01 March 2009

Matius 13:31-35: THE GROWTH OF THE KINGDOM (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 15 April 2007

The Growth of the Kingdom
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 13:31-35


Sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat memahami hal kerajaan sorga melalui perumpamaan yang Tuhan Yesus paparkan. Kerajaan sorga itu seperti seorang penabur yang menaburkan benih firman dan orang yang menerima benih itu digambarkan dalam empat macam tanah. Tuhan Yesus juga membukakan bahwa sebagai warga kerajaan sorga mengalami banyak tantangan yang menjepit sebab ketika benih baik itu ditabur, iblis juga ikut menaburkan benih yang buruk namun semua itu tidak akan berlangsung lama sebab akan tiba waktu-Nya, lalang akan dibuang dan dibakar. Anak Tuhan yang sejati ialah orang yang mendengar firman dan mengerti dan ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Yang menjadi pertanyaannya adalah yang dimaksud dengan berbuah banyak ini apakah secara kualitas ataukah kuantitas?
Melalui perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi ini kembali Tuhan Yesus membukakan tentang situasi pertumbuhan Kerajaan Sorga. Namun tidak banyak orang yang mengerti hal ini, hanya mereka yang dipilih saja yang dapat memahami tentang rahasia kerajaan sorga. Merupakan pandangan yang salah kalau orang beranggapan perumpamaan itu untuk memudahkan kita mengerti tentang hal Kerajaan Sorga. Sebab sesungguhnya kalau kita mau tajamkan yang ia anggap mengerti itu tidak sesuai dengan pengertian Tuhan, orang berpikir menurut asumsi diri dengan cara dan struktur berpikir yang humanis, materialis dan egois. Pengertian yang benar itu akan kita dapatkan ketika kita melihat dari sudut pandang Tuhan. Manusia sangatlah terbatas yang bisa salah, kita bukan kebenaran sejati. Sadarlah, pola pikir kitalah yang harus berubah seturut dengan pola pikir Tuhan dan semua itu tidak dapat kita lakukan sendiri, hanya Tuhan sajalah yang memampukan sehingga kita dapat memahami tentang kerajaan sorga.
Bentuk biji sesawi ini sangat kecil hanya menyerupai titik hitam namun perhatikan, kalau ditanam ia akan menjadi sebuah pohon sehingga burung dapat bersarang. Demikian pula halnya dengan ragi, jumlah yang sedikit dapat membuat adonan mengembang sedemikian rupa. Tidaklah mudah memahami konsep paradoks antara kualitatif dan kuantitatif di tengah dunia yang humanis materialis. Biarlah kita sebagai anak Tuhan peka, jangan terjebak dengan cara iblis yang sengaja membawa kita supaya masuk dalam pemikiran yang bersifat kuantitatif. Dunia hanya melihat secara fenomena sebaliknya Tuhan melihat apa yang menjadi esensi. Perhatikan, mulai dari cara berpikirnya saja sudah beda dan hal ini akan mempengaruhi seluruh aspek. Pola pikir akan berakibat pada banyak aspek. Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk melihat suatu pergumulan yang sangat berat, yakni hidup menjadi seorang Kristen bukanlah sesuatu yang sifatnya besar atau “wah“ di titik pertama.
1. Mulai dari yang kecil
Kerajaan Sorga dimulai dari sesuatu yang kecil, biji sesawi yang bertumbuh menjadi sebuah pohon. Demikian pula halnya seperti ragi, ketika ia bercampur dengan adonan maka sulit untuk melihatnya tapi kita dapat melihat dan merasakan adanya ragi. Dari sini, Tuhan Yesus mau mengajarkan bahwa Kekristenan itu harus dimulai dari hal yang kecil, start with a very small beginning, start with a very humble beginning. Inilah cara Kerajaan Sorga. Berbeda dengan dunia yang selalu memulai dengan sesuatu yang besar dan “wah.“ Kerajaan Sorga bukanlah sesuatu yang sekedar teori. Tidak! Sang Raja itu memberikan teladan indah. Tuhan Yesus membangun kerajaan-Nya dimulai dari 12 murid. Mereka hanyalah orang biasa; secara militer mereka tidak mempunyai kekuatan senjata, secara kapasitas mereka tidak mempunyai kemampuan dan mereka bukanlah orang yang berkuasa. Inilah standar prosedur Kerajaan Sorga yang memulai dari sesuatu yang kecil akan tetapi bukan berarti sesuatu yang kecil itu selamanya kecil. Tidak! Adalah wajar, kalau kita merasa takut. Hari itu, para murid pun juga merasa takut apalagi mereka harus berhadapan dengan pemerintahan Romawi yang besar. Berulang kali Tuhan Yesus mengajarkan pada mereka bahwa kerajaan sorga harus dimulai dari hal yang kecil namun berulang kali pula mereka masih berpikir dengan cara dunia. Para murid ini semakin merasa kecil dan takut dan memuncak ketika Tuhan Yesus naik ke sorga meninggalkan mereka. Mereka bersembunyi dan menutup rapat semua pintu dan jendela sampai Roh Kudus turun, mereka kembali mempunyai kekuatan untuk bertindak dan hari itu, 3000 orang bertobat dan jumlah merekapun bertambah namun penganiayaan kembali menceraiberaikan mereka. Tanpa sadar, sesungguhnya mereka tidak kecil, pada saat yang sama jumlah mereka terus bertambah besar bahkan hingga hari ini, kekristenan telah tersebar ke seluruh dunia. Inilah pertumbuhan Kerajaan Sorga. Pertumbuhan Kerajaan Sorga dimulai dengan semangat jadi biji sesawi – mulai dari kecil kemudian bertumbuh menjadi besar namun pada saat yang sama kita tetap merasa kecil.
Biarlah prinsip “memulai sesuatu dari kecil“ ini teraplikasi dalam seluruh aspek hidup kita. Perhatikan, ketika kita merasa besar dan nyaman disana Tuhan kembali mengajarkan untuk kembali dari kecil. Sejarah membuktikan pada jaman Raja Constantine, ia menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi negara maka semua itu tidak lebih hanyalah sebuah pohon palsu. Secara identitas Kristen tetapi tidak demikian dengan perilaku dan pemikirannya. Jadi, jelaslah tidak ada yang namanya kristenisasi sebab secara esensi, iman tidak dapat dipaksakan. Jaman itu menjadi masa kegelapan kekristenan, terjadilah perang salib maka kekristenan mulai dari kecil kembali. Demikian pula pada jaman Kerajaan Romawi dimana kekristenan menjadi mayoritas maka saat itu muncul pula banyak ajaran bidat. Hingga Marthin Luther memakukan 95 dalil, orang baru disadarkan untuk kembali pada Firman. Orang Kristen kembali dianiaya dan mereka memulai kembali dari kelompok kecil. Ketika Kekristenan kembali dari kuantitatif maka Kekristenan mulai rusak dan hancur.
Ingat, ini Kerajaan-Nya maka kita harus mengikut cara kerja Tuhan yang empu-Nya Kerajaan Sorga. Lalu sebagai minoritas bagaimana kita dapat bertahan di tengah mayoritas? Pada saat kondisi yang paling lemah, Tuhan itu menjadi pembela kita. Kita semakin mengandalkan kekuatan Tuhan. Setiap kali kita melangkah kita menyadari tangan Tuhan memimpin. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini, orang memakai cara dunia yang kelihatan besar secara fenomena namun sesungguhnya, keropos di dalam dan secara perlahan, kita menjadi hancur. Hati-hati, iblis sengaja menawarkan segala yang nampak wah secara fenomena namun berakhir dengan kebinasaan. Ingat, Tuhan ingin segala sesuatu dimulai dari kecil dan jangan takut sebab Ia akan beserta.
2. Mengembangkan kualitas yang ada dalam diri
Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi membukakan tentang pengembangan Kerajaan Allah dimulai dari inner quality yang Tuhan tanam. Berbeda dengan dunia, kita seringkali mengharapkan dukungan dari pihak luar supaya kita menjadi besar. Merupakan suatu kegagalan fatal kalau kita mengandalkan kekuatan dunia untuk membuat Kekristenan berkembang menjadi lebih besar. Kekristenan menunjukkan perkembangan itu dimulai dari inner quality. Biarlah kita selalu berprinsip get your own respect dengan demikian orang melihat kualitas internal yang ada dalam diri kita. Jangan remehkan sesuatu yang kecil sebab biji sesawi atau ragi yang kecil itu justru berpotensi besar sehingga siapapun yang ada di dekatnya akan terpengaruh dan menjadi berkembang. Inilah konsep paradoks yang Tuhan ingin setiap kita memahaminya; di satu sisi kita kecil tetapi mengandung potensi yang besar. Anak Tuhan sejati seharusnya memiliki potensi, kualitas intelektualitas, kepekaan, moralitas dan cara kerja yang lebih baik dibandingkan dengan dunia sebab semua kualitas internal ini Kristus berikan kepada setiap anak-Nya.
Dua hal yang menjadi kelemahan manusia berdosa, yaitu: 1) orang yang selalu menginginkan hal-hal yang besar dan untuk memulai hal ini, orang berpikir hal yang besar akibatnya orang menjadi sombong, 2) orang yang selalu merasa kecil dan menjadi minder sehingga ia tidak mempunyai kekuatan untuk bertindak. Seberapa paradokskah kita memahami bahwa kita kecil tetapi di lain pihak, kita mempunyai potensi besar? Alkitab membukakan bahwa manusia bukanlah siapa-siapa, kita kecil tetapi di tangan Tuhan kita akan menjadi besar. Namun perhatikan, ketika kita menjadi besar, bukan kita yang besar tetapi Tuhanlah yang besar dan kita hanyalah alat di tangan-Nya, hal itulah yang memungkinkan kita menjadi besar. Betapa indah hidup kita ketika hidup dipimpin oleh Tuhan sebaliknya, hidup itu akan menjadi kacau ketika kita mulai melawan. Bayangkan, apa jadinya sebuah lukisan kalau kita melawan, kita ikut menggambar ketika ada tangan lain, tangan seorang pelukis ahli yang menuntun kita; pastilah lukisan itu tidak menjadi lukisan yang indah sebaliknya ketika kita berserah total, membiarkan tangan kita dituntun oleh sang pelukis maka lukisan itu menjadi sangat indah. Demikian juga halnya hidup kita di tangan Tuhan. Secara fenomena, kita tampak kecil, orang lain seringkali meremehkan tetapi di tangan Tuhan, barang yang kecil itu mempunyai potensi besar. Hidup dalam Kerajaan Allah harus merombak seluruh konsep pemikiran duniawi kita seturut dengan pemikiran Allah sehingga kita menjadi alat-Nya di tangan-Nya.
Sangatlah disayangkan, masih banyak orang Kristen yang masih ingin memakai cara dunia sekaligus cara Tuhan. Sikap seperti itu justru menjadi penghambat bagi Tuhan yang mau bekerja atas kita. Orang yang merasa diri hebat, mampu mengembangkan diri sendiri justru akan mematikan potensi diri sendiri. Sudahkah hidup kita dipimpin oleh Tuhan ataukah justru sebaliknya, hidup kita tidak lebih dipimpin oleh iblis. Potensi yang ada di dalam diri kita tidak tergantung dengan apa yang di luar. Inilah gambaran Kerajaan Sorga yang dibukakan oleh Tuhan Yesus melalui perumpamaan biji sesawi dan ragi. Kerajaan Sorga dimulai dari sesuatu yang kecil kemudian menjadi besar. Kalau kita menyadari hal ini maka kita tidak mudah goyah oleh segala tantangan yang ada di dunia karena kita tahu, Tuhan yang memampukan kita, Tuhanlah yang memberikan potensi. Maukah kita taat untuk dibentuk dan menjadi alat di tangan Tuhan?
Dalam kehidupan Kekristenan, di satu pihak golongan karismatik selalu ingin memulai dengan sesuatu yang besar, orang ingin mendapatkan hasil yang besar dan spektakuler akibatnya orang tidak dapat membedakan lagi apakah itu pekerjaan Tuhan ataukah pekerjaan iblis. Namun di pihak lain, orang terlalu minder sehingga ia tidak dapat merasakan pimpinan Tuhan, tidak pernah merasakan kuasa Tuhan, tidak pernah mengalami bagaimana Tuhan bekerja dengan sangat heran dan membuat kita takjub. Lihatlah bagaimana Tuhan memimpin dan memampukan kita yang kecil dan lemah sehingga kita mampu melakukan pekerjaan besar; Tuhan telah memberikan potensi pada kita. Adalah pendapat yang salah kalau pimpinan Tuhan ini hanya khusus untuk para pendeta atau penginjil. Tuhan menegaskan pimpinan dan penyertaan itu diberikan pada setiap anak Tuhan yang mau taat pada-Nya. Jangan mendualismekan antara hidup dalam Tuhan dengan hidup di tengah dunia dan panggilan Tuhan bukan dikhususkan untuk suatu profesi saja tetapi untuk setiap umat Allah. Ketika kita berserah total pada-Nya maka kita akan melihat dan merasakan bagaimana Tuhan bekerja sangat heran atas kita, kita sendiripun akan dibuat takjub oleh perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib atas kita.
3. Menjadi berkat bagi orang lain
Kerajaan Sorga seperti biji sesawi yang kecil namun ketika ia tumbuh ia akan menjadi sebuah pohon dimana semua burung dapat bernaung di dalamnya dan seperti halnya, ragi ia akan membuat sebuah adonan itu berkembang. Inilah misi Kerajaan sorga yaitu menjadi berkat bagi dunia. Cara kerja Tuhan berbeda dengan cara dunia. Biarlah setiap kita yang menjadi warga kerajaan-Nya meneladani Kristus Sang Raja yang datang bukan untuk dilayani tetapi melayani; Ia datang untuk menjadi tebusan bagi manusia berdosa. Hendaklah dalam hidup kita selalu mempunyai semangat untuk menjadi berkat bagi orang di sekitar kita, if you work you work to be blessing for other.
Hal ini menjadi panggilan sekaligus misi dari gerakan reformed. Hari ini kalau GRII ada itu bukan untuk diri sendiri tapi untuk menjadi berkat bagi seluruh kota dan seluruh dunia. Setiap hal yang kita kerjakan untuk menjadi berkat bagi orang lain bukan untuk diri sendiri. Hendaklah sebagai anak Tuhan kita meneladani Kristus yang selalu tidak berpikir untuk diri tetapi selalu ingin menjadi berkat bagi orang lain. Inilah prinsip dan jiwa dari Kerajaan Sorga. Hendaklah ketika kita bekerja bukan sekedar untuk uang tetapi lakukan semua itu untuk Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Hal ini tidaklah mudah sebab iblis juga turut bekerja, ia akan menjepit anak Tuhan dengan segala tantangan dan penderitaan namun ingatlah, tetaplah bersandar pada Tuhan dan percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya dipermainkan oleh dunia, Ia akan membalaskan semua ketidakadilan yang kita dapatkan di dunia. Tuhan menegaskan pembalasan itu adalah hak-Ku. Biarlah dimanapun kita berada, dimanapun kita bekerja, prinsip Kerajaan Sorga, yakni menjadi berkat bagi orang lain itu menjadi prinsip hidup kita dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan.
Melalui perumpamaan ini biarlah dibukakan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari hal kecil sebab saat kita merasa kecil itulah justru Tuhan membuatnya menjadi besar. Hendaklah kita juga sadar bahwa semua potensi yang ada dalam diri kita itu asalnya dari Tuhan untuk dipakai untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kerajaan sorga adalah tempat dimana altruisme dibangun sebesar-besarnya sehingga burung-burung dapat bersarang di dalamnya; menjadi berkat bagi dunia yang gelap. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: