16 December 2007

Renungan Natal 2007 (2) : INKARNASI : SUMBER HIDUP DAN SUMBER TERANG MANUSIA (Denny Teguh Sutandio)

Renungan Natal 2007 (2)



INKARNASI : SUMBER HIDUP DAN SUMBER TERANG MANUSIA

oleh : Denny Teguh Sutandio



Nats : Yohanes 1:4-5, 9

“...Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya…. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. ”



Pada bagian ini, kita akan membahas kaitan Inkarnasi dengan datangnya Sumber Hidup dan Sumber Terang manusia.


Inkarnasi dan Sumber Hidup Manusia
Setelah menjelaskan tentang Firman (Logos) yang adalah Allah dan keterlibatan Sang Firman (Tuhan Yesus) di dalam Penciptaan, maka Rasul Yohanes menjelaskan bahwa di dalam Sang Firman itu ada hidup dan hidup adalah terang manusia (ayat 4). Di sini, kita memperhatikan bahwa selain Pencipta, Tuhan Yesus juga ada hidup (kekal). Di dalam Yohanes 14:6, kita menjumpai pernyataan Kristus sendiri bahwa Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa tanpa melalui Dia. Kehidupan yang ada di dalam Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Allah dan Sumber Hidup sendiri, yang daripada-Nya kita memperoleh hidup yang bermakna. Orang-orang di dunia baik sejak zaman modernisme sampai postmodernisme tidak memiliki makna hidup sendiri. Rasionalisme mengakibatkan manusia mengukur kebenaran dari sisi rasio manusia. Meskipun Rene Descartes bukan seorang atheis, tetapi Descartes tetap menitikberatkan peran serta rasio (yang dari Allah) sebagai penentu kebenaran. Rasionalisme menemui jalan buntu ketika Perang Dunia 1 dan 2 meletus yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang meninggal. Rasionalisme akhirnya digantikan oleh Romantisisme dan postmodernisme yang tidak lagi mengukur kebenaran dari segi rasio, tetapi dari segi emosi dan perasaan. Tidak heran, seorang tokoh romantisisme, F. Schleiermacher mengatakan bahwa agama hanyalah feeling absolute dependency (perasaan kebergantungan mutlak). Dari romantisisme, muncullah relativisme dan pluralisme di abad postmodern yang mengukur kebenaran itu berlaku hanya untuk masing-masing pribadi (subyektivitas kebenaran). Akibatnya, hidup mereka tidak memiliki arah yang pasti, mengapa ? Karena tidak ada standar kebenaran obyektif yang berkait dengan kekekalan Allah. Hidup yang tidak berkait dengan Sumber Kehidupan yang kekal, maka hidup itu tidak akan memiliki makna dan menjadi sia-sia. Pengkhotbah menyadari hal ini bahwa hidup tanpa Allah adalah hidup yang sia-sia (Pengkhotbah 11:9-12:13). Bagaimana dengan kita ? Sudahkah hidup kita berkait dengan Kristus sebagai Sumber Hidup kita ? Caranya ? Jadikanlah Kristus sebagai Tuhan, Raja dan Pemerintah di dalam hidup Anda, maka hidup Anda pasti berarti dan hidup kita akan dipimpin dan diluruskan-Nya (Amsal 3:6).


Inkarnasi dan Sumber Terang Manusia
Dari mana kita bisa memiliki hidup yang bermakna yang berkait dengan Kekekalan/Sumber Hidup tersebut ? Tidak ada jalan lain. Inkarnasi Kristus mengakibatkan semua umat pilihan-Nya di dalam Kristus menemukan makna hidup sejati dan hidup itu adalah terang manusia. Ada beberapa hal yang akan kita renungkan berkaitan dengan Sumber Terang Manusia ini :
Pertama, kaitan antara Hidup (kekal) dan terang manusia (ayat 4b). Kata “terang” (Yunani : phōs) dalam ayat ini berarti sinar/cahaya yang menerangi. Dengan kata lain, hidup yang ada di dalam Kristus adalah terang manusia. Artinya, sumber hidup yang ada di dalam Kristus memberikan terang/menerangi manusia yang hidup di dalam gelap. Di sini, ada kaitan erat antara Hidup (kekal) di dalam Kristus dan terang manusia. Ketika Kristus itu Pribadi Allah yang Hidup, maka ada harapan terang bagi manusia. Sebaliknya, ketika Kristus tidak hidup, maka manusia terus berada di dalam kegelapan. Berarti, ada dua kualitas hidup manusia. Pertama, hidup yang berada di dalam terang dan hidup yang berada di dalam kegelapan. Anak-anak Tuhan dapat menikmati terang di dalam hidupnya karena ada Kristus yang berkuasa di dalam hidup mereka. Di dalam terang yang Kristus berikan tersebut, mereka tidak lagi menjadi hamba dosa, tetapi mereka lebih mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci. Kalau dulunya mereka memberontak terhadap setiap perintah Allah, sekarang, setelah terang Kristus itu masuk ke dalam hidupnya, maka mereka menjadi pelaku-pelaku firman Allah yang taat dan setia kepada panggilan dan perintah-Nya. Sebaliknya, hidup yang berada di dalam kegelapan adalah manusia yang terus memusatkan hidupnya hanya pada dirinya sendiri (humanisme), materi (materialisme), manfaat/daya guna (utilitarianisme), kesenangan (hedonisme). Akibatnya, hidup mereka terus dikuasai oleh kegelapan dan menemui jalan buntu yang tidak mereka sadari. Akhirnya, banyak dari mereka yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, karena STRES. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita juga memiliki terang Kristus di dalam hidup kita, di mana kita tidak lagi mendasarkan hidup kita pada kehendak kita, tetapi kehendak Allah yang berdaulat ?

Kedua, terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (ayat 5). Terang manusia bukan hanya berkait dengan Hidup (kekal) di dalam Kristus, terang manusia juga bercahaya di dalam kegelapan. Terang manusia menerangi dunia yang gelap. Darimana asal terang manusia itu ? Terang manusia itu bersumber dari terang Kristus. Di dalam Injil Yohanes 8:12, Kristus sendiri berfirman, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Kata “terang” yang dipakai di dalam Yoh. 8:12 sama dengan kata “terang” di dalam Yoh. 1:4 yaitu kata Yunani phōs. Berarti terang Kristus menjadi sumber yang daripada-Nya kita memperoleh terang hidup. Seperti terang cahaya matahari memantulkan cahayanya kepada bulan, lalu bulan memberikan “cahaya”nya kepada bumi, maka kita juga dipanggil untuk menjadi pemantul terang Kristus di dalam dunia yang gelap. Bagaimana kita menjadi pemantul terang Kristus di tengah dunia yang gelap ini ? Satu-satunya cara yang dapat kita lakukan yaitu mengikut Kristus. Injil Yohanes 8:12 mengatakan bahwa karena Kristus adalah terang dunia, maka barangsiapa yang mengikut-Nya, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. Dengan kata lain, satu-satunya cara menjadi pemantul terang Kristus adalah kita HARUS mengikut Kristus. Mengikut Kristus dalam bahasa Yunani memiliki arti yang lebih dalam dari sekedar mengikut biasa. Mengutip pernyataan Pdt. Sutjipto Subeno, mengikut Kristus bisa diterjemahkan dengan kata ngintil dalam bahasa Jawa. Ngintil berarti mengikut terus tanpa bertanya apapun. Biasanya kata ini dikenakan pada seorang anak yang ngintil dengan ibunya, yaitu ikut terus ke mana ibunya pergi. Itulah mengikut Kristus. Kita mengikut Kristus dengan terus mengikuti ke mana Ia memimpin hidup kita, tanpa kita perlu bertanya apapun kepada-Nya. Selain itu, di dalam mengikut Kristus, sumber hidup kita adalah Kristus. Artinya, Kristus menjadi Teladan dan Sumber yang daripadanya kita hidup, bersikap dan berkata. Dengan kata lain, kita siap mengubah pola pikir, sikap, perkataan, tingkah laku dan tindakan kita yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, lalu menggantinya dengan pola pikir, sikap, perkataan dan tingkah laku yang Kristus ajarkan dan inginkan. Kemudian, di dalam mengikut Kristus, kita harus siap bayar harga. Mengikut bukan perkara mudah, tetapi perkara yang sukar. Seperti contoh di atas, seorang anak kecil yang ngintil (dengan) ibunya adalah seorang anak yang harus siap menerima resiko ketika ia dibawa oleh ibunya ke tempat yang sulit, misalnya menyeberang jalan, dll. Hal demikianlah yang terjadi ketika Kristus memimpin hidup kita, Ia terkadang memimpin kita ke tempat-tempat yang mungkin kita tidak sukai, tetapi itu baik bagi kita untuk memurnikan iman kita di dalam-Nya. Ingatlah : pimpinan-Nya berbeda dengan kehendak dan keinginan kita. Pdt. Dr. Stephen Tong membedakan dua macam pimpinan-Nya yaitu pimpinan positif dan pimpinan negatif. Pimpinan negatif dari Allah TIDAK bermotivasi dan bertujuan negatif, tetapi positif, sehingga kita harus beriman di dalam-Nya bahwa Ia akan memimpin kita untuk mendewasakan kita di dalam iman yang benar. Dengan kata lain, mengikut Kristus berkenaan dengan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Kristus dengan menjadikan Kristus sebagai Tuhan, Raja dan Pemerintah di dalam hidup kita.
Ketika kita sudah mengikut Kristus sungguh-sungguh, maka kita bisa menjadi pemantul terang Kristus yang bercahaya di tengah kegelapan dunia. Dan ketika terang manusia yang bersumber dari terang Kristus itu bercahaya, maka kegelapan tidak akan menguasai dunia lagi. Apakah ini berarti dunia tidak lagi gelap dan berdosa ? TIDAK. Arti pernyataan ini adalah terang manusia mengikis kegelapan dunia sekitarnya. Kalau dulu, kita hidup di dalam kegelapan dunia, ikut-ikutan narkoba, free-sex, dll bersama rekan-rekan kita, sekarang setelah kita mengikut Kristus sungguh-sungguh, maka kita menjauhi hal-hal yang melawan Allah itu, lalu kita diutus dan dipanggil untuk mempertobatkan bekas rekan-rekan kita yang masih berada di dalam lingkungan yang jahat tersebut. Itulah artinya kita menjadi pemantul terang Kristus yang menyinari kegelapan lingkungan sekitar dan ketika terang itu bersinar, maka kegelapan di lingkungan sekitar itu tidak menguasainya lagi. Dengan kata lain, ketika kita menjadi pemantul terang Kristus, kita menjadi saksi-Nya di tengah dunia yang gelap ini. Semua itu dapat dimungkinkan ketika Kristus berinkarnasi menjadi manusia (Yoh. 1:9). Tanpa inkarnasi, tak mungkin ada hidup, dan juga tak mungkin ada terang manusia yang mampu memancarkan cahaya di tengah dunia yang gelap.


Puji Tuhan, Allah mengutus Putra Tunggal-Nya, yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa kita. Inkarnasi Kristus adalah esensi Natal yang sesungguhnya, yang di dalamnya kita menemukan sumber hidup manusia sejati sekaligus sumber terang yang bercahaya di tengah dunia yang gelap. Tanpa Hidup dan Terang yang bersumber dari Kristus, dunia akan semakin lama semakin gelap dan akan menemui kebinasaan. Maukah kita menjadi pemantul terang Kristus di tengah dunia yang gelap ini ? Maukah kita menjadi saksi-Nya ? Biarlah renungan singkat mengingatkan dan menggugah semangat kita untuk menjadi saksi Kristus demi kemuliaan-Nya. Amin. Soli Deo Gloria. Solus Christus.

No comments: