24 May 2008

Bagian 1: Uang dan Firman

Christianity and Business

oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.




1. UANG DAN FIRMAN


Nats: 2Tim. 3:1-2; 1Tim. 6:9-10; Luk. 16:1-9


Referensi:
Hal Pengumpulan Harta (Mat 6:19-24)
Orang Muda yang kaya (Mat 19:16-26; Mrk 10:17-27; Luk 18:18-27)
Orang kaya yang bodoh (Luk 12:13-21)
Persembahan Janda miskin (Mrk 12:41-44; Luk 21:1-4)
Orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31)


Latar Belakang Permasalahan
Kehidupan manusia modern semakin hari semakin tidak bisa terlepas dari kebutuhan akan uang. Apalagi setelah penegasan dari Abraham Maslow bahwa kebahagiaan manusia sangat ditentukan oleh kebutuhannya. Dan kebutuhan yang paling mendasar adalah ke­butuhan akan makanan dan minuman.


Prinsip Alkitab tentang Uang
1. Uang itu berbahaya
Satu terobosan konsep yang Alkitab bukakan kepada kita ada­lah bahwa uang merupakan hal yang sangat berbahaya. Al­ki­tab memperingatkan kita bahwa cinta uang merupakan akar da­ri segala kejahatan. Uang menyebabkan manusia ter­lepas dari kehendak Tuhan.
Konsep ini sebenarnya secara hakekat dan di dalam lubuk hati banyak orang, sudah disadari dan dimengerti. Tetapi tekanan konsep materialisme membuat banyak sekali orang yang sulit sekali melepaskan diri dari pola nilai materialisme ini sendiri.
Cara menangani uang haruslah dengan sangat konseptual. Dengan sadarnya kita akan tantangan-tantangan berat yang harus kita hadapi di dalam masalah uang, maka kita harus betul-betul serius dalam menanggapi permasalahan ini. Se­ring­kali kita menyikapinya dengan sangat pragmatis, dan beranggapan bahwa tokh semua orang yang bersikap seperti itu. Pemikiran ini justru mendatangkan banyak korban yang dahsyat. Banyak orang yang hidupnya menjadi budak uang. Ia bahkan tidak lagi mengerti mengapa ia mengejar uang, dan ia tidak mendapatkan hasil apa-apa dari tindakannya itu. Seluruh hidupnya dikorbankan, keluarganya dikorbankan, tetapi ia sendiri tetap tidak sadar, dan beranggapan itulah cara ia menolong dan menopang seluruh kehidupan dan keluarganya. Bahkan jika akhirnya ia tertipu atau bangkrut, tidak segan-segan ia menghabisi nyawanya sendiri karena tidak tahan menghadapi tekanan. Betapa malang manusia materialis.
Dengan kekayaan dan kemuliaan dunia Iblis mencoba merun­tuhkan Tuhan Yesus ketika berada di pencobaan di padang gurun. Setan tahu sekali bagaimana harus menjebak Tuhan Yesus dan ia menggunakan senjata pamungkas yang paling ampuh, yang biasanya pasti dapat meruntuhkan iman yang sekuat apapun. Tawarannya pun tidak tanggung-tanggung, karena ia sedang berhadapan dengan oknum yang luar biasa kuat. Tetapi tokh akhirnya setan tidak mampu meruntuhkan Tuhan Yesus. Bagaimana dengan kita?
Hanya anak-anak Tuhan yang bisa menjadi orang kaya sejati. Artinya, ia betul-betul menyadari bahayanya uang dan keka­yaan materi, sehingga tidak memperkenankan dirinya dikuasai atau dikondisikan oleh uang atau kekayaannya. Orang Kristen sejati adalah orang-orang yang tidak pernah membiarkan uang meracuni dan menghancurkan diri dan imannya.

2. Uang perlu ditaklukkan
Alkitab mengatakan bahwa tidak mungkin seorang mengabdi kepada Tuhan dan sekaligus Mamon. Mamon adalah nama Dewa Uang. Gambaran ini diberikan untuk melambangkan bahwa uang cenderung akan menjadi tu­an. Melalui perkataan ini, Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa uang tidak boleh menjadi tuan kita. Jika Tuhan kita adalah Allah, maka Mamon harus menjadi budak kita. Inilah ordo yang tepat. Uang harus dipergunakan untuk melayani Allah, dan bukan Allah untuk me­layani uang.
Di dalam kehidupan modern, maka banyak konsep agama yang sudah di-materialisme-kan. Agama adalah sarana untuk men­capai tujuan akhir yang kekayaan, yang dipercaya seba­gai sumber kebahagiaan manusia. Akibatnya, ketika kita “menyembah” Allah, sebenarnya kita sedang menyembah uang kita. Allah yang kita sembah haruslah Allah yang bisa memenuhi permintaan uang kita. Konsep ini jelas di dalam konsep “jin seribu satu malam.” Juga di dalam Kekristenan-pun pola ini juga muncul. Akibatnya, ketika beragama, ia bukan menjadi manusia religius yang sejati, tetapi manusia yang mereligiuskan materi. Inilah kejahatan mendasar akan dosa manusia (Rom 1:21-23).
Anak-anak Tuhan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk kita hanya mentuhankan Allah. Hanya kepada Allah kita harus menundukkan diri dan menjadi budak. Kalau kita tidak mau menjadi budak Allah, tidaklah heran kita segera akan menjadi budak setan dan menjadi budak materi. Oleh karena itu, Alkitab memberikan peringatan yang tegas kepada kita.

3. Uang merupakan sarana bukan tujuan
Melalui perumpamaan bendahara yang tidak jujur, Alkitab mem­bukakan suatu kebenaran kepada kita, yaitu bahwa uang bukanlah tujuan bagi hidup manusia, tetapi uang hanya meru­pakan sarana untuk mencapai kemuliaan yang lebih tinggi.
Kesalahan fatal manusia adalah karena menjadikan uang se­ba­gai tujuan terakhir bagi hidup manusia.
Uang bagi orang Kristen bukan sesuatu yang perlu dibenci dan kita bertindak ekstrem dengan mengatakan kita tidak memerlukan uang, dan orang Kristen adalah orang yang anti uang. Alkitab menegaskan bahwa uang hanyalah suatu sarana untuk menuju sasaran yang jelas, yaitu demi menjalankan kehendak Allah.
Maka dari konsep di atas, terdapat kaitan yang erat sekali antara uang dan ketaatan kepada Allah. Penggunaan uang yang tidak sesuai dengan ketaatan pada Allah tidak akan mempermuliakan Allah. Hanya penggunaan uang yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah, barulah uang itu akan menjadi sarana yang baik.


Penggunaan uang di dalam ketaatan
A. Kesalahan konsep tentang uang
1. Uang itu netral
2. Uang sumber kebahagiaan
3. Tidak bisa hidup tanpa uang

B. Konsep uang yang benar
1. Seluruh harta berasal dari Tuhan
2. Melepaskan diri dari ikatan materialisme
3. Uang menjadi budak pekerjaan Tuhan


Hasilnya
Dengan konsep Kristen yang benar tentang uang, maka seluruh kehidupan kita tidak akan diterpa oleh materialisme.
1. Kehidupan yang mempermuliakan Allah
2. Kehidupan yang stabil.
3. Kehidupan yang menjadi berkat bagi banyak orang

No comments: