01 April 2008

Bagian 2: Who is Your Dad?

A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki-2: Who is Your Dad?

Nats: Ams. 30:7-8; Mat. 19:16-26; 6:19-24




Presuposisi Kiyosaki tentang Uang dan Hidup
Sebelum kita membicarakan suatu kritik terhadap pemikiran Kiyosaki, pertama-tama kita perlu menyamakan persepsi kita terlebih dahulu, sehingga sebagai seorang Kristen kita bisa membangun konsep yang benar berdasarkan firman Tuhan.
Dasar presuposisi yang kita perlu pertama-tama pegang adalah bahwa pola pikir dunia dengan pola pikir Alkitab mutlak berlawanan dan berbeda. Khususnya pendekatan presuposisi yang ada bertolak belakang satu sama lain, sekalipun secara gejala tampak atau tindakan luar akan terlihat banyak kesamaan. Dengan kata lain, kesamaan yang ada hanyalah kesamaan permukaan, sehingga kalau orang tidak mengerti dengan tepat dia akan sulit melihat perbedaannya. Dan ini memang cara penipuan dunia (baca: Setan) di dalam permainannya.
Untuk itu, diperlukan “discerning power” (kekuatan membedakan) yang bisa kita pergunakan untuk melihat dengan tajam perbedaan-perbedaan di balik “kesamaan” yang ditampilkan.
Alkitab mengajarkan dua hal penting dalam kehidupan, sehingga kita bisa hidup dengan benar dan baik. Itu merupakan permohonan Amsal yang begitu indah (30:7-8):
a. Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan
b. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Untuk itu kita perlu mengkaji presuposisi Alkitab yang dikontraskan dengan paradigma Kiyosaki.


1. Bapa Benar atau Bapa Kaya
Dalam Alkitab diajarkan bahwa “Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.” Dan dalam buku pertama Kiyosaki-Lechter, Rich Dad, Poor Dad, pasal pertama, halaman pertama, ia menuliskan, “Bapa yang satu mengajarkan ‘Cinta uang adalah akar segala kejahatan’; sedangkan bapa yang lain mengajarkan ‘Kekurangan uang adalah akar segala kejahatan.’ Di buku pertama, pasal pertama, halaman pertama, Kiyosaki menawarkan pilihan, “bapa” yang mana yang akan kita ikuti. Dan tawaran itu merupakan pilihan yang tidak bisa digandakan! Memang sebenarnya demikian! Maka, Alkitab menyatakan perkataan Kristus, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24). Maka jelas kita melihat pilihan dari awal, siapa yang akan menjadi “bapa” kita.

2. Hidup untuk kemuliaan Tuhan Vs Hidup Bertujuan Uang
Jika Alkitab mengajarkan bahwa hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah, maka Kiyosaki adalah orang pertama yang akan menentang pemahaman tersebut, karena akan sangat berlawanan dengan paradigma yang dibangunnya.
Sulit bagi Kiyosaki untuk menerima ada orang yang meninggalkan semua kekayaan, prospek hidupnya, untuk masuk ke hutan demi memberitakan Injil Kristus.
Dalam Cashflow Quadran, Kiyosaki menekankan bahwa yang penting baginya: kita mempunyai banyak hal yang membutuhkan uang. Uang itu penting. Tapi sekalipun uang penting dan aku butuh uang, tetapi aku tidak mau menghabiskan waktuku dengan bekerja untuk cari uang.” (hal 18). Kiyosaki mengarahkan hidupnya untuk uang, tetapi tidak mau bekerja. Itu berarti ia mau uang tanpa kerja, dan lebih tajam lagi dalam bukunya Retire Young, dikatakan, “uang membuat aku bisa membeli waktu untuk mengerjakan hal-hal yang aku suka kerjakan, dan membayar orang lain untuk mengerjakan apa yang aku benci melakukannya.” (hal.15).

3. Memisahkan atau Mencampur Kaya dan Mementingkan Uang
Alkitab mengajarkan “cinta uang adalah akar segala kejahatan.” Kiyosaki sangat tidak suka dengan paradigma Alkitab ini, dan memberikan “keseimbangan” dengan mengatakan bahwa “tidak punya uang akar segala kejahatan.” Di sini Kiyosaki mengalihkan “cinta uang” dengan “punya uang.” Alkitab memang mengatakan tidak baik kalau terlalu kaya dan tidak baik kalau terlalu miskin (Ams. 30:7-8). Jadi bukan bicara tidak baik kalau terlalu miskin, tetapi juga harus memperhatikan bahwa tidak baik kalau terlalu kaya. Jadi yang harusnya seperti Doa Bapa Kami, kita berdoa agar Allah memberikan makanan “yang secukupnya hari ini” (Give us our daily bread – Mat. 6:11).

4. Menjadi orang memperkenan Allah atau menjadi orang baik di mata dunia
Bagi mata dunia, paparan Kiyosaki-Lechter sangat menyentuh, karena mereka bukan sekedar membawa pemikiran materialisme, tetapi menyentuh aspek-aspek humanistik, seperti bagaimana hidup mementingkan keluarga, mementingkan kepentingan sosial. (Cashflow, hal 15). Sungguh suatu gambaran ideal bagi manusia duniawi, tetapi sungguh sangat tidak ideal di hadapan Allah, karena gambaran yang bagus itu telah membuang gambaran yang jauh lebih bagus atau yang paling bagus, yaitu paradigma kehidupan yang benar itu sendiri.
Nilai hidup manusia bukan sekedar karena berbuat baik, tetapi jika ia memperkenan hati Tuhan (Ef. 2:10). Sulit kita bisa mengerti akhirnya bahwa ada orang yang semakin baik semakin berdosa.

5. Uang Menjadi Sarana Untuk Memuliakan Allah atau Uang Bekerja Untuk Kepentingan Kita
Uang adalah sarana. Sampai pada pernyataan ini, sangat mungkin orang Kristen dan Kiyosaki akan sama-sama menganggukkan kepala. Tetapi sarana untuk apa? Ini akan membedakan secara tajam keduanya. Jika bagi orang Kristen, uang adalah sarana untuk memuliakan Allah, maka bagi Kiyosaki, uang adalah sarana untuk memperkaya diri. Kita memakai uang untuk men­datangkan uang. Kiyosaki menekankan bahwa ia butuh uang, karena uang dipergunakan untuk:
a. Melakukan apa yang ia suka lakukan
b. Membayar orang melakukan apa yang ia benci lakukan.
c. Berjalan keliling dunia
d. Menjadi orang baik.
Uang dipakai menjadi alat pancing. Inilah inti dosa dunia.
Bagi Alkitab, uang adalah anugerah Tuhan, melalui seluruh etos kerja Kristen kita, maka Allah memberikan kepada kita berkat bagi hidup kita sesuai dengan kasih karunia-Nya (cf. butir 6). Bagi Kiyosaki, uang kita harus kita investasikan untuk kembali menghasilkan uang. Hal ini akan menyebabkan orang sangat terpaku pada pergerakan uangnya, sehingga akan menyita pikirannya. Kerja bukan bagaimana kita memanifestasikan talenta yang Tuhan beri, tetapi mengejar kekayaan.

6. Hidup Untuk Allah atau Hidup Untuk Diri Kita
Alkitab memang mengatakan bahwa kekayaan bisa menambah persahabatan dan orang miskin ditinggalkan sahabatnya (Ams. 19:4). Tetapi bukan itu menyebabkan kita mementingkan diri kita dan mau menjadi kaya. Alkitab mengajar hidup kita bukan untuk diri kita, tetapi untuk Allah. Ini sesuai dengan hukum relasi Pencipta-ciptaan. Seluruh hidup dan keberadaan kita adalah demi kemuliaan dan kepentingan Allah dan kerajaan-Nya. Tetapi konsep ini sangat ditentang oleh Kiyosaki. Bagi dia, tidak bisa kita hidup untuk Allah. Kita perlu memikirkan diri kita sendiri. Memang tidak jelas apakah Kiyosaki masih ke gereja atau tidak, tetapi yang pasti seluruh pendekatan dia terhadap firman sudah sangat duniawi dan egois. Misalnya cerita “Daud dan Goliat” menjadi begitu duniawi di dalam pikiran Kiyosaki.
[1] Alkitab mengatakan bahwa Daud melihat pimpinan dan tangan Allah di belakang peristiwa itu (1Sam. 17:37, 46-47 ).
Hidup bagi Kiyosaki adalah harus mengerjakan yang kita suka. Dalam Retire Young, hal 14, ia dengan tegas menyatakan apa yang ia suka dan benci (dalam tabel). Ia suka: kaya, bebas, membeli apa yang diinginkan, barang mahal, orang lain melakukan hal yang tidak suka kita lakukan. Dan ia benci melakukan sebaliknya. Dari paparan Kiyosaki, maka kalimat. “kamu ini buatan Allah, dicipta dalam Kristus Yesus, untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10) dan “barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:27-28).

7. Setiap Orang Mendapat Anugerah Secara Khusus Vs Semua Orang Bisa Kaya
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang mendapatkan talenta secara berbeda-beda, baik secara bidang maupun jumlah. Bukan semua orang dipanggil sebagai pedagang, dan bukan semua orang memiliki dan dipercaya oleh Tuhan untuk memegang uang banyak (Mat. 25:14-30). Pandangan ini ditolak oleh Kiyosaki. Kiyosaki tidak suka kalau seorang menjadi peneliti, yang berhari-hari di dalam laboratorium, mungkin menjadi seorang yang tidak punya uang, hidup dalam gubuk yang reot, tetapi menghasilkan hasil penelitian yang berguna bagi manusia. Bagi dia, hidup harus menjadi investor, bukan pegawai, apalagi kalau pegawaipun bukan (karena Kiyosaki tidak memasukkan konsep hamba/budak dalam teorinya). Kiyosaki ingin setiap orang jadi pedagang atau investor. Akibatnya, insinyur, dokter, ahli hukum, sosiolog, semua mau jadi investor akibat pengaruh dari pemikiran materialisme Kiyosaki.
Jika Alkitab mengajarkan bahwa “jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku” (2Kor. 11:30), Kiyosaki mengajarkan sebaliknya, yaitu bermegah atas segala kekayaan kita. Orang miskin tidak bisa bermegah, karena ia orang yang lemah.
Orang yang sekelas dan sekualitas Kiyosaki, sekelas Iacocca, sekelas Stephen Tong, sangat sedikit, dan tidak perlu semua orang mau seperti dia, nanti akan jadi stress atau sombong. Antara kita dan ayah kita sudah jauh berbeda. Ada anak yang jauh lebih unggul dari orang tuanya, tetapi banyak yang justru jauh lebih rendah dari orang tuanya, apalagi kalau orang tuanya kaya.


[1] Bagi Kiyosaki, kemenangan Daud sama sekali tidak hubungan dengan campur tangan Allah atau anugerah-Nya. Yang ada sepenuhnya adalah kemampuan manusiawi Daud di dalam menggunakan ali-ali (pengumpil) dan bodoh Goliat yang diam saja.

No comments: