14 February 2008

Bab 21 : MENJALANI KEHIDUPAN BERSAMA-SAMA? (Analisa Terhadap Bab 18 Buku Rick Warren)

Bab 21
Menjalani Kehidupan Bersama-sama ??


Pada bab 21 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari kedelapanbelas dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Tema komunitas menjadi ciri khas abad postmodern yang menyenangi kebersamaan. Inilah tema yang sedang dibahas Warren pada bab 18 dan 19 secara jelas. Hal ini tidak salah, karena Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial. Tetapi sampai batas manakah kehidupan bersosial ini harus digumuli, itulah yang menjadi perhatian kita di dalam dua bab pembahasan kita ini. Mari kita menyelidiki satu per satu komunitas yang Warren maksudkan.


Pada halaman 156, ia memaparkan,
Allah telah membuat janji yang luar biasa berkaitan dengan kelompok-kelompok kecil orang percaya : "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20) Sayangnya, berada di dalam sebuah kelompok kecil sekalipun tidak menjamin bahwa Anda akan mengalami persekutuan yang sesungguhnya... (Warren, 2005, p. 156)
Komentar saya :
Ayat yang Warren kutip yaitu Matius 18:20 memang gemar sekali dikutip untuk mendukung bahwa persekutuan itu penting di mata Allah. Tetapi benarkah ayat tersebut berarti demikian ? TIDAK ! Sebagaimana ayat-ayat Alkitab tidak bisa dilepaskan dari ayat-ayat sebelumnya, maka ayat 20 tentu tidak bisa dilepaskan dari ayat 15-18 yang mengajarkan tentang menasihati saudara yang berdosa. Ketika saudara kita berbuat dosa, perikop ini mengajarkan bahwa kita harus menegurnya empat mata (kita dengan orang tersebut), tetapi jika orang tersebut tidak mengindahkannya, maka kita perlu membawa dua atau tiga orang saksi, jika orang tersebut masih tidak mengindahkannya, maka kita perlu membawa persoalannya ke hadapan jemaat. Dan terakhir, kalau orang ini masih berbuat dosa lagi, maka Alkitab berkata bahwa anggaplah orang ini orang kafir yang tidak mengenal akan Allah. Lalu, disambung dengan pernyataan bahwa dua atau tiga orang berkumpul, maka Allah hadir di sana. Meskipun ayat ini juga bisa dipakai untuk mengajarkan persekutuan, tetapi tidak boleh ditafsirkan secara eksplisit bahwa yang penting jumlahnya maksimal tiga orang, maka Allah hadir. Itu tafsiran yang terlalu dipaksakan. Biasakanlah memperhatikan konteks dan perikop Alkitab sebelum berani menafsirkan Alkitab ! Jangan menjadikan Alkitab sebagai buku primbon yang bisa dimanipulasi seenaknya sendiri !

Lalu, ia melanjutkan,
Apa perbedaan antara persekutuan yang sejati dan yang palsu ?
Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otentisitas. Persekutuan yang otentik... merupakan tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang sampai tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka menceritakan luka-luka hati mereka, menyatakan perasaan-perasaan mereka, mengakui kegagalan-kegagalan mereka, mengungkapkan kebimbangan mereka, mengakui ketakutan mereka, mengakui kelemahan mereka, dan meminta bantuan serta doa...
Dalam persekutuan yang sejati orang-orang mengalami kebersamaan. Kebersamaan adalah seni memberi dan menerima. Ini berarti saling bergantung...
Kita semua lebih konsisten di dalam iman kita bila orang lain berjalan bersama kita dan memberi kita dorongan...
Anda tidak bertanggung jawab atas semua orang di dalam Tubuh Kristus, tetapi Anda bertanggung jawab kepada mereka. Allah ingin Anda melakukan apapun semampu Anda untuk membantu mereka.
Dalam persekutuan yang sejati orang-orang mengalami simpati. ...simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain...
Dalam persekutuan yang sejati orang-orang memperoleh belas kasihan. Persekutuan adalah tempat kasih karunia, di mana kesalahan tidak diungkat-ungkit tetapi dihapuskan. Persekutuan terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan... (Warren, 2005, pp. 156-159)

Komentar saya :
Ada tiga poin kesalahan yang saya jumpai dari keempat poin konsep persekutuan "sejati" menurut Warren.
Pertama, persekutuan "sejati" menurut Warren dalam poin pertama tidak ada bedanya dengan kelompok-kelompok arisan para ibu yang suka menceritakan pengalaman pribadinya (Jawa : uneg-uneg). Apakah itu persekutuan sejati ? TIDAK. Persekutuan sejati bukan sekedar membagikan pengalaman (sharing), meskipun itu tidak salah, persekutuan sejati adalah bersekutu menguatkan, menegur, menasihati, memimpin dan menghibur.
Kedua, persekutuan "sejati" menurut Warren poin kedua adalah terjadi kebersamaan. Itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika Warren mengatakan, "Kita semua lebih konsisten di dalam iman kita bila orang lain berjalan bersama kita dan memberi kita dorongan...Anda tidak bertanggung jawab atas semua orang di dalam Tubuh Kristus, tetapi Anda bertanggung jawab kepada mereka." Ada dua hal yang perlu dikoreksi dari pernyataan ini. Pertama, sebagai orang Kristen, iman kita dapat konsisten BUKAN karena kita berjalan bersama dengan orang lain. Iman kita dapat konsisten karena ada Roh Kudus yang memimpin iman kita melalui Firman-Nya. Dari sini, Warren menggantikan peran Roh Kudus dengan peran manusia di dalam pembentukan iman ! Kedua, sebagai anggota tubuh Kristus, kita BUKAN bertanggungjawab kepada sesama kita, tetapi kita bersama sesama saudara seiman bertangungjawab kepada Tuhan. Dari dua poin ini, sangat jelas, semua urutan dan prinsip dibolak-balik dan dimanipulasi oleh Warren menurut seleranya !
Ketiga, menurut Warren, persekutuan "sejati" terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan. Ini jelas ajaran yang tidak bertanggungjawab. Di dalam persekutuan, memang harus ada belas kasihan, tetapi tidak berarti meniadakan keadilan. Kedua sifat ini harus saling melengkapi. Ketika belas kasihan dilepaskan dari keadilan, maka belas kasihan ini tidak ada bedanya dengan belas kasihan yang dunia ajarkan. Akibatnya, sesama saudara seiman tidak ada yang saling menegur, mengingatkan, memimpin, dll, sebaliknya yang ada adalah saling menutupi kesalahan orang lain, dll. Belas kasihan Kristen BUKAN belas kasihan yang dunia ajarkan, tetapi BERBEDA TOTAL dengan yang dunia ajarkan. Perbedaannya terletak pada poin utama yaitu belas kasihan Kristen bersumber dari Allah yang adalah Kasih, di mana masing-masing Pribadi di dalam Allah Trinitas saling mengasihi. Sedangkan belas kasihan ala dunia tidak didasarkan pada konsep ini, bahkan konsep "allah" mereka ada yang politheistik, bahkan satu Pribadi (Monotheis) yang tidak mungkin menjadi sumber kasih sejati. Dari konsep Allah Trinitas, kita juga menjumpai makna belas kasihan sejati yaitu belas kasihan yang disertai keadilan. Allah kita Mahakasih, tetapi sekaligus juga Mahaadil. Yohanes 3:16-18 menjadi ayat yang jelas mengajarkan kedua prinsip ini secara jelas. Demikian juga di dalam persekutuan, Matius 18:15-20 menjadi ayat yang juga cukup jelas mengajarkan prinsip menasihati sesama. Selain itu, 2 Timotius 4:2b yang mengajarkan, "nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." juga merupakan tugas bagi setiap pemimpin gereja terhadap jemaat dan orang-orang sekitarnya yaitu menyatakan kesalahan, menegur dan menasihati jemaat dengan segala kesabaran dan pengajaran sambil mereka mendengarkan berita Injil.

No comments: