01 February 2009

Matius 12:43-45: PRINSIP "RUMAH KOSONG" (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 25 Februari 2007

Prinsip "Rumah Kosong"
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 12:43-45



Perenungan kita hari ini masih berkait erat dengan ayat sebelumnya dan masih ditujukan untuk golongan Farisi dan para ahli Taurat. Disini Tuhan Yesus kembali menegaskan tentang orang Farisi dan para ahli Taurat sebagai angkatan yang jahat, the evil generations. Injil Mat. 12:43-45 ini merupakan suatu bentuk pengandaian “if clause.“ Jadi, hal yang tidak eksis dan tidak mungkin terjadi. Tuhan Yesus mau mengontraskan hidup orang yang men-Tuhankan Kristus dengan mereka yang tidak men-Tuhankan Kristus dan menganggap dirinya sebagai “tuan“ atas rumah kosong. Konsep humanisme ini bukan baru pertama muncul tetapi sejak jaman Adam dan Hawa, manusia ingin menegakkan keinginan dirinya dengan menjadi seperti Allah.
Konsep humanisme ini memuncak di akhir abad ini, banyak orang yang berteriak dan menuntut kebebasan. Yang dimaksud “bebas“ disini adalah tidak diatur oleh apapun atau siapapun. Manusia lupa kalau sesungguhnya manusia tidak pernah bebas. Kebebasan yang diinginkan itu hanyalah ilusi yang menjadi kerinduan manusia untuk dapat menjadi pemegang otoritas tertinggi, inlogical conclusion. Adalah natur manusia berdosa yang selalu ingin mengatur segala sesuatu tetapi tidak mau diatur. Manusia bukan dicipta sebagai pemegang otoritas tertinggi, makhluk independent. Manusia dicipta sebagai dependent being itu berarti orang berada di bawah otoritas. Sadarkah kita kalau hari inipun kita hidup tidak lepas dari otoritas, baik di rumah tangga, di sekolah maupun hidup bernegara. Namun perhatikan, semua otoritas yang ada di dunia ini hanya bersifat sementara dan relatif. Ada otoritas yang lebih tinggi dan mutlak, yaitu otoritas Allah Sang Pencipta.
Hati-hati dengan akal licik si iblis yang sengaja menanamkan hal-hal jahat dalam pikiran manusia. Iblis menanamkan pada Hawa bahwa ia akan menjadi “seperti“ Tuhan tahu tentang hal yang baik dan jahat. Tentu saja, hal ini sangat menggiurkan, manusia tidak sadar kalau yang ditawarkan iblis hanyalah sepotong kecil, yakni hanya tahu hal yang baik dan jahat. Cara iblis sangat licik, ia menawarkan suatu kenikmatan “seolah-olah“ hal luar biasa padahal yang ia berikan sangat terbatas. Sadarkah kita kalau cara iblis ini sampai hari inipun masih digunakan, banyak iklan yang menawarkan diskon besar-besaran tetapi dibelakangnya ada catatan tertentu yang sengaja ditulis sangat kecil. Hawa tidak sadar justru pada saat ia ingin seperti Tuhan sesungguhnya hal itu tidak membuat ia setingkat dengan Tuhan sebab pada saat yang sama ia telah tunduk pada iblis dan menjadi budak iblis.
Semangat humanisme ini memuncak di abad 20 maka layaklah kalau abad 20 dikatakan sebagai abad yang bodoh oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Abad 20 banyak mengadopsi dan tunduk dibawah konsep pemikiran filsafat seperti humanisme yang telah dicetuskan di abad sebelumnya. Di abad 20 juga jutaan manusia mati dalam pertempuran yang terjadi di abad 20 bahkan kalau dijumlah maka jumlah manusia yang mati sejak abad 1 hingga abad 19 dibandingkan dengan jumlah manusia yang mati di abad 20 maka abad 20 lebih banyak manusia yang mati. Manusia yang katanya hebat, maju dan berotoritas tetapi ia telah menjadi mesin pembunuh manusia yang paling menakutkan. Ironis, kehancuran infra struktur kehidupan tidak menjadikan orang bertobat. Manusia menganggap kehancuran yang terjadi sebagai hal yang biasa. Orang mulai jatuh dalam pemikiran pragmatisme; orang ingin mendapatkan segala sesuatu dengan cepat dan mudah.
Di tahun 1960-an muncul gerakan feminisme dimana para wanita ingin menegakkan otoritas dirinya. Para wanita mulai menduduki posisi pria dan berubah menjadi wanita maskulin. Ini merupakan pelanggaran esensi. Alkitab menegaskan bukan wilayah wanita untuk mengambil posisi-posisi penting dalam mengambil suatu keputusan sebab wanita merupakan sasaran empuk bagi iblis menjatuhkan manusia. Iblis tidak menggoda pria karena pada pria, Tuhan memberikan perlengkapan cukup, salah satunya yaitu berpikir secara rasional. Adam ada pada saat iblis menggoda Hawa tetapi saat itu, iblis tidak menggoda Adam tetapi ia masuk lewat Hawa. Kesalahan Adam adalah membiarkan Hawa dipermainkan oleh iblis. Itu menjadi kesalahan laten yang membuat ia harus dihukum juga. Berbeda halnya dengan wanita, segala keputusan tidak dipikirkan secara rasional tetapi segala keputusan diambil berdasar perasaan dan insting. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa orang yang menegakkan otoritas diri dan tidak mau tunduk pada Allah malah akan menjadikan dunia bertambah buruk dan hancur. Karena itu, kita harus kembali pada otoritas yang absolut, yaitu Kristus Tuhan.
Tuhan Yesus membukakan pada kita bahwa kita bukanlah “tuan“ atas sebuah rumah kosong. Tuhan menegaskan “apabila...“ berarti hal itu tidak pernah terjadi karena itu bukan sesuatu yang riil. Dan kalaupun terjadi, setan akan bekerja lebih ganas, hal ini digambarkan dengan angka tujuh yang melambangkan kesempurnaan; iblis tidak pernah membiarkan rumah itu kosong.
I. Tidak Ada Posisi Netral
Orang Farisi dan para ahli Taurat meminta tanda pada Kristus Yesus. Pertanyaannya siapakah manusia sehingga mereka berani meminta tanda pada Tuhan? Kitalah yang seharusnya tunduk dan taat pada Kristus Tuhan; kita bukanlah “tuan“ atas hidup kita sendiri. Namun pada angkatan yang jahat dan tidak setia ini toh Tuhan tetap memberikan tanda, yaitu tanda nabi Yunus. Tanda ini seharusnya menyadarkan mereka untuk bertobat seperti yang dilakukan bangsa Niniwe. Tuhan Yesus juga membandingkan mereka dengan ratu dari Selatan yang datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo maka Sang Hikmat Sejati itu ada di depan mereka, mereka justru menolaknya. Ironis, bukan? Manusia merasa diri bijak dengan menegakkan otonomi diri. Salah! Manusia bukanlah makhluk independent, manusia bukanlah makhluk yang bisa mengatur segala sesuatu dalam otoritas dirinya. Jadi, secara esensial tidak ada yang namanya rumah kosong, kita menjadi tuan rumah atas hidup kita sendiri. Manusia harus tunduk di bawah otoritas tertentu. Yang menjadi pertanyaan adalah pada otoritas siapakah kita harus tunduk? Alkitab menegaskan hanya ada dua otoritas, yaitu otoritas Allah dan otoritas setan. Kalau kita tidak membiarkan Allah yang mengisi dan menjadi tuan yang berkuasa atas rumah kosong kita maka iblis yang akan masuk dan berkuasa atasnya.
Siapakah yang menjadi tuan atas hidup kita? Cobalah kita mengevaluasi diri, apa yang mendasari keputusan kita? Apakah keputusan yang kita buat itu adalah kehendak Tuhan ataukah kehendak iblis? Ingat, tidak pernah ada posisi yang independen dan tidak ada posisi netral. Seorang penafsir, Leon Moris menyatakan bahwa kalau muncul suatu kesadaran bahwa hidup itu tidak netral maka kesadaran itu sendiri merupakan hikmat tertinggi. Seorang yang rajin ke gereja setiap minggu bukanlah jaminan ia seorang Kristen sejati sebab kemungkinan saja ia masih mempunyai pemikiran duniawi, segala keputusan yang diambil tidak lebih hanyalah untuk mendapat keuntungan diri. Tuhan Yesus menegaskan apabila roh jahat keluar dari manusia maka ia akan kembali lagi dengan lebih dahsyat. Hati-hati dengan akal licik si iblis yang menanamkan konsep “manusia adalah allah.“ Sadarlah, secara esensi tidak pernah ada rumah kosong. Kalau kita mengaku sebagai Kristen sejati berarti Tuhan yang menjadi penguasa dan memimpin hidup kita. Di tengah dunia, terlalu banyak pemalsuan, banyak orang yang menawarkan hal-hal yang kelihatan manis dan indah di depan, maka tidaklah heran kalau orang menjadi kecewa karena orang baru menyadari bahwa apa yang ia kerjakan selama ini ternyata sia-sia dan berakhir dengan kebinasaan. Firman Tuhan telah membukakan pada kita tentang segala akal licik iblis, jadi tidak ada alasan bagi anak Tuhan untuk tidak memahami akan hal ini. Kita bukanlah sebuah rumah kosong dimana kita menjadi tuannya yang berhak mengatur dan menata rumah kita. Tidak! Ingat, manusia bukanlah makhluk independen, manusia harus tunduk pada suatu otoritas. Pertanyaannya otoritas siapakah kita harus tunduk?
II. Tipuan Iblis dan Otonomi Manusia
Alkitab membukakan pada kita bahwa tidak ada konsep empty house lalu yang menjadi pertanyaan kenapa konsep empty house ini meluas di tengah dunia? Bahkan orang Kristen pun masih mempunyai pemikiran bahwa dirinya adalah sebuah rumah kosong dimana ia yang berhak mengatur rumah itu. Orang Kristen terbuai untuk menjadi tuan dalam kehidupannya. Dalam hal ini iblis telah berhasil menggoda manusia untuk masuk dalam jebakannya. Sejak Kejadian pasal 3, iblis menggoda manusia dengan kalimat yang sangat manis “seolah-olah“ Hawa mempunyai otorisasi tertinggi dan sejajar dengan Tuhan. Hati-hati, tawaran iblis sangatlah menggiurkan, tawaran yang ia berikan bukanlah tawaran yang menjatuhkan sebaliknya ia menawarkan sesuatu yang sangat nikmat dan semua itu kelihatan “sah dan legal“ secara hukum dunia. Kalau kita tidak peka, kita akan jatuh dalam jebakannya. Cara yang sama digunakan sampai hari ini – sepertinya keuntungan atau kenikmatan yang kita dapatkan tapi ternyata semua itu hanyalah kebohongan belaka. Sebagai contoh, hari ini banyak tawaran potongan harga besar-besaran tetapi tentu saja ada catatan yang ditulis kecil di bawahnya, yaitu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan biasanya, catatan ini luput dari perhatian kita. Memang, tidak ada yang salah dengan semua itu; cara yang dipakai sah. Letak permasalahannya adalah pada motivasi; di depan kelihatan sangat baik tetapi sesungguhnya, di belakangnya ada kejahatan yang mengerikan. Hendaklah kita waspada dengan segala akal licik si iblis.
Kitab Amsal 26:25 juga mengingatkan pada kita untuk berhati-hati pada orang-orang jahat yang tersenyum ramah pada kita karena di balik itu ada tujuh kejahatan yang tersimpan dalam hatinya. Angka tujuh merupakan simbol kesempurnaan. Hati-hati dan pekalah terhadap segala macam akal licik si iblis yang kelihatan manis di depan. Sebagai anak Tuhan sejati hendaklah kita mempunyai integritas dan hidup jujur. Anak Tuhan harus apa yang menjadi kebenaran saja. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang Kristen yang ikut dengan cara setan tapi ia tetap merasa dirinya “Kristen“ maka tidaklah heran kalau di dunia banyak orang Kristen yang berkonsep satanic dan banyak gereja yang tidak memuliakan nama Tuhan lagi. Cara yang dipakai iblis sangat licik dan halus sehingga orang tidak menyadarinya kalau ia telah masuk dalam jebakan termasuk orang “Kristen.“
Banyak orang tidak suka men-Tuhankan Kristus sebab orang ingin menjadi “tuan“ atas hidupnya. Inilah konsep empty house yang diajarkan iblis. Ingat, kita bukan pemilik atas hidup kita; rumah kita bukanlah rumah kosong. Biarlah kita serahkan rumah hidup kita di bawah otoritas Tuhan dengan demikian hidup menjadi indah. Hidup berjalan dalam pimpinan Kristus Tuhan adalah hidup yang paling indah. Tidak ada hal yang lebih indah selain Kristus menjadi Tuan atas rumah kita.
III. Kristus Tuan Sejati
Kristus harus menjadi Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah kenapa harus Kristus? Kenapa kita tidak boleh memakai konsep “empty house“ seperti yang diajarkan iblis. Perhatikan, konsep “empty house“ yang diajarkan iblis ini tidak bedanya dengan rumah pelacuran dimana semua konsep boleh singgah di dalamnya termasuk materialisme, atheisme, humanisme sebab diri inilah yang menjadi tuan rumah. Alkitab menegaskan kalau Kristus mengetok pintu, Ia akan masuk dan mendapati kita di dalamnya artinya pada saat Kristus masuk dalam rumah hidup kita, Ia yang akan mengontrol hidup kita; Kristus menjadi Tuhan atas hidup kita. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah maukah hidup kita dikontrol oleh-Nya? Anak Tuhan sejati melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tuhan Yesus menegaskan bukan orang yang berseru,“Tuhan, Tuhan“ yang akan masuk dalam Kerajaan Sorga tetapi Dia yang melakukan kehendak Bapakulah yang akan masuk dalam Kerajaan Sorga. Orang menyebut Kristus dengan Tuhan tetapi hidupnya tidak men-Tuhankan Kristus. Barangsiapa mengasihi Aku, ia memegang perintah-Ku dan melakukannya dan ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku, Bapa-Ku akan tinggal bersama dia dan Aku juga akan tinggal bersama dia. Ingat, cinta Tuhan bukan sekedar di mulut saja. Tidak! Jangan kenakan konsep cinta duniawi pada Tuhan. Cinta Tuhan berarti taat melakukan kehendak Bapa (Yoh. 14:16). Paulus juga menegaskan bahwa cinta Tuhan berarti hidupku bukan aku yang hidup tetapi Kristus yang hidup di dalamnya (Gal. 2:20). Siapa yang men-Tuhankan Kristus maka Dialah milik Kristus. Jadi, tidak ada konsep rumah kosong tetapi rumah itu harus diserahkan pada Kristus. Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, hal ini juga ditekankan oleh Kristus.
Banyak orang Kristen yang ingin menjadi “tuan“ atas rumahnya dan mereka hanya menyediakan satu ruangan kecil untuk Tuhan dan kalau kita membutuhkannya barulah Dia kita panggil – Tuhan tidak lebih hanyalah budak kita. Ingat, Kristus bukan budak; Dia adalah Tuhan, Tuan atas segala tuan, Dia adalah Raja Sang pemilik alam semesta. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang Kristen yang mencoba mengaburkan identitas dirinya sebagai orang Kristen, orang mau lari dari perintah Tuhan. Memang tidaklah mudah untuk taat pada perintah Tuhan, banyak tantangan yang harus kita hadapi, apalagi iblis tidak akan tinggal diam, ia akan mencari segala cara supaya orang menyeleweng dari perintah Tuhan. Iblis akan berusaha menawarkan segala kenikmatan semu yang menjadikan kita jauh dari Tuhan dan supaya kita tidak taat pada perintah-Nya. Namun percayalah, Tuhan pasti akan memelihara hidup anak-Nya yang setia dan taat pada-Nya. Orang Kristen bukanlah orang yang sempurna dan Tuhan juga tidak menuntut kita harus sempurna seutuhnya. Tidak! Bahkan para tokoh Alkitab pun bukan orang yang sempurna namun satu hal yang membedakan orang Kristen adalah mereka mempunyai suatu komitmen dan usaha implikasi, hidup yang berjuang men-Tuhankan Kristus tiap-tiap harinya.
Hati-hati dengan segala bentuk jebakan iblis sebab sekali kita masuk dalam jebakannya sulit bagi kita untuk keluar kecuali anugerah Tuhan yang melepaskan kita barulah kita dapat lepas dari belenggu ikatannya. Dan ingat, kita bukanlah sebuah rumah kosong yang menjadi tuan atas hidup kita. Tidak! Tuhanlah yang menjadi pemilik atas hidup kita. Pertanyaannya sekarang adalah maukah kita dipimpin oleh Kristus Tuhan dan membiarkan Dia menjadi Tuan atas hidup kita? Tuhan Yesus tidak janji akan berikan segala kenikmatan dunia yang semu seperti yang ditawarkan iblis. Tidak! Satu hal yang Tuhan Yesus janjikan dan janji-Nya pasti terlaksana, yaitu Tuhan berikan sukacita kekal dan kenikmatan sorgawi – keselamatan jiwa kita. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: