19 June 2007

Matius 3:1-5 : LIVE IN CONTRIBUTE

Ringkasan Khotbah Mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 25 April 2004

Live in Contribute

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 3:1-5



Pola hidup Yohanes Pembaptis sangatlah unik dan berbeda dengan orang lain pada umumnya bahkan dapat dikatakan mendobrak tatanan hidup manusia. Hidup Yohanes Pembaptis bukan untuk diri sendiri melainkan untuk menjadi berkat bagi dunia. Prinsip hidupnya adalah hidup itu untuk memberi, sangat kontras dengan konsep hidup dunia yang mengajarkan bahwa hidup harus menerima atau mendapatkan sesuatu, to get something. Manusia hanya dididik untuk mementingkan diri sendiri. Dan yang sangat memprihatinkan konsep ini ditanamkan pada para hamba Tuhan yang hendak diutus untuk melayani; mereka diajarkan supaya memperoleh berkat dari tempat dimana dia berada. Seorang anak Tuhan sejati, hidupnya harus menjadi berkat, hidup untuk memberi bukan menerima berkat. Bagaimana dengan hidup kita? Sudahkah kita menjadi berkat bagi dunia?

Setiap orang tua pasti menginginkan hidup anaknya sukses namun sayang kesuksesan tersebut hanyalah kesuksesan yang bersifat materi belaka. Karena itu sejak dari kecil orang tua selalu menanamkan konsep tentang mendapat. Anak selalu diajar untuk mencari uang sebanyak-banyaknya kemudian uang yang didapat tersebut harus disimpan baik-baik untuk jaminan hari depan. Oleh sebab itu maka wajarlah kalau orang lebih mementingkan fasilitas dan bila ia tidak mendapatkan keuntungan maka ia akan mencari tempat lain yang lebih menguntungkan. Kalau kita hanya berpikir untuk “mendapat dan mendapat“ saja maka kita akan menjadi seorang yang tamak. Celakanya, orang tidak menyadari bahwa ketamakan akan mempengaruhi relasi kita dengan sesama bahkan merusak hubungan keluarga.
Tuhan menciptakan manusia supaya menjadi berkat bagi orang lain tetapi justru yang terjadi adalah manusia saling menghancurkan demi untuk keuntungan diri sendiri. Iblis telah berhasil merusak paradigma atau cara pikir dasar manusia sehingga manusia gagal menjalankan esensi hidup yang sesungguhnya. Ingat, jika tujuan hidup manusia hanya untuk “mendapat“ saja maka manusia akan hidup dalam ketegangan; manusia tidak akan pernah puas. Kita akan merasakan sukacita yang sejati dan kedamaian bila kita memberi karena Tuhan memanggil manusia di dunia untuk hidup saling berbagi.

Yohanes Pembaptis tahu bahwa Allah telah menetapkannya untuk menjadi pembuka jalan bagi Tuhan Yesus dan hal ini tidaklah mudah karena banyak tantangan dan resiko yang harus dihadapi. Tidak semua tokoh iman dicatat oleh Alkitab secara terperinci hingga ke pakaian dan makanannya seperti Yohanes Pembaptis. Kalau Alkitab sampai mencatat pakaiannya terbuat dari bulu onta dan makanannya adalah belalang dan madu hutan berarti ada sesuatu yang bermakna yang ditujukan untuk kita.

Sebagian besar hidup pelayanan Yohanes Pembaptis berada di padang gurun karena itu dibutuhkan pakaian dengan bahan tertentu yang dapat melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas. Dalam hal ini jubah dari bulu unta dan ikat pinggang dari kulit sangat tepat karena kuat dan tahan lama. Di Palestina, khususnya di daerah padang gurun belalang sangat banyak dijumpai bahkan menyulitkan karena merusak tanaman. Belalang dengan jenis tertentu memang biasa dikonsumsi oleh rakyat miskin atau ketika masa kelaparan datang menimpa negeri itu. Madu hutan banyak terdapat di daerah Palestina bahkan sampai sekarang mereka masih memproduksi madu hutan. Tubuh yang sehat dan kuat diperoleh Yohanes Pembaptis dari madu hutan yang mengandung banyak karbohidrat.

Dengan demikian Yohanes Pembaptis tidak bergantung pada siapapun sehingga ia tidak takut untuk memberitakan berita yang kontroversial itu. Berita yang dikabarkan Yohanes Pembaptis sangat keras dan tidak disukai oleh orang karena itu ia tidak boleh berada di bawah otoritas tertentu supaya tidak mudah didikte oleh mereka yang kepadanya dia menggantungkan diri. Kalau kita berada di bawah otoritas maka kita tidak akan berani mengambil suatu keputusan karena nasib hidup kita ada ditangannya; kita harus taat pada semua perintahnya dengan demikian panggilan Tuhan dalam hidup kita menjadi terhambat karena kita gagal mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah kita mempunyai keberanian untuk mau hidup berkontribusi dan tanpa mengharapkan imbalan? Hidup Yohanes Pembaptis dengan misi yang unik dan sukar untuk kita boleh mengerti sebuah kehidupan tapi dia tahu yang terbaik. Empat aspek yang akan kita soroti dari cara hidup Yohanes Pembaptis yang dapat kita jadikan teladan, yaitu:
1. Hidup tertata dengan baik, live to manage. Manusia tidak menyadari bahwa selama ini hidup seringkali dilewatkan bahkan dihamburkan dengan sia-sia. Banyak orang yang tidak menggunakan waktu, uang dan tenaga dengan baik, semua dibuang dengan percuma untuk sesuatu hal yang sia-sia. Manusia selalu ingin mendapatkan sesuatu yang menguntungkan demi untuk memuaskan nafsunya. Inilah sifat manusia berdosa. Ketika manusia mulai menyadari akan betapa berharganya waktu maka manusia mencoba membuat sistem mekanisme. Dan akhirnya, manusia tidak ubahnya seperti robot, selalu diatur dan dikendalikan oleh suatu mekanisme yang bersifat mati. Ingat, penyesalan kita tidak akan dapat mengulang waktu kembali jadi gunakanlah hidupmu dengan sebaik mungkin, untuk sesuatu yang bermanfaat, yaitu demi untuk kemuliaan namaNya. Hidup manusia menjadi lebih indah jika ditata dengan baik. Hendaklah tiap-tiap hari kita mengevaluasi diri sudahkah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan apakah semua waktu telah kita pergunakan dengan baik dan menghasilkan kualitas yang lebih baik dari kemarin?
Mengatur waktu dengan mekanisme merupakan suatu hal baik akan tetapi janganlah kita dijepit oleh waktu dan akhirnya malah membuat hidup kita menjadi stress. Inilah paradoks yang harus kita mengerti. Di satu sisi kita tidak boleh dijepit waktu tetapi di sisi yang lain kita harus memacu diri untuk menggunakan waktu sesingkat mungkin namun berkualitas baik. Waktu pelayanan Yohanes Pembaptis sangat singkat namun ia telah sukses menata hidupnya dan menghasilkan kualitas yang baik. Yohanes Pembaptis tahu bahwa Yesuslah yang terutama karena itu ia mulai mengurangi pelayanannya sebab Dia yang harus makin bertambah dan aku harus semakin berkurang. Meski waktu pelayanannya di dunia sangat singkat namun hal itu tidak menurunkan kualitas pelayanannya. Yohanes Pembaptis telah sukses menata hidupnya.

2. Hidup berorientasi untuk memberi, live to give. Yohanes Pembaptis tidak pernah bosan dan tiada henti-hentinya setiap saat menyadarkan orang akan dosa supaya kembali pada jalan Tuhan, mewartakan berita pertobatan. Di sepanjang hidupnya, Yohanes Pembaptis tidak mengerjakan banyak hal tetapi dia telah memberi yang terbaik untuk seluruh manusia dan beritanya telah dicatat di sepanjang sejarah jaman dan didengar oleh seluruh umat manusia di dunia. Kita akan merasakan sukacita sejati kalau orientasi hidup kita adalah untuk memberi dan menjadi berkat bagi orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Jangan takut meski orang Kristen minoritas namun kita akan menjadi mayoritas jika telah menjadi berkat buat mayoritas. Dengan demikian jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada yang minoritas tentu yang mayoritas tidak akan tinggal diam karena kita yang telah menjadi bagian dari mayoritas.
Konsep dunia sangat kontras dengan ajaran Tuhan Yesus. Dunia mengajarkan semakin banyak menerima maka hidup menjadi bahagia. Salah! Hal itu justru akan menjadi bumerang yang mencelakakan hidup kita sendiri. Keegoisan diri kita membuat kita dibenci dunia. Lalu apakah kalau hidup kita menjadi berkat bagi orang lain, dunia tidak akan membenci kita? Tidak! Dunia juga pasti akan membenci karena ketika anak Tuhan memancarkan terang maka tidak akan ada tempat untuk bersembunyi. Inilah paradoks yang harus kita mengerti. Anak Tuhan yang sejati hendaklah menjadi garam dan terang sehingga dengan demikian kita dapat menjadi berkat. Hati-hati dengan orang yang berkedok kasih melakukan segala perbuatan baik akan tetapi semua itu hanya demi untuk kemegahan diri. Alkitab menegaskan jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu (Mat. 6:3). Hidup manusia di dunia sangat singkat karena itu pergunakanlah waktu yang sangat singkat ini dengan menjadi berkat bagi orang lain dan engkau akan merasakan sukacita sejati. Bagaimana dengan hidup kita? Dimanapun kita berada sudahkah kita menjadi berkat?

3. Hidup untuk memuliakan nama Tuhan, live for glory. Apa yang menjadi motivasi kita ketika memberi? Yohanes Pembaptis melakukannya dengan motivasi murni, yaitu untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk kemegahan diri. Dia berani berkorban demi untuk memberitakan berita yang kontroversial, ia tidak pernah memperhitungkan nama baiknya. Yohanes Pembaptis melakukan perbuatan baik bukan untuk mendapatkan pujian dan demi untuk kepentingan diri sendiri. Hari ini banyak orang Kristen mau berbuat baik tetapi tidak mau berkorban, mereka takut menghadapi resiko. Lalu apa bedanya dengan dunia?
Sebagai orang Kristen, kita harus siap dibenci oleh dunia dan siap berkorban oleh sebab kebenaran. Kita harus mempunyai motivasi yang murni dan sejati, yaitu to glorify God, mempermuliakan Tuhan di sepanjang hidup kita. Biarlah kita mau meneladani sikap hidup Yohanes Pembaptis, yakni Dia yang harus makin bertambah dan aku yang harus makin berkurang. Di dunia ini banyak orang yang hanya ingin mementingkan diri, mencari kemuliaan diri dan kesenangan diri tapi Tuhan justru mengajarkan supaya kita memberi dengan demikian hidup kita menjadi berkat sehingga orang lain dapat melihat, mengenal dan menerima Yesus sebagai Juruselamat.

4. Hidup limpah dalam anugerah Tuhan, live for richness. Kalau kita punya sesuatu yang dapat kita berikan pada orang lain, ingatlah itu semua bukan milik kita tapi semua itu berasal dari Allah. Jangan pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran kita bahwa uang yang kita berikan itu adalah dari hasil kerja kita. Tidak! Pekerjaan itu pun asalnya juga dari Tuhan maka tidak ada seorang pun yang berhak memegahkan diri. Segala kepandaian, kekayaan dan kehebatan kita asalnya dari Tuhan. Jadi, merupakan suatu anugerah kalau kita dapat memperoleh semuanya itu. Ingat, Tuhan yang memberi maka Dia berhak mengambil. Bersyukurlah kalau sampai detik ini kita masih dapat menghirup udara, kita masih hidup dan merasakan anugerah kasih Tuhan. Hendaklah kita menyadari bahwa kalau Tuhan masih berkenan memakai kita menjadi saluran berkat itu merupakan suatu anugerah besar. Siapakah kita sehingga Tuhan berkenan memakai kita?

Kalau kita dapat memberi menunjukkan bahwa kita adalah orang kaya sejati. Coba pikir, kalau kita tidak kaya bagaimana mungkin kita dapat memberi, bukan? Ukuran orang kaya bukan uang atau deposito yang ada di bank. Tuhan sangat menghargai orang yang memberi dengan sepenuh hati. Tuhan memuji persembahan janda miskin yang hanya 2 peser karena ia memberi dengan sepenuh hati; ibu janda itu menyadari bahwa semua yang ada pada dirinya adalah berasal dari Tuhan. Ingat, kita tidak akan menjadi miskin karena kita memberi justru dengan memberi menunjukkan bahwa kita hidup dalam berkelimpahan. Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkatNya ketika kita memberi. Hati-hati, banyak orang yang salah menafsirkan ayat ini, mereka pikir dengan memberi sedikit maka Tuhan akan memberi lebih banyak, seperti orang berharap mendapat ikan kakap dengan umpan ikan teri. Salah!

Orang seringkali beranggapan bahwa Tuhan seperti layaknya seorang Raja yang kejam yang ingin mengeruk harta saja. Tidak, Tuhan kita justru seorang Raja yang kasih, Dia senantiasa memeliharakan hidup kita. Namun seandainya hal itu benar, Dia layak mengambil kembali semua harta kita toh semua itu asalnya dari Tuhan. Puji Tuhan, Dia justru menunjukkan pada kita bahwa Ia adalah Allah yang penuh cinta kasih, Ia melimpahkan berkat yang berkelimpahan pada kita. Yohanes Pembaptis tidak pernah mengharapkan imbalan sedikit pun dari semua hal yang ia lakukan, mempertobatkan orang banyak dan ia tidak pernah merasa berjasa karena dirinya sebagai pembuka jalan bagi Tuhan Yesus. Sebaliknya, justru dengan rendah hati ia mundur dari pelayanan ketika Tuhan Yesus datang ke dunia. Paulus juga merasakan kasih karunia dan kelimpahan hidup di dalam Kristus setelah bertobat.

Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi kita semua; Dia yang adalah Tuhan pemilik alam semesta rela datang ke dunia, Ia mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba untuk berbagi, Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan Dia memberikan nyawa untuk menjadi tebusan bagi banyak orang. Maukah kita dipakai menjadi alatNya? Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

No comments: