08 March 2009

Roma 13:12-14: UTANG KASIH-4: Kasih dan Kesucian Hidup

Seri Eksposisi Surat Roma:
Aplikasi Doktrin-13


Utang Kasih-4: Kasih dan Kesucian Hidup

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 13:12-14.



Bagaimana wujud dari kita yang dibangunkan dari tidur (ay. 11)? Di ayat 12-14, Paulus menjabarkan wujudnya yaitu memelihara kesucian hidup. Seorang yang dibangunkan dari tidur adalah seorang yang berwaspada. Seorang yang berwaspada adalah seorang yang memelihara kesucian hidup. Di sini, Paulus menjabarkan bahwa kesucian hidup hanya didapat ketika seseorang mengenal kasih (ay. 8-10). Bagaimana cara memelihara kesucian hidup? Paulus menjabarkannya di dalam dua prinsip di ayat 12-14:
Pertama, secara negatif, kesucian hidup berarti menanggalkan kehidupan lama. Di ayat 12, Paulus menggambarkan poin ini dengan penjelasannya, “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!” Paulus menggambarkan kita yang harus menanggalkan kehidupan lama kita sebagai “hati sudah jauh malam.” “Hari sudah jauh malam,” kurang tepat terjemahannya. International Standard Version (ISV) menerjemahkannya, “The night is almost over,” New International Version (NIV) menerjemahkannya, “The night is nearly over,” Teks Yunaninya bisa diterjemahkan, “Malam (gelap) telah menjadi larut,” (Hasan Sutanto, 2003, Perjanjian Baru Interlinear, hlm. 868) Dari ketiga terjemahan ini, kita mendapatkan gambaran yang dipakai Paulus, yaitu malam sudah hampir berakhir/selesai dan siang hari sudah mulai mendekat, maka kita harus menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan kita dan mengenakan perlengkapan senjata terang. Apa yang dimaksud Paulus dengan perbuatan-perbuatan kegelapan? Di ayat 13, ia memberikan jawabannya, “jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.” Di sini, ia membagi perbuatan kegelapan ke dalam dua hal, yaitu apa yang kelihatan (superficial) dan tidak kelihatan. Perbuatan kegelapan yang kelihatan adalah perbuatan yang dilihat jelas oleh mata, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, dan hawa nafsu; sedangkan perbuatan kegelapan yang tidak kelihatan yang dipaparkan Paulus adalah perselisihan dan iri hati. Dalam hal ini, Paulus tidak membedakan antara yang kelihatan dan tidak, semua itu dianggap sebagai perbuatan kegelapan. Bukan hanya itu saja, di bagian lain, Paulus menyebutkan perbuatan kegelapan secara lengkap sebagai perbuatan kedagingan, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19-21) Di bagian ini, ia lebih tajam lagi memasukkan semua unsur kejahatan baik kelihatan maupun tidak kelihatan dan unsur tersebut adalah perbuatan kedagingan yang dibenci Allah. Di sini, kita mendapatkan penjelasan bahwa di hadapan Allah, tidak ada dosa kecil atau besar, semua dosa itu sama. Dengan kata lain, tidaklah benar jika ada orang (bahkan “Kristen”) yang mengatakan bahwa dosa itu hanya sekadar membunuh, mencuri, mabuk-mabukan, dll. Pengertian dosa seperti itu adalah pengertian yang dangkal. Di pasal-pasal sebelumnya di Surat Roma, Paulus telah menjabarkan bahwa dosa secara hakikat bukanlah hal-hal yang kelihatan, tetapi dosa adalah hal esensial, yaitu pemberontakan kepada Allah. Ketika seseorang tidak mencuri, tidak berarti dia tidak berdosa. Mungkin dia tidak mencuri, tetapi dia memiliki keinginan untuk mencuri, keinginan itu pun termasuk dosa, karena keinginan lahir dari motivasi dan hati yang terdalam dan itulah yang Tuhan lihat dan hakimi.

Kembali, sehingga ketika Paulus memerintahkan kita untuk menanggalkan kehidupan yang lama kita berarti kita benar-benar tidak bersentuhan dan tidak melakukan lagi kehidupan lama kita, seperti ibarat yang Paulus berikan, yaitu malam itu sudah lalu/lewat, berarti malam itu tidak akan kembali lagi. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berkomitmen untuk menanggalkan kehidupan lama kita? Bagaimana caranya menanggalkan kehidupan lama kita? Kita akan memerhatikannya di poin kedua di bawah ini.


Kedua, secara positif, hidup sebagai anak-anak terang yang berpusat pada Kristus. Cara kita menanggalkan kehidupan lama kita adalah dengan memfokuskan arah hidup kita kepada Kristus. Ketika hidup kita diarahkan kepada Kristus, maka secara otomatis, kita tidak lagi menginginkan hidup berdosa. Mengapa? Karena hidup kita diarahkan kepada Kekekalan, Kesucian, Keagungan, dll dari Allah, sehingga kita otomatis membenci apa yang sementara, najis, tidak agung, dll. Di sini, Kebenaran Allah menjadi fokus penting kita ketika kita mau menanggalkan perbuatan kegelapan. Ketika seseorang tidak kembali kepada Kebenaran Allah, maka ia tidak akan pernah mampu menanggalkan perbuatan kegelapan. Di sinilah perbedaan total Kekristenan dengan agama-agama lain. Agama-agama lain mengajarkan bahwa manusia bisa menanggalkan kehidupan lama dengan melakukan pertobatan melalui syariat-syariat agama, seperti puasa, dll. Tetapi anehnya makin mereka menjalankan ritual mereka, mereka makin berdosa, mengapa? Karena mereka bukan hanya menjalankan ritual mereka sendiri, tetapi mereka “MEMAKSA” orang lain yang berbeda agama dengannya untuk ikut “toleransi” dengan dirinya yang sedang melakukan ritual/syariat agamanya. Suatu kontradiksi yang tidak masuk akal! Itulah kegagalan manusia berdosa yang sok tahu! Kekristenan berbeda! Kekristenan menawarkan cara untuk menanggalkan perbuatan kegelapan dengan kembali kepada Terang Allah di dalam Kristus dan membawa terang itu kepada orang-orang sekelilingnya. Jadi, sifatnya bukan egosentris, tetapi berkorban. Lalu, bagaimana kita bisa hidup sebagai anak-anak terang yang berpusat kepada Kristus?

Pertama, “mengenakan perlengkapan senjata terang.” (Rm. 13:12) Kita hidup sebagai anak-anak terang tentu harus memiliki perlengkapan senjata terang sebagai sarana kita berperang bagi Kristus. Kata “berperang” di sini bukan berarti secara fisik. Paulus di bagian lain menjelaskan tentang hal ini, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:11-12) Karena kita berperang melawan roh-roh jahat di udara (bukan secara fisik), maka kita membutuhkan perlengkapan senjata Allah untuk melawannya. Apa macamnya? Efesus 6:14-18 memberikan rincian perlengkapan senjata Allah/terang itu:
1. Berdirilah tegap (ay. 14) à berarti ada kesiapan dari diri kita untuk berdiri menjadi saksi Kristus di dunia ini. Ini adalah titik awal sebelum kita berperang bagi Kristus. Seorang prajurit yang katanya mau berperang, tetapi tidak mau berdiri tegap menghadapi musuh, melainkan lari dahulu sebelum berperang, itu bukan prajurit sejati. Prajurit sejati adalah prajurit yang berdiri tegap siap menghadapi musuh. Begitu juga kita sebagai prajurit Allah yang berperang melawan kejahatan, kita pun harus siap berdiri menghadapi serbuan iblis dan kroni-kroninya. Ketika kita berdiri tegap, kita bukan berdiri tanpa kegiatan apa-apa, tetapi kita berdiri dengan segala kewaspadaan, seperti menara pengawas yang mengawasi setiap gerak-gerik musuh yang akan menyerang. Bagaimana dengan kita? Sudah siapkah kita berdiri tegak menghadapi serangan musuh kita yaitu iblis? Jangan sekali-kali lengah dalam menghadapi musuh besar kita.
2. Berikatpinggang kebenaran (ay. 14b). Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible menafsirkan hal ini sebagai Injil. Berarti, selain kita siap berdiri tegap, kita pun harus mengenakan sabuk kebenaran, yaitu Injil. Dengan kata lain, kesiapan kita harus didukung senjata utama yaitu firman Tuhan. Adalah suatu keanehan di dalam peperangan jika kita mengaku siap berperang, tetapi kita tidak memiliki senjata utama. Di dalam peperangan rohani, kita harus memakai senjata utama kita yaitu firman Tuhan untuk melawan segala bentuk serangan musuh besar kita yaitu iblis. Di sini, pentingnya firman Tuhan di dalam kehidupan Kristen. Kehidupan Kristen yang terlepas dari firman Tuhan adalah kehidupan yang sia-sia dan kacau, karena terlepas dari Sumber Kebenaran. Sudah saatnya orang Kristen kembali kepada firman Tuhan (Alkitab) sehingga hidup mereka memiliki makna yang sejati dan mereka siap menghadapi serangan musuh. Firman Tuhan adalah senjata terutama di dalam peperangan rohani kita, tetapi fakta yang terjadi adalah iblis bisa memakai Alkitab untuk menyerang dan mencobai kita. Lihat kasus iblis yang mencobai Hawa dan Tuhan Yesus. Pada waktu itu, iblis tidak segan-segan memakai perkataan/firman Allah sendiri. Kepada Hawa, iblis pertama-tama memakai firman Allah dengan memutarbalikkan sedikit (supaya tidak ketahuan), lalu ia memutarbalikkan seluruh firman Allah sehingga benar-benar bertolak belakang dengan firman Allah. Dan dua serangan iblis kepada Hawa ini berhasil meruntuhkan Hawa, sehingga Hawa akhirnya makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Ketika iblis mencobai Tuhan Yesus, ia pun memakai cara yang sama yaitu mencomot ayat Alkitab tetapi sayangnya keluar dari konteksnya. Tetapi iblis tidak mengerti bahwa yang dihadapinya adalah Tuhan Yesus yang mewahyukan firman, sehingga Ia berhasil mengalahkan semua cobaan iblis dengan kebenaran firman Tuhan yang bertanggung jawab. Kita pun bisa mengalahkan iblis dengan menggunakan Alkitab dengan bertanggung jawab. Maukah kita berkomitmen untuk membaca, mempelajari, menggumulkan, dan mengaplikasikan Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mengalahkan dosa?
3. Berbajuzirahkan keadilan (ay. 14 c) à berarti kita mengenakan kebenaran keadilan (Ing. righteousness) sebagai tameng kita. Dr. John Gill menafsirkannya sebagai anugerah iman dan kasih (bdk. 1Tes. 5:8) Baju zirah adalah baju yang dikenakan oleh prajurit seperti tameng. Dengan kata lain, di dalam peperangan rohani, kita harus bertamengkan keadilan, artinya kita siap memperjuangkan keadilan. Berapa banyak orang Kristen tahu kebenaran, tetapi tidak mau memperjuangkan keadilan? Biarlah kita yang sudah tahu kebenaran firman Tuhan mengaplikasikannya di dalam memperjuangkan keadilan.
4. Kaki yang berkasutkan kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera (ay. 15). Bukan hanya kebenaran dan keadilan, kita harus berjalan. Berjalan di sini berarti kaki kita pun harus melangkah dengan kerelaan memberitakan Injil. Sering kali banyak orang Kristen tahu banyak doktrin, memperjuangkan keadilan, tetapi mereka lupa memberitakan Injil. Di sini, Paulus mengingatkan, senjata kita melawan iblis adalah dengan memberitakan Injil. Dengan memberitakan Injil, kita mengurangi satu per satu orang yang menjadi tawanan iblis. Biarlah kita dibakar oleh api Roh Kudus di dalam memberitakan Injil.
5. Perisai iman (ay. 16). Bukan hanya kebenaran, keadilan, pemberitaan Injil, kita pun dituntut untuk memiliki perisai iman, supaya kita bisa memadamkan semua serangan panah api iblis. Artinya, ketika kita beriman di dalam peperangan rohani, iblis tidak akan berani menggocoh kita. Mengapa kita yang sudah Kristen bertahun-tahun tetapi masih takut dan kuatir? Karena kita tidak memiliki iman yang kuat, sehingga iblis berani mengganggu bahkan menghancurkan kita. Tuhan menginginkan kita beriman. Beriman tidak sama dengan nekat. Beriman adalah berharap kepada sesuatu yang tidak kelihatan, karena kita percaya pada Allah yang tidak kelihatan yang memelihara hidup kita. Tentu selain beriman, kita tetap perlu bekerja. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengenakan perisai iman untuk mengalahkan iblis?
6. Ketopong keselamatan (ay. 17a). Dr. John Gill kembali menafsirkan bagian ini menunjuk pada Kristus sebagai sumber keselamatan. Di dalam Roma 13:14, Paulus mengajar hal yang sama, yaitu kita harus mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang. Di sini berarti di dalam peperangan rohani, Kristus harus kita andalkan, karena tanpa-Nya, peperangan kita pasti kalah. Mengapa kita harus mengandalkan Kristus? Karena Ia satu-satunya yang telah mengalahkan iblis melalui kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga iblis tidak lagi memiliki sengat yang mampu mematikan kita. Kematian dan kebangkitan-Nya itulah yang menjadi ketopong keselamatan kita melawan iblis dan percayalah iblis tidak akan berani melawan kita yang telah dimenangkan oleh kemenangan Kristus (bdk. 1Kor. 15:55-57; 1Ptr. 5:8-9). Biarlah hidup kita makin lama makin hidup berkemenangan melawan iblis dan kroni-kroninya karena Kristus telah menang mengalahkan iblis bagi kita. Haleluya!
7. Pedang Roh, yaitu firman Allah (ay. 17b). Dr. John Gill kembali mengatakan bahwa pedang itu memiliki dua sisi, begitu juga dengan firman Allah memiliki dua sisi, yaitu hukum (law) dan Injil. Hukum menunjukkan dosa manusia dan Injil menyediakan jalan keluar dari dosa manusia. Ketika dua ini digabung, berarti kita siap melawan iblis dengan Alkitab sebagai firman Tuhan yang kuat. Injil dan Perjanjian Baru menjadi firman Allah penuntun kita mengenal Kristus dan karya-karya-Nya maupun karya para murid-Nya. Hukum Taurat dan hal-hal di dalam Perjanjian Lama (PL) menjadi aturan penuntun hidup Kristen kita setelah kita diselamatkan oleh Kristus. Barangsiapa memisahkan PL dan PB, berhati-hatilah, iblis sedang mulai mengincar kita, karena iblis mau kita tidak lagi percaya pada PL dan PB di dalam Alkitab yang terintegrasi. Biarlah kita disadarkan akan hal ini.
8. Berdoa (ay. 18). Hal terakhir yang perlu kita perhatikan di dalam peperangan rohani adalah doa. Doa begitu penting di dalam peperangan rohani, karena justru di dalam doa, kita bergantung total kepada Allah. Meskipun kita telah berusaha keras berperang dengan seluruh perlengkapan senjata Allah di atas, kita tetap perlu berdoa, karena dengan doa, kita percaya bahwa Allah mendengar, menjawab, dan akan mengabulkan permohonan kita sesuai kehendak-Nya yang berdaulat. Di dalam doa, kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita di dalam berperang melawan kejahatan. Sudahkah kita bergantung kepada-Nya di dalam doa ketika berperang melawan kejahatan?

Kedua, “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari,” (Rm. 13:13) Setelah kita mengenakan perlengkapan senjata terang, kita pun wajib mengaplikasikannya. Wujud aplikasinya adalah melalui kehidupan kita yang benar. King James Version (KJV) menerjemahkan “hidup dengan sopan” di dalam ayat ini sebagai, “walk honestly.” (=berjalan dengan jujur) Analytical-Literal Translation (ALT) menerjemahkannya, “walk about properly.” (=berjalan dengan tepat/sesuai) Dengan kata lain, hidup dengan sopan sebagai wujud kehidupan kita yang benar ditunjukkan dengan kita berjalan dengan jujur/tepat/sesuai dengan Kebenaran. Dipergunakannya kata “walk” (=berjalan) di dalam dua terjemahan Inggris di atas menunjukkan bahwa di dalam kehidupan Kristen, kita berada di dalam proses, sehingga kita terus-menerus berjalan di dalam jalan Allah yang benar, jujur, tepat, dll. Ketika kita terus-menerus berjalan di dalam jalan Allah, kita akan menemukan keindahan demi keindahan yang Allah akan singkapkan bagi kita, meskipun tentu kita pasti melewati hambatan demi hambatan di dalamnya. Hidup yang berjalan di dalam jalan Allah adalah hidup yang indah dan tidak akan sia-sia. Salah satu tanda hidup yang berjalan di dalam jalan Allah adalah berusaha mengerti kehendak dan pimpinan Allah di dalam hidup. Seorang hamba Tuhan dari gereja Karismatik yang pernah saya dengar mengatakan bahwa kalau kita mau mengerti kehendak Allah, kita harus mematikan kehendak diri. Kalau kita ingin mengerti apa yang Allah inginkan, matikan dahulu keinginan diri kita (bdk. Rm. 13:14b). Di sini, kita mendapatkan gambaran bahwa salah satu kendala besar untuk mengerti kehendak dan keinginan Allah adalah diri sendiri. Rev. Kris Lundgaard, M.Div. mengatakan bahwa diri kita ini musuh. Oleh karena itu, mulai sekarang, matikan seluruh kehendak dan keinginan kita yang melawan Allah, lalu kembalilah mengerti kehendak dan keinginan Allah. Maukah Anda di dalam hidup ini berjalan di dalam jalan Allah?


Setelah kita merenungkan dua hal bagaimana kita bisa memiliki kesucian hidup, biarlah kita dicerahkan dan dipimpin Allah untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan mau kita hidup suci, karena Ia adalah Allah yang suci. Sudahkah kita siap untuk itu? Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: