15 February 2009

Matius 13:1-3, 13, 19: IMAN DAN RESPONS FIRMAN (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 25 Maret 2007

Iman & Respons Firman
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Matius 13:1-3, 13, 19




Puji Tuhan, hari ini kita sampai pada perenungan dari Injil Matius pasalnya yang ke-13 yang membahas tentang Kerajaan Sorga. Hal tentang Kerajaan Sorga ini sangatlah signifikan untuk kita mengerti supaya orang tidak disesatkan oleh konsep dunia yang materialistik dan sekularistik. Konsep yang salah juga pernah terlintas dalam pemikiran para murid Tuhan Yesus bahkan sampai detik terakhir, Tuhan Yesus naik ke sorga mereka masih bertanya-tanya “dimanakah Kerajaan Sorga itu.“ Mereka tidak memahami bahwa Kerajaan Sorga itu telah ada dalam diri Kristus. Karena itulah, Tuhan Yesus memaparkan tentang hal Kerajaan Sorga melalui beberapa perumpamaan.
Kita telah memahami bahwa injil Matius tidak ditulis berdasarkan kronologi atau urutan waktu kejadian. Tidak! Injil Matius memaparkan satu tema besar, yakni Kerajaan Sorga. Sebelumnya di pasal 12, kita telah merenungkan tentang Ketuhanan Kristus dimana Kristus menjadi pusat dari seluruh kehidupan manusia – Kristus adalah Raja di atas segala raja maka muncul pertanyaan bagaimana bentuk Kerajaan-Nya? Kerajaan Sorga tidak bisa direalisasi secara otak manusia biasa karena Kerajaan Sorga bukan berbicara tentang realita material. Kerajaan Sorga disini berbicara tentang realitas spiritual karena itu, Tuhan Yesus menjelaskan melalui perumpamaan.
Pertama, adalah anugerah kalau kita dapat menjadi bagian dari Kerajaan Sorga – Tuhanlah yang lebih dahulu membukakan pada kita sehingga kita dapat mengerti Firman.
Tentang hal ini telah ditegaskan oleh Tuhan Yesus sebab Tuhan Yesus sendiri menegaskan sekalipun mereka melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti (Mat. 13:13-15). Jelaslah bahwa tidak semua orang dapat mengerti dan memahami tentang hal Kerajaan Sorga. Adalah pendapat yang salah kalau orang menyatakan bahwa Tuhan Yesus memakai perumpamaan atau kejadian sehari-hari supaya orang dapat langsung mengerti. Fakta membuktikan ternyata tidaklah demikian sebab hati mereka sangat bebal, mereka telah mendengar dan melihat tetapi toh mereka tetap tidak mengerti. Jadi, bukan karena kepandaian atau kehebatan kita kalau kita dapat mengerti Firman. Itu semata-mata karena anugerah.
Jangan pernah berpikir bahwa Allah yang membutuhkan manusia dan kita telah berjasa menolong Tuhan. Tidak! Tidak ada tempat bagi orang yang sombong dan bebal dalam Kerajaan Sorga. Sungguh merupakan suatu anugerah yang besar kalau Tuhan memanggil kita menjadi bagian dalam Kerajaan Sorga. Hal itu seharusnya membuat kita makin menghargai anugerah Tuhan, kalau bukan Tuhan yang beranugerah maka kita tidak akan pernah mendengar Firman; kalau bukan Tuhan yang panggil, kita tidak akan pernah mengenal Dia dan menjadi Kristen. Seorang Kristen yang take it for granted yang menyepelekan anugerah termasuk dalam kategori orang bebal. Ia telah mendengar Firman tetapi tidak ada respon karena ia telah mengeraskan hati dan tidak mau diubahkan oleh Firman. Tuhan Yesus menyatakan tentang hal Kerajaan Sorga ini dengan perumpamaan sebab Kerajaan ini tidak dibukakan untuk semua orang. Hanya orang yang mau tunduk mutlak kepada Tuhan akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan pada para murid bahwa kepada mereka diberikan anugerah untuk mengerti tentang hal Kerajaan Sorga sedang kepada mereka tidak.
Kedua, Kerajaan Sorga merupakan suatu kondisi yang sifatnya non material sehingga sukar untuk didefinisikan. Itulah sebabnya, orang sukar mengerti tentang hal Kerajaan Sorga. Berbeda halnya kalau kita menjelaskan sesuatu yang sifatnya material. Bisakah kita mendefinisikan Allah? Orang yang dapat mendefinisikan Allah membuktikan Ia bukanlah Allah sejati sebab Allah itu dapat kita batasi dengan konsep pemikiran kita. Memang, bukanlah hal yang mudah untuk kita yang berada di bawah memahami hal-hal yang sifatnya metafisik yang ada di atas kecuali Tuhan yang membukakan pada kita. Sangatlah mudah bagi kita untuk memahami segala sesuatu yang ada di bawah kita, karena mereka berada di bawah penguasaan yang di atas. Untuk memahami orang yang sejajar saja tidaklah mudah, kita tidak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka apalagi untuk memahami sesuatu yang berada di atas kita. Untuk memahami orang lain saja kita seringkali mengalami kesulitan kecuali adanya revelation, pengungkapan dari obyek yang kita mau mengerti maka dalam hal ini obyek berubah menjadi subyek. Ketika kita mau memahami si A maka dalam hal ini posisi A sebagai obyek dan kita adalah subyek. Kita memakai analogi manusia namun sampai batas tertentu saja, kita dapat mengenal yang kelihatan di luar dirinya akan tetapi, kita tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka, isi hati mereka, dan masih banyak lagi. Meski kita membedah dan membuka isi kepalanya dan mengeluarkan otaknya, kita tetap tidak akan memahaminya sebab letak permasalahan bukan pada materi sedang yang ingin kita pahami melampaui dunia materi. Maka satu-satunya cara adalah si A yang menjadi subyek sedang kita yang menjadi obyeknya. Satu-satunya cara kita dapat memahami adalah si A yang membukakan dirinya pada kita barulah kita dapat mengerti.
Berbeda halnya kalau kita hendak memahami suatu benda yang sifatnya materi maka kita dapat membongkar dan mempelajari spesifikasinya, cara kerjanya, dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana kita memahami sesuatu yang sifatnya non materi? Kecuali Tuhan sendiri yang membukakan pada kita barulah kita dapat memahami namun toh meski Tuhan telah menyatakan diri masih banyak orang yang tidak mengerti. Jadi, dapatlah disimpulkan kalau orang dapat mendefinisikan “allah“ maka ia pasti tidak mengenal “allah“ sebab yang ia sebut sebagai “allah“ itu pastilah “allah palsu“ karena posisinya berada di bawah manusia. Dalam seluruh tataran theologis ketika kita mau mendefinisikan Allah maka kita akan terjepit dalam konsep negative definition yang memberikan batasan negasi, membatasi di titik tertentu tetapi karena terlalu besar sehingga kita hanya bisa menata sisanya dan orang sudah menganggap seolah-olah ia sudah mendefinisikan “allah“ padahal sesungguhnya, itu bukan definisi sejati.
Demikian halnya ketika orang mendefinisikan tentang Kerajaan Allah maka tidak ada suatu definisi pasti yang dapat menjelaskannya sehingga cara satu-satunya adalah dengan menggunakan perumpamaan. Perumpamaan mau menggambarkan sesuatu aspek tetapi dari sisi yang lain sehingga orang mempunyai sedikit gambaran tentang realita yang ada. Namun itu tidak dapat menjelaskan realita asli secara keseluruhan sebab realita asli lebih besar dari perumpamaan. Kerajaan Sorga bukanlah bersifat materi duniawi; Kerajaan Sorga disini tidak sama dengan kerajaan Herodes, kerajaan Julius Caesar atau kerajaan-kerajaan lain. Itulah sebabnya, Kristus harus menggunakan perumpamaan Kerajaan Sorga. Melalui perumpamaan kita dapat memahami sesuatu yang melampaui semua batasan materi.
Ketiga, Tuhan Yesus sendiri memberikan makna dari perumpamaan tentang penabur sebagai acuan penafsiran. Perumpamaan digambarkan sebagai sesuatu yang bisa multiple interpretation sehingga dibutuhkan suatu acuan interpretasi yang sangat akurat untuk mendapatkan jawaban. Kata “bagaikan“ bisa diinterpretasi berbeda oleh setiap orang. Namun ketika manusia seolah-olah diberikan hak untuk bisa menafsirkan dengan bebas maka orang mulai menyalahgunakannya, memanipulasi firman untuk keuntungan diri maka itu menjadi titik matinya. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus menyatakan mereka melihat tapi tidak melihat, mendengar tetapi tidak mendengar dan mereka tidak mengerti. Karena itu, hendaklah kita waspada ketika kita menafsirkan Alkitab dengan demikian kita tidak salah dan terjebak dalam konsep yang salah.
Tuhan Yesus sendiri telah memberikan makna tentang perumpamaan penabur namun ironisnya, orang masih menafsirkan sendiri. Bangsa Israel telah mendapatkan anugerah Allah yang begitu besar, mereka dipelihara sedemikian rupa di padang gurun namun toh mereka masih bersungut-sungut, meminta ini dan itu. Perhatikan, Allah masih menuruti semua keinginan mereka namun tidak ada satu pun dari mereka yang masuk tanah Kanaan kecuali Yosua dan Kaleb (Mzm. 78). Jangan pernah berpikir kita dapat mempermainkan Allah sedemikian rupa. Banyak orang yang merasa sudah memahami firman. Banyak orang memakai istilah Kerajaan Sorga untuk menggambarkan segala kenikmatan duniawi, segala sesuatu yang sifatnya hedonistik. Setiap kali orang berpikir tentang Kerajaan Sorga maka yang ada dalam pikirannya adalah emas, tidak ada kesusahan, tidak ada penyakit, tidak ada kematian dan bersama dengan Kristus kita mempunyai kuasa memerintah orang lain. Sadarlah, bukan kita yang memerintah, kitalah yang seharusnya diperintah oleh Kristus. Kristus menjelaskan arti perumpamaan ini kepada para murid dengan demikian mereka tidak salah mengerti tentang hal Kerajaan Sorga. Hal Kerajaan Sorga itu seperti seorang penabur penabur itu adalah Anak Manusia, yaitu Kristus Yesus; benih itu adalah Firman Tuhan dan empat macam kondisi tanah itu adalah manusia.
1) benih jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung sampai habis, artinya ketika benih Firman itu ditabur, orang tidak mau berespon, ia bebal maka iblis langsung mengambil semua daripadanya. Titik ini menjadi titik kehancuran yang paling fatal bagi orang yang tidak meresponi Firman. Hari ini, orang baru mau percaya kalau ia penjelasan itu dapat dimengerti secara logika dan rasional. Salah! Titik permasalahan bukan pada otak tetapi hati kita. Iman mendahului pengertian bukan sebaliknya, pengertian mendahului iman. Di titik pertama orang menolak Firman berarti ia berafiliasi pada iblis maka tidaklah heran kalau semua taburan benih Firman itu tidak berdampak pada dirinya. Biarlah kita mengevaluasi diri sudahkah kita membuka diri menerima Firman dan percaya pada Kristus? Seberapa jauhkah kita mau setia dan taat pada Firman? Ingat, pikiran dan hati kita yang harus tunduk pada Firman, emosi kita diubahkan oleh Firman. Iman harus kembali pada Firman Tuhan. Kunci Kerajaan Sorga, yaitu beriman pada Kristus Sang Firman hidup dan setia pada-Nya. Adalah anugerah kalau kita dapat beriman pada-Nya dan menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.
2) benih jatuh di tanah berbatu, tanahnya tipis maka benih itupun segera tumbuh tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebatang pohon dapat bertumbuh dengan baik dan subur kalau ia mempunyai akar yang kuat. Makna dari perumpamaan ini adalah orang yang menerima firman dengan gembira tetapi ketika datang penindasan atau penganiayaan, ia menjadi murtad. Jangan tertipu dengan sesuatu yang fenomena, kelihatan indah di depan padahal di dalamnya keropos. Gereja lupa bahwa untuk menjadikan seseorang Kristen bukan dibutuhkan bahagia yang sifatnya fenomena tetapi dibutuhkan akar yang kuat dan mendalam. Kondisi Kekristenan yang berada dalam kenyamanan digambarkan oleh J. I. Packer sebagai Hot Bathup Religion. Orang Kristen yang murtad akan sukar untuk percaya kembali dan menjadi Kristen karena ia telah mempunyai konsep yang salah tentang Kekristenan – imannya bukan iman yang sejati. Orang yang mau mengerti Kerajaan Sorga maka ia harus mempunyai sikap yang tepat terhadap Firman.
3) benih jatuh di semak duri, makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Kondisi ini menggambarkan orang yang mendengar firman lalu kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman sehingga tidak berbuah. Orang mau firman tetapi juga mau dunia, hidup dualistis akibatnya adalah kehancuran, semak menghimpitnya. Kristus menuntut orang yang mau berbagian dalam Kerajaan Sorga maka ia harus menjadikan firman sebagai dasar hidupnya. Firman menegaskan manusia tidak bisa mempunyai dua tuan karena ia akan mengasihi yang satu dan membenci yang lain; manusia tidak bisa menyembah pada Allah sekaligus mamon. Mamon adalah dewa uang, jadi kata “mamon“ disini lebih tepat diterjemahkan sebagai uang. Sesungguhnya, orang yang hidupnya masih dicengkeram oleh materialisme membuktikan ia bukanlah orang Kristen sejati sebab ia pasti akan mati.
4) benih jatuh di tanah baik dan menghasilkan buah. Untuk masuk dan mendekati Kerajaan Sorga haruslah melalui jalur yang Tuhan sudah tetapkan, orang tidak bisa masuk dalam Kerajaan Sorga dengan jalur yang kita tetapkan sendiri. Kerajaan Sorga hanya bagi mereka mengasihi Kristus dan orang yang mengasihi adalah ia yang memegang perintah-Ku dan melakukannya (Yoh. 14:21). Mengasihi bukan sekedar ucapan tetapi harus nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Biarlah hari ini kita mengevaluasi diri kalau kita ingin berbagian dalam Kerajaan Sorga, seberapa jauhkah kita mencintai Kristus Sang Raja? Seberapa jauhkah engkau memegang Firman-Nya? Sudahkah kita menjadikan diri kita sebagai tanah yang subur dimana kita hidup di dalam Firman dan berbuah lebat? Dan ingat, itu bukan karena kehebatan kita kalau kita dapat masuk dalam Kerajaan Sorga. Semua semata-mata karena anugerah Tuhan. Tuhanlah yang lebih dulu membukakan mata hati kita. Karena itu, janganlah engkau memegahkan diri dan menjadi sombong. Biarlah kita menghargai anugerah Tuhan itu, kita bertumbuh dan berbuah sehingga kita menjadi saksi bagi-Nya. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: