14 February 2008

Roma 5:18-19: PERBEDAAN ESENSIAL-2: Adam dan Kristus

Seri Eksposisi Surat Roma :
Manusia Lama Vs Manusia Baru-2

Perbedaan Esensial-2 : Adam dan Kristus
oleh : Denny Teguh Sutandio

Nats : Roma 5:18-19.


Setelah kita mempelajari perbedaan manusia pertama dengan kedua secara pokok pada ayat 12 s/d 17 (ayat 12 dan 15 menjadi kunci), maka kita akan mulai membahas perincian pembahasan Paulus dari pokok-pokok pada ayat 12 s/d 17 mulai di ayat 18. Untuk itu, mari kita mempelajarinya satu per satu.
Pada ayat 18, Paulus menjelaskan, "Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup." Menurut Albert Barnes dalam Albert Barnes’ Notes on the Bible, kata "sebab itu" yang dalam bahasa Inggris therefore (=oleh karena itu) digunakan sebagai ringkasan penjelasan dari penjelasan Paulus di ayat 12 s/d 17. Bagi saya, ayat 18 dan 19 adalah penjelasan Paulus lebih khusus dari ayat 12 s/d 17, karena ayat 18 dan 19 menjelaskan dua hal, yaitu "pelanggaran vs perbuatan kebenaran" (ayat 18) dan "ketidaktaatan vs ketaatan", di mana kedua hal ini tidak secara eksplisit dipaparkan di ayat-ayat sebelumnya (yang hanya membicarakan mengenai karunia-Nya, tetapi tidak sespesifik seperti di ayat 18). Melanjutkan ayat 17, di ayat 18, Paulus mulai membedakan secara penuh/khusus antara Adam pertama dan Adam kedua (beserta keturunan-keturunannya). Perbedaan khusus itu mencakup hal keputusan terhadap Allah. Adam pertama yang telah menerima hidup dari Allah ternyata menyalahgunakan anugerah itu dan memakainya untuk semakin melanggar (=menyeleweng) dari Allah, sehingga setiap orang yang adalah keturunannya pun harus dihukum/menerima penghukuman. Kata "penghukuman" dalam ayat ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan condemnation yang dalam bahasa Yunaninya katakrima yang bisa berarti adverse sentence (putusan penghukuman yang bersifat bermusuhan) selain condemnation. Kata ini juga dipakai pada ayat 16 di Roma 5. Dengan kata lain, penghukuman yang dimaksud bukan sekedar penghukuman di pengadilan manusia biasa, tetapi penghukuman ini bersifat bermusuhan, artinya penghukuman ini datang dari Allah yang memusuhi/membenci dosa manusia. Dosa mengakibatkan putusnya hubungan antara Allah dan manusia yang dahulu terjalin erat. Karena dosa, manusia harus menanggung hukuman Allah yang bermusuhan ini sehingga tak ada seorangpun yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang berat ini. Tetapi puji Tuhan, Adam kedua diutus oleh Bapa yaitu Tuhan Yesus Kristus yang tidak berbuat dosa, tetapi melakukan kebenaran (righteousness), sehingga setiap orang yang ditebus-Nya (umat pilihan-Nya) mendapatkan pembenaran untuk hidup. Pada kalimat kedua, King James Version menerjemahkan, "...; even so by the righteousness of one the free gift came upon all men unto justification of life." (=begitu juga melalui kebenaran satu orang, karunia yang cuma-cuma tiba pada semua/banyak orang ke dalam pembenaran kehidupan). Di dalam terjemahan ini, ada kata free gift yang berarti karunia yang gratis/cuma-cuma ditekankan dan kata ini rupanya tidak muncul di dalam Terjemahan Baru LAI. Kata ini begitu penting (meskipun telah dijelaskan pada kitab Roma pasal-pasal dan ayat-ayat sebelumnya), karena kata free gift ini menjadi dasar bagi pembenaran kehidupan di dalam umat pilihan Allah. Seorang penafsir Alkitab terkenal, Matthew Henry di dalam Matthew Henry’s Concise Commentary menafsirkan, "This free gift did not place them anew in a state of trial, but fixed them in a state of justification" (=karunia yang cuma-cuma ini tidak menempatkan mereka kembali di posisi percobaan/pengadilan, tetapi menetapkan mereka di dalam keadaan pembenaran.) Di sini, Matthew Henry memberikan suatu tafsiran yang lebih dalam, yaitu karunia yang cuma-cuma ini memberikan jaminan kepada umat pilihan-Nya bahwa mereka tak akan diadili lagi, tetapi beroleh pembenaran. Hal ini juga dijelaskan oleh Paulus di dalam Roma 8:1, "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus." Tuhan Yesus juga bersabda hal yang serupa, "Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24) Orang pilihan Allah yang telah menerima anugerah-Nya selain tidak dihukum, mereka juga memperoleh hidup kekal atau menurut Roma 5:18, pembenaran untuk hidup (English Standard Version dan International Standard Version : justification and life). Bagaimana dengan kita ? Kita sebagai orang Kristen tentu sudah mendapatkan anugerah pembenaran Allah di dalam/melalui Kristus yang telah berbuat benar bagi kita, sehingga meskipun kita telah dibenarkan dan dihidupkan oleh Allah di dalam Kristus, kita pun tetap harus menghidupi anugerah keselamatan itu. Dengan kata lain, kita yang sudah diselamatkan tidak boleh masa bodoh terhadap keselamatan itu, tetapi kita harus mengerjakan keselamatan untuk memuliakan Allah (Filipi 2:12). Perlu diperhatikan, kita dapat mengerjakan keselamatan pun karena anugerah Allah yang memungkinkannya (Filipi 2:13), sehingga tidaklah benar ada ajaran yang mengajarkan bahwa kalau kita tidak mengerjakan keselamatan atau berbuat baik, keselamatan kita bisa hilang ! Kepastian keselamatan kita tidak tergantung apakah kita sudah atau belum mengerjakan keselamatan, tetapi mutlak bergantung pada kedaulatan Allah.
Apa wujud pelanggaran/penyelewengan Adam pertama vs tindakan pembenaran Adam kedua tersebut ? Paulus menjelaskannya di ayat 19, "Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar." Penyelewengan Adam dijelaskan Paulus dengan kata "ketidaktaatan" (disobedience). Dosa bukan hanya sekedar membunuh, mencuri, dll, tetapi dosa secara esensial adalah ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Kalau kita kembali ke Kejadian 3, ketidaktaatan terhadap perintah Allah memang ditunjukkan pertama kali oleh Hawa yang bersoal jawab dengan si ular/setan, tetapi di bagian ini, Paulus langsung menunjuk Adam sebagai sumber ketidaktaatan, karena memang Adam yang telah mendengar perintah Allah yang harus bertanggungjawab. Pada bagian sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa dosa muncul bukan ketika orang melihat sesuatu, tetapi ketika seseorang melihat sesuatu dengan motivasi tidak beres. Begitu juga dengan ketidaktaatan yang muncul ketika ada pribadi lain yang kita jadikan sumber kebenaran untuk kita taati. Hawa meskipun kelihatan "membela" Allah di depan iblis ketika ia bersoal jawab dengan setan tentang buah yang boleh dan tidak boleh dimakan, ia sebenarnya lebih taat kepada perintah iblis setelah ia ditipu oleh indahnya buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di sini, bukan salah iblis, tetapi tetap Hawa yang salah, karena iblis memang tugas sehari-harinya menipu orang dan kita lah yang bodoh mau ditipu oleh iblis. Ketika kita mudah ditipu oleh iblis dengan mengiyakan tipuan itu, pada waktu yang sama kita sedang tidak taat kepada Allah. Selain itu, kita tidak taat kepada Allah ketika kita hanya berkata "taat" di dalam mulut dan tidak melakukannya. Di dalam sekolah minggu, kita sering diajar lagu "TAAT", tetapi seberapa dalam kita mengerti dan menjalankan istilah itu. Dosa mengakibatkan manusia enggan melakukan apa yang baik dan memuliakan Allah, tetapi justru yang mendukakan hati-Nya. Apakah ketika seorang pemeluk agama sedang gencar-gencarnya beramal, melakukan syariat-syariat agama, dll, mereka sedang taat kepada Allah ? TIDAK. Mereka sebenarnya tidak taat kepada Allah, karena dua alasan : pertama, mereka taat supaya masuk surga. Itu mirip dengan tipuan iblis, yaitu ketika manusia taat kepada iblis, maka iblis akan membuatnya "bersukacita"/senang dan masuk ke dalam "surga" (padahal neraka). Kedua, mereka taat bukan untuk memuliakan Allah, tetapi untuk memuliakan diri. Berapa banyak orang yang mengaku beragama lalu beramal dan kegiatan amal itu diliput oleh media massa dan elektronik, supaya orang-orang yang beramal itu diingat jasanya. Sejujurnya ketika mereka berupaya beramal, mereka sedang menimbun banyak dosa melawan Allah. Inilah dosa terselubung yang enggan untuk dibuka kedoknya, tetapi puji Tuhan, Alkitab membukakan hal ini dengan gamblang (Roma 3:10-11).
Kalau semua manusia di dalam Adam tidak taat, lalu bagaimana jalan keluarnya ? Mengapa harus ada jalan keluarnya ? Karena manusia pada hakekatnya diciptakan untuk bersekutu dengan Allah (dan tentunya bersifat kekal), tetapi akibat dosa, manusia harus mati, dan dosa ini dibenci Allah, sehingga Allah sendirilah yang harus menyediakan jalan keluarnya sehingga manusia pilihan-Nya diselamatkan dan dibenarkan, sedangkan yang tidak dipilih-Nya dibiarkan-Nya. Jalan keluar dari Allah itu adalah melalui ketaatan Kristus. Kristus diutus Bapa untuk taat mengerjakan kehendak Bapa yaitu menebus dosa manusia. Meskipun demikian, Kristus tetap adalah Allah Pribadi Kedua yang berotoritas. Ketaatan Kristus berkali-kali dicobai iblis. Ketika kita menonton film The Passion of The Christ, Mel Gibson dengan gamblang menggambarkan bahwa ketika Kristus berdoa di Taman Getsemani, tiba-tiba ada gambaran iblis melintas dengan mencobai Kristus untuk tidak menebus dosa manusia dengan cara salib, karena manusia sudah terlalu jahat. Terhadap cobaan tersebut, Kristus menolaknya dan tetap taat kepada kehendak Allah. Ketaatan ini mengakibatkan kita yang termasuk umat pilihan-Nya juga dibenarkan/dijadikan orang benar. Terjemahan Baru LAI yang menggunakan kata, "semua orang menjadi orang benar." adalah terjemahan yang kurang tepat. Perhatikan terjemahan KJV, "many be made righteous." (=banyak orang dijadikan benar.) Terjemahan KJV lebih tepat, karena dua alasan : pertama, yang menerima pembenaran bukan semua orang (seperti terjemahan LAI), tetapi banyak orang. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya umat pilihan-Nya yang dibenarkan oleh Allah di dalam/melalui Kristus (Efesus 1:4-5 ; bandingkan dengan Roma 5:15 dalam terjemahan KJV yang juga menggunakan kata many). Kedua, umat pilihan-Nya dijadikan benar, bukan menjadi orang benar. Bedanya, ketika umat pilihan-Nya dijadikan benar berarti Allah yang menjadikan mereka benar, tetapi ketika dikatakan "semua orang menjadi orang benar" berarti secara otomatis mereka menjadi benar (tanpa ada Allah yang bertindak membenarkan mereka). Puji Tuhan, Kristus sebagai Adam kedua telah menaati kehendak Allah dan ini menjadi teladan bagi kita untuk taat juga kepada Allah. Di dalam Alkitab, setiap kata taat selalu dibarengi dengan komitmen tindakan terus-menerus untuk mematikan dosa di dalam diri kita lalu berbuat sesuatu yang menyenangkan Allah. Salah satunya diajarkan oleh Rasul Petrus di dalam 1 Petrus 1:14-16, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." Ketaatan sejati bukan ditunjukkan dengan ritual syariat-syariat agama yang harus dipenuhi (fenomenal), tetapi ditunjukkan mulai dari hati yang rela dibentuk oleh Roh Kudus untuk taat kepada Kristus. Dengan kata lain, ketaatan berawal dari hati, kemudian keluar di dalam pemikiran yang taat dan akhirnya kepada perkataan, sifat, sikap dan kelakuan. Jangan sekali-kali menilai ketaatan dari hal-hal luar, karena itu sangat berbahaya dan menipu. Ukurlah ketaatan seseorang dari hatinya. Ketika seorang anak Tuhan dengan rendah hati mau ditegur, siap bertobat dan akhirnya terus-menerus berkomitmen untuk mematikan dosa dan berbuat sesuatu yang menyenangkan Allah, itulah ketaatan sejati. Konsep kedua tentang ketaatan sejati adalah ketaatan selalu berani menerobos segala godaan. Anak Tuhan yang taat bukan sekedar mau ditegur, bertobat dan melakukan apa yang Tuhan inginkan, tetapi juga siap berjuang mematikan dan menang mengalahkan segala godaan dosa. Ketika ada orang lain yang tidak taat kepada Allah, kita tidak mau ambil pusing, kita harus tetap taat dan sebisa mungkin atas pimpinan Roh Kudus, kita juga mengajarkan ketaatan kepada orang yang tidak mau taat. Itulah yang saya sebut sebagai konsep ketiga dari ketaatan yaitu ketaatan yang menjadi berkat. Ketaatan bukan untuk/milik diri kita, tetapi juga harus diberikan/diajarkan kepada orang lain, sehingga orang lain juga bisa taat seperti kita yang taat kepada Allah. Hal ini sudah diajarkan oleh Petrus (seperti ayat yang baru kita bahas di atas) bahwa Petrus menginginkan agar jemaat-jemaat yang ia layani juga taat seperti ia sendiri yang taat kepada Kristus. Paulus pun juga demikian dan tentunya semua rasul Kristus.
Sudahkah kita mengalami anugerah penebusan dan penyelamatan Allah yang membenarkan kita dan mengakibatkan kita terus-menerus taat kepada Allah dan firman-Nya ? Kiranya Tuhan memimpin dan terus menundukkan kita yang seringkali membangkang di hadapan-Nya. Soli Deo Gloria. Amin.

No comments: