09 June 2008

Matius 10:5-15: PELATIHAN MURID TUHAN

Ringkasan Khotbah : 9 Oktober 2005

Pelatihan Murid Tuhan
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 10:5-15


Kita telah memahami bahwa tema Injil Matius adalah Kerajaan Sorga dimana Kristus yang menjadi rajanya. Berbeda dengan dunia, kerajaan Sorga ini bersifat rohani dan di dalamnya kita melihat ini kita melihat bagaimana konsep Kerajaan itu ditegakkan maka Tuhan membuat hukum Kerajaan Sorga dan sekaligus mengimplikasikan hukum tersebut. Kristus Tuhan yang menegakkan Kerajaan-Nya namun Dia tidak mengerjakannya seorang diri saja; Tuhan menetapkan dua belas orang di antara beribu-ribu orang untuk menjadi murid-Nya dan kepada mereka Tuhan memberikan jabatan rasul. Dua belas murid itu diutus oleh Tuhan Yesus untuk pergi dan memberitakan: “Kerajaan Sorga sudah dekat.“ Dipilih sendiri oleh Sang Guru Agung untuk menjadi murid-Nya dapat menimbulkan suatu sikap kesombongan maka pengutusan ini merupakan pembelajaran bagaimana hidup menjadi seorang murid Kristus sejati maka pengutusan ini berbeda dengan pengutusan yang merupakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus yang tertulis dalam Matius 28:19-20.

Di dalam tugas pengutusan ini, Tuhan Yesus memberikan batasan-batasan, yaitu:
Pertama, Tuhan tidak memperkenankan mereka menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, Tuhan Yesus mengutus kedua belas murid tersebut untuk pergi kepada umat Israel saja, domba yang terhilang dan tersesat. Kedua, Tuhan memerintahkan pada mereka untuk melakukan pekerjaan yang beraspek ke dunia, seperti menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan. Inti dari keseluruhan berita tersebut adalah: “Kerajaan Sorga sudah dekat.“ Tuhan Yesus tidak memerintahkan kepada murid untuk memberitakan berita Injil, yaitu Kristus Juruselamat dunia, karena pada waktu itu memang Kritus belum mati dan bangkit: Kerajaan Sorga sudah dekat tetapi saat itu, Kerajaan Sorga belum ditata oleh Kristus Sang Raja. Barulah setelah Tuhan Yesus mati dan bangkit dan pada hari Pentakosta, para rasul itu memberitakan tentang Kristus Juruselamat dunia.
Tuhan Yesus sudah menetapkan dua belas orang untuk menjadi murid-Nya tetapi yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Tuhan Yesus langsung mengutus para murid untuk pergi dan melayani tanpa ada suatu pembekalan pelajaran sebelumnya? Inilah cara Tuhan Yesus yang berbeda dengan dunia dimana di dalamnya terdapat suatu pembelajaran yang indah dengan demikian kita dapat dipakai menjadi warga Kerajaan Sorga.
I. Melayani
Merupakan suatu kebanggaan menjadi murid seorang guru besar apalagi menjadi murid dari seorang Guru Agung seperti Tuhan Yesus maka kalau orang tidak berhati-hati akan timbul suatu kesombongan diri. Kedua belas murid ini mempunyai posisi dan jabatan yang sangat spesial karena kedekatan mereka dengan Sang Guru dan kepada mereka diberikan jabatan sebagai rasul. Hari ini, banyak orang Kristen mau melayani kalau ada jabatan dengan demikian dirinya dapat menjadi terkenal. Memang, ia akan melayani dengan sangat baik dan bertanggung jawab namun mereka melayani bukan dengan hati dan motivasi murni tetapi karena alasan lain, yakni takut kalau nama baiknya tercemar. Dan biasanya, orang yang melayani karena jabatan atau nama baik ini tidak akan bertahan lama, ia akan menjadi marah dan tidak mau melayani lagi ketika ia mendapatkan kritikan dari orang lain.
Adalah anugerah kalau Kristus Sang Raja memilih kita menjadi warga Kerajaan-Nya dan bekerja bagi-Nya sebab siapakah kita kalau Dia berkenan memakai kita? Kalau kita menyadari bahwa kita hanyalah seorang hamba maka semua status atau kedudukan itu tidaklah penting lagi. Pelayanan tidak tergantung jabatan atau status, tidak, Tuhan ingin setiap orang yang melayani itu mempunyai jiwa seorang hamba. Namun manusia berdosa selalu mementingkan diri sendiri, orang senang kalau mendapatkan berkat, orang senang kalau dirinya menjadi terkenal karena berada dekat dengan Tuhan Yesus, orang hanya ingin mendapatkan keuntungan dari Tuhan Yesus tetapi ia tidak mau melayani. Maka pengutusan ini merupakan pelatihan pelayanan bagi para murid. Di tengah-tengah dunia humanis – materialis ini, biarlah kita menyadari kalau Tuhan berkenan memilih kita menjadi murid maka itu merupakan suatu anugerah karena sesungguhnya kita tidak layak, kita hanyalah manusia berdosa yang seharusnya dibinasakan tapi Dia berkenan menyelamatkan kita dan memakai kita menjadi alat-Nya. Sadarlah kita hanyalah seorang hamba dan biarlah kita melayani dengan hati dan motivasi murni. Banyak orang yang menuntut untuk dilayani tetapi tidak mau melayani. Biarlah kita meneladani Kristus, Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28).

II. Memberi
Tuhan mengutus kedua belas murid ini untuk menyembuhkan orang sakit; membangkitkan orang mati; mentahirkan orang kusta dan mengusir setan karena mereka telah memperoleh kuasa dari Tuhan Yesus secara cuma-cuma maka sekarang, mereka harus memberinya dengan cuma-cuma. Konsep memberi yang diajarkan oleh dunia berbeda dengan konsep yang diajarkan Kristus. Dunia tidak pernah memberi secara gratis tetapi harus ada timbal balik dan itu haruslah menguntungkan. Dengan segala cara orang berusaha untuk mendapatkan keuntungan bahkan memakai undian berhadiah sebagai kedok sehingga sepertinya kita yang diuntungkan padahal sesungguhnya si pemberi hadiah atau orang yang mengadakan undian itulah yang memperoleh keuntungan lebih besar dibanding orang yang menerima hadiah. Inilah wajah dunia kita yang berdosa, dunia tidak menyadari akan konsep anugerah.
Ingat, tidak ada satu pun milik kepunyaan kita yang ada pada diri kita itu adalah milik kita, tidak, segala harta yang ada pada kita asalnya dari Tuhan bahkan segala kepandaian, tenaga, bakat dan talenta yang ada pada kita itupun asalnya dari Tuhan. Kita selayaknya bersyukur atas anugerah Tuhan ini, Dia memberikan semuanya itu pada kita secara cuma-cuma. Kita harus bertanggung jawab atas segala anugerah Tuhan tersebut; semua pemberian Tuhan itu haruslah kembali untuk kemuliaan Tuhan. Kalau kita menyalahgunakan dan memakai anugerah Tuhan demi untuk kepentingan setan maka Tuhan berhak mengambil semuanya itu. Hal ini pula diungkapkan oleh Tuhan dalam perumpamaan talenta sehingga dari sana kita tahu mengapa Tuhan berhak membuang manusia berdosa dalam kebinasaan kekal? Karena kita telah mempermainkan anugerah maka Tuhan yang memberi Tuhan berhak mengambilnya kembali; kita tidak akan dapat bersembunyi dari hadapan-Nya, tidak ada satu manusia pun yang lepas dari keadilan-Nya; kemanapun kita lari disana Tuhan ada, kita lari di lembah disana Tuhan ada bahkan kita mau lari di dunia orang mati pun disana Tuhan ada (Mzm. 139).
Sebenarnya manusia menyadari bahwa semua yang ada padanya adalah karena anugerah Tuhan tetapi sudah menjadi natur manusia berdosa sehingga meski sudah menyadari anugerah pun, manusia tetap tidak rela kalau harus memberi. Seorang anak kecil tanpa ada yang mengajarkannya, ia pasti menolak ketika ia disuruh membagi sesuatu yang ada padanya padahal barang itu pun diperolehnya secara gratis. Tuhan menegaskan adalah lebih bahagia memberi daripada menerima. Memberi haruslah dengan motivasi murni, jangan masuk dalam jebakan iblis yang mengajarkan dengan memberi sedikit akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kebahagiaan sejati tidak pernah kita peroleh dari dunia. Kebahagiaan sejati akan kita dapatkan ketika kita tahu Tuhan berkenan atas perbuatan kita. Hendaklah kita terus mengevaluasi diri kita, mintalah supaya Tuhan terus menyelidiki hati kita dengan demikian kita tidak menjadi berdosa dan Tuhan berkenan atas kita.

III. Mengimani
Tuhan juga mengajar para murid untuk senantiasa bersandar itulah sebabnya, Tuhan melarang mereka membawa emas atau perak atau tembaga bahkan Tuhan melarang mereka membawa bekal, baju, kasut atau tongkat. Inilah cara Tuhan mendidik para murid-Nya agar mereka selalu bersandar pada pemeliharaan Tuhan saja, indirect providence. Para murid telah terbiasa dengan direct providence, ketika mereka lapar, Tuhan menyediakan; ketika mereka dalam kesulitan, Tuhan menolong mereka; semuanya sudah disediakan oleh Tuhan. Maka tidaklah heran orang selalu mengikuti Tuhan Yesus kemanapun Ia pergi. Kini, Tuhan mengajar mereka untuk beriman, para murid diutus untuk pergi untuk melakukan segala sesuatu yang Tuhan perintahkan tanpa membawa bekal apapun dan Tuhan Yesus tidak beserta mereka secara langsung. Dapatlah dibayangkan, rasa was-was dan rasa kuatir itu pastilah menyergap di hati para murid. Ini merupakan latihan dan ujian iman yang terbaik.
Cara Tuhan memelihara sangatlah luar biasa, Dia dapat memakai siapa pun dan apa pun untuk memelihara hidup setiap anak-anak-Nya, Dia tidak akan pernah meninggalkan kita bahkan ketika dunia menjadi goyah kita mempunyai sandaran yang kuat, yaitu Kristus Tuhan. Janganlah sandarkan hidupmu pada uang atau materi yang sifatnya mati tetapi bersandarlah hanya pada Tuhan saja. Tuhan akan memberikan pada kita dengan secukupnya dan saat itu kita tahu Tuhan memelihara hidup kita. Ingat, semua harta dan milik kepunyaan kita asalnya dari Tuhan, Dialah satu-satunya sumber dari segala sumber berkat. Sungguh mengerikan kalau hidup kita tergantung pada benda materi yang fana, dapatlah dibayangkan betapa paniknya hidup kita kalau diikat oleh uang yang sifatnya tidak kekal. Hari ini banyak orang yang berjalan sendiri, tidak mau taat akan pimpinan Tuhan namun ironisnya, ketika ia dalam kesusahan Tuhan yang disalahkan.
Umat Israel seharusnya bersyukur hidup berada dalam pimpinan dan pemeliharaan Tuhan, Tuhan memelihara dengan ajaib dengan manna namun toh mereka masih saja bersungut-sungut. Manusia berdosa memang serakah, manusia tidak percaya pemeliharaan Tuhan, mereka mengambil manna secara berlebihan maka akibatnya manna itu menjadi busuk. Manusia tidak percaya Tuhan, manusia hanya percaya dirinya sendiri. Begitu pula ketika Tuhan mengutus para murid untuk pergi melayani, Tuhan tidak memperbolehkan mereka membawa barang apapun sebab Tuhan hendak mengajarkan pada mereka hidup beriman dan bersandar pada pemeliharaan Tuhan. Betapa bodohnya manusia yang justru lebih memilih hidup bersandar pada diri sendiri, manusia tidak menyadari bahwa diri ini bukanlah siapa-siapa sehingga tidak layak dijadikan sandaran. Hanya Tuhan Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta ini yang layak menjadi sandaran hidup kita.


IV. Memilah
Tuhan tidak sekedar memanggil kita untuk melayani dan memberi dan selain itu, Tuhan juga tidak mengajarkan kita untuk bersandar mutlak tetapi Tuhan memberikan tugas lain yang sangat unik pada kita. Ketika kita datang ke rumah seseorang untuk melayani maka kalau orang itu memang layak dalam artian orang itu mempunyai jiwa pelayanan yang sama maka orang tersebut pasti mempunyai panggilan yang sama, yakni ia akan balik melayani kita, ia harus balik memberi dan ia harus belajar untuk bersandar mutlak maka hal ini menjadi suatu putaran pelayanan. Kepada siapa kita pergi maka orang yang kepadanya kita datangi haruslah melayani dan tidak berhenti sampai disitu, orang tersebut juga harus pergi kepada orang lain lagi untuk melayani begitu seterusnya sehingga ini menjadi suatu putaran pelayanan. Seseorang yang tidak mempunyai jiwa pelayanan akan selalu menuntut untuk dilayani sedang dirinya sendiri tidak mau melayani. Tidak setiap orang yang kita datangi mau menerima berita kebenaran yang kita bawa. Maka disini kita melihat kita berada dalam posisi pemilah dan posisi pemilah ini sangatlah krusial.
Alkitab menegaskan selama seseorang belum bertemu dengan anak Tuhan yang sejati maka kelihatannya ia seperti dibebaskan untuk berbuat hal-hal yang berdosa, ia sepertinya boleh melakukan segala hal yang mempermainkan iman sampai suatu ketika ia bertemu dengan anak Tuhan yang sejati yang memberitakan berita kebenaran Tuhan maka hanya ada dua pilihan: terima atau menolak dimana dari pilihan yang diambil terkandung suatu konsekuensi. Tuhan memerintahkan kepada para murid untuk memberitakan berita kebenaran dan kalau orang itu mau menerima berita kebenaran maka kamu harus tinggal padanya sampai kamu berangkat kembali tetapi kalau ia menolak maka kamu harus keluar dan tinggalkan rumah itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Kota yang menolak berita kebenaran ini akan lebih celaka dibandingkan dengan Sodom dan Gomora. Seorang Kristen sejati mempunyai posisi sebagai seorang pemilah, tugas ini sangatlah istimewa, Tuhan berkenan memberikan kuasa pada kita maka janganlah kita menjadi sombong sebaliknya kita harus mengerjakan tugas panggilan ini dengan kerendahan hati dan dengan rasa takut dan gentar. Tugas panggilan ini tidaklah ringan sebab dunia akan membenci kita. Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu...dan karena Aku telah memilih kamu dari dunia sebab itulah dunia membenci kamu (Yoh. 15:18-19). Biarlah kita senantiasa dipakai Tuhan menjadi alat-Nya untuk memberitakan kebenaran di tengah dunia yang semakin menuju pada kehancuran. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sumber:

No comments: