penginjilan bukanlah pemaparan soteriologi (doktrin tentang keselamatan). Jangan ‘terganggu’ maupun mencoba menjelaskan aspek-aspek keselamatan yang rumit, misalnya perbedaan pembenaran dan pengudusan, dsb.
4. Pahami dan batasi apa saja yang perlu untuk anak, misalnya Allah mengasihi kamu – kamu telah berdosa – Kristus telah mati di atas kayu salib untuk membayar dosamu – kamu harus mengakui bahwa kamu berdosa – selanjutnya mintalah pengampunan dari Tuhan – kamu memiliki hidup kekal di surga. Hindari topik keselamatan lain di luar hal-hal tersebut. Mill bahkan mengusulkan pola ABC yang sangat sederhana: (182).
· Ask the Lord to forgive.
· Believe that He will.
· Confess sins.
5. Hafal dan kuasailah beberapa ayat tentang penginjilan yang sederhana, misalnya Yohanes 3:16, 36; Roma 3:23; 5:6.
6. Gunakanlah beberapa cerita Alkitab yang menarik dan mudah dimengerti oleh anak-anak serta sampaikan dalam beragam kreativitas.
7. Hati-hati dalam menggunakan istilah atau analogi dalam keselamatan (lihat Menjelaskan istilah-istlah PI kepada anak-anak).
8. Beri kesempatan anak untuk bertanya, sehingga penginjil bisa melihat sejauh mana anak memahami berita yang baru disampaikan.
9. Jangan memaksakan keputusan kepada anak.
10. Yang paling penting, bersandarlah kepada kuasa Roh Kudus.



Menjelaskan Istilah-istilah PI Kepada Anak-anak
Dosa
Penjelasan tentang dosa sangat vital dalam penginjilan. Anak-anak tidak hanya diajarkan bahwa suatu tindakan salah, tetapi juga dosa. “Salah” bisa didasarkan pada etika umum maupun akibat negatif suatu tindakan, tetapi “dosa” merupakan pelanggaran terhadap kekudusan Allah dan Firman Tuhan. Berikut ini adalah beberapa gambaran sederhana tentang dosa yang bisa dipakai untuk menjelaskan kepada anak-anak.
· Seorang guru melumuri telapak tangannya dengan lumpur dan berbagai kotoran lain (cat, spidol, tanah, dll). Lalu anak-anak diajak bersalaman menggunakan tangan tersebut. Mengapa anak-anak tidak mau bersalaman (berhubungan)? Karena tangan guru kotor dan tangan mereka bersih. Seandainya tangan mereka juga kotor, mereka pasti tidak akan keberatan untuk bersalaman. Begitu juga dengan Allah yang kudus yang tidak bisa bergaul dengan orang berdosa (Mat. 5:8).
· Seorang guru membuat lompatan dari suatu titik sejauh-jauhnya. Tempat pijakan tersebut lalu diberi tanda. Selanjutnya guru meminta anak-anak untuk melakukan lompatan yang sama dari titik start yang sama. Lompatan mereka pasti tidak bisa mencapai titik lompatan guru. Guru lalu mengukur jarak antara titik lompatan anak-anak dan guru dengan menggunakan mistar kertas yang masing-masing bagian ditulisi nama-nama dosa. (Mat. 5:48).
· Guru membuat target seperti olahraga panahan. Titik tengah disebut ‘Alkitab’, sedangkan titik-titik lain ditulisi nama-nama dosa, mulai dari ‘yang dianggap’ ringan sampai berat. Selanjutnya guru menyuruh masing-masing anak melemparkan sesuatu ke target tersebut. Aktivitas ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Alkitab pasti dosa (1Yoh. 3:4).
· Pertama-tama guru membuat sebuah jalan berliku-liku dari kapur bertuliskan Alkitab di sekeliling jalur tersebut. Di ujungnya letakkan sebuah kotak dengan tulisan “hidup kekal”. Mintalah semua anak menghafal jalur tersebut. Setelah itu beberapa anak matanya ditutup dengan kain, seluruh tubuh dan kakinya diikat dengan tali. Suruhlah mereka mencari kotak tersebut tetapi harus melewati jalur yang benar. Aktivitas ini mengajarkan bahwa ikatan dosa pada manusia tidak memungkinkan manusia untuk mendapatkan hidup kekal dengan usaha sendiri (Rm. 3:23a).

Sorga
Menerangkan surga pada anak-anak merupakan tugas yang tidak mudah. Pertama, gambaran tentang surga di Alkitab adalah secara simbolis, yang sebenarnya menerangkan ‘keindahan persekutuan kekal dengan Allah.’ Kedua, gambaran Surga dalam Alkitab tidak menarik bagi anak-anak. Emas, batu permata dan berlian belum tentu menarik perhatian anak-anak, karena mereka belum memahami seberapa berharganya benda-benda atersebut. Pertanyaan yang sering diajukan anak-anak tentang surga justru ‘apakah di surga itu ada mainan?’
a. Guru memulai dengan gradual value. Guru bisa mengambil suatu benda sebagai titik berangkat, lalu menanyakan apakah ada sesuatu yang lebih menyenangkan/bernilai dibandingkan dengan benda tersebut. Guru terus menanyakan apa yang lebih berharga daripada apa yang dijawab sebelumnya oleh anak-anak. Setelah mereka mencapai titik akhir, guru mengambil kesempatan untuk menjelaskan bahwa surga itu lebih menyenangkan daripada jawaban terakhir tersebut. Tindakan yang mungkin bisa dirancang antara lain: uang Rp. 100 – Rp. 500 – pensil – tas – mainan (bisa dikembangkan dari mainan yang tidakterlalu menyenangkan sampai mainan favorit anak – mobil sungguhan – rumah mewah, pesawat, dll.
b. Seandainya anak-anak bertanya “apakah yang paling indah di surga?”, guru harus mampu menjelaskan bahwa hal terindah adalah bersama dengan Allah selamanya. Untuk menerangkan hal ini, guru bisa mulai dengan pertanyaan ”apakah yang anak-anak rasakan seandainya diberi mainan yang bagus, tetapi ditinggal orang tua pergi selama 1 minggu serta mereka harus melakukan segala sesuatu sendiri?” Sebagaimana anak-anak selalu ingin bersama dengan orang tua lebih daripada kesenangan mereka terhadap mainan, demikian juga nanti mereka di surga yang akan selalu ingin bersama dengan Allah.
c. Guru bisa mengawali dari Why. 21:4 maupun 4:23. Setiap anak pasti tidak menyukai air mata/kesusahan maupun ruangan yang gelap. Guru bisa memulai dengan pertanyaan “apakah yang seringkali membuat anak-anak menangis?” Jawaban yang mungkin bisa ditebak adalah sakit, dipukul orang tua, dll. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa semua itu tidak ada lagi di surga.

Allah
Konsep Allah yang penting bagi anak-anak adalah Allah sebagai Pribadi yang penuh kasih tetapi juga adil. Ia mengasihi manusia dan tidak ingin manusia menderita, tetapi dosa manusia juga harus dihukum.
a. Dua orang berdiri bersebelahan. Kaki kanan orang ke-1 diikat dengan kaki kiri orang ke-2. Sambil berjalan bersamaan, dua orang tersebut bergantian menyebutkan 1Yoh. 4:8 “Allah adalah kasih” dan Kel. 34:7b “tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman”.
b. Guru memakai dua sarung tangan. Yang kiri bertuliskan “adil”, sedangkan yang kanan bertuliskan “kasih”. Guru lain secara sengaja menjatuhkan suatu benda milik guru yang memakai sarung tangan. Guru pertama memukul guru kedua dengan menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanannya mengelus rambut guru kedua.

Penghapusan dosa
Konsep tentang penebusan seringkali sulit dimengerti oleh anak-anak. Hal ini bisa disubstitusi dengan konsep penghapusan dosa atau penggantian hukuman.
a. Guru menyiapkan sebuah gelas bening dengan air yang sudah dicampuri Betadin. Setelah itu guru mengeluarkan sebuah salib kecil dari sedotan yang telah diisi vitamin Ester-C yang telah dihaluskan. Dengan perlahan dan sambil bercerita guru menuangkan serbuk tersebut ke dalam gelas. Setelah serbuk Ester-C habis, guru mengaduk air dengan menggunakan salib kecil tersebut. Air akan berubah menjadi bening kembali. Cara ini bisa divariasi dengan air tinta dan dinetralisir dengan cairan pemutih.
b. Drama singkat. Ada dua orang saudara kembar: Joni dan Jono. Jono seorang anak yang nakal dan suka berkelahi, sedangkan Joni adalah anak yang manis yang suka tinggal di rumah. Suatu ketika Jono berkelahi dengan seseorang sehingga orang tersebut terluka parah. Darah yang keluar begitu banyak sampai kaos Jono menjadi merah. Dalam keadaan bingung karena mendengar mobil polisi lewat, Jono melarikan diri ke rumah. Ia lalu menceritakan apa yang terjadi dengan Joni saudaranya. Joni lalu meminta Jono bertukar kaos dengan dirinya. Setelah itu ia keluar dari rumah dan menyerahkan diri kepada polisi. Joni akhirnya dihukum karena perbuatan Jono.

Bertobat
Pertobatan bukanlah dosa lama yang diimbangi dengan perbuatan baik. Pertobatan bukan hanya tambahan perbuatan baik, tetapi peninggalan dosa-dosa. Siapkan sebuah kertas yang telah ditulisi berbagai macam jenis dosa. Tulisan-tulisan tersebut usahakan berukuran agak besar. Setelah itu lakukan langkah-langkah berikut ini:
a. Tarik ujung kanan atas hingga menempel tepi kiri. Lipatlah sesuai dengan bentuk tersebut.
b. Lakukan hal yang sama pada ujung kiri atas (sekarang ekrtas berbentuk seperti rumah).
c. Lipat pada bagian tengah secara vertikal sehingga kedua sisi kertas bertemu.
d. Setelah itu guru mulai merobek sisi luar kertas secara vertikal. Usahakan robekan tersebut sedikit demi sedikit sampai lebar kertas tersisa sekitar 3 cm. Taruhlah robekan-robekan tersebut ke dalam sebuah tempat.
e. Kertas dibuka secara perlahan sambil bertanya kepada anak-anak apakah yang akan terjadi jika hidup mereka yang penuh dengan dosa terus-menerus dihilangkan. Ketika kertas dibuka, sisa kerta akan membentuk sebuah tanda salib. Guru menjelaskan bahwa inilah hasil kalau anak-anak terus menerus bertobat.
f. Selanjutnya, mintalah anak-anak mengambil robekan-robekan tadi dan mencoba menggabungkan kembali menjadi bentuk kertas semula. Mereka tidak akan bisa melakukan bongkar pasang ini. Begitu juga dengan orang yang bertobat. Ia tidak bisa kembali lagi pada dosa-dosanya.

Mengajak Anak Menerima Yesus
1. Setelah menjelaskan semua hal pokok tentang keselamatan, guru menanyakan beberapa hal kepada anak:
· Apakah kamu yakin akan masuk surga?
· Apakah kamu ingin masuk surga?
· Apakah yang menyebabkan kamu yakin akan masuk surga?
Catatan: jika jawaban anak masih kurang tepat, itu berarti anak tersebut belum memahami apa yang telah disampaikan. Bimbinglah anak tersebut sampai ia mengerti, setelah itu baru dibimbing untuk mengambil keputusan.
2. Siapkan beberapa lilin yang membentuk tanda salib di atas lantai. Mintalah anak-anak menuliskan semua dosa mereka di sebuah kertas tanpa ada teman lain yang melihat (bagi yang tidak bisa menulis bisa dibantu oleh guru setelah terlebih dahulu menanyai anak tersebut tentang dosa-dosa yang akan ia tinggalkan). Setelah mereka selesai menulis, suruhlah mereka berdoa dalam hati kepada Tuhan untuk pengampunan dosa. Secara tertib satu per satu membakar kertas tersebut (dengan bantuan guru) dan membuangnya ke dalam sebuah kaleng besar. Anak yang sudah selesai kembali ke tempat semula dan mulai menuliskan beberapa janji kepada Tuhan Yesus di sebuah kertas berbentuk salib. Beri kesempatan anak-anak untuk berdoa secara pribadi sekali lagi. Kertas berbentuk salib tersebut ditempel di Alkitab bagian depan.
3. Guru juga bisa membuat variasi dengan meletakkan sebuah tiruan salib dari kayu atau kertas karton. Suruhlah anak-anak menulis dosa-dosa seperti di atas, tetapi kertas yang telah ditulisi itu akhirnya diremas-remas dan ditaruh dibawah salib. Variasi lain adalah dengan menempelkan kertas-kertas tersebut di kayu salib. Guru juga bisa mengganti “dosa” dengan “kekuatiran”, “ketakutan”, dll.
4. Follow up. Guru perlu menyiapkan kurikulum yang terencana sebagai tindak lanjut dari pengambilan keputusan ini. Kurikulum yang dibuat sebaiknya melibatkan orang tua, guru sekolah (jika memungkinkan) dan pimpinan gereja.

Kiranya Tuhan Yesus terus mempercayakan pelayanan mulia ini kepada kita. AMIN.



Profil Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.:
Ev. Yakub Tri Handoko, M.A., Th.M., yang lahir di Semarang, 23 November 1974, adalah gembala sidang Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Exodus, Surabaya (www.gkri-exodus.org) dan dosen di Institut Theologi Abdiel Indonesia (ITHASIA) Pacet serta dosen tetap di Sekolah Theologi Awam Reformed (STAR) dari GKRI Exodus, Surabaya. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS); Master of Arts (M.A.) in Theological Studies di International Center for Theological Studies (ICTS), Pacet–Mojokerto; dan Master of Theology (Th.M.) di International Theological Seminary, U.S.A. Mulai tahun 2007, beliau sedang mengambil program gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) part time di Evangelische Theologische Faculteit (ETF), Leuven–Belgia.






Editor dan Pengoreksi: Denny Teguh Sutandio.

No comments: