06 January 2008

Bab 15 : MENGEMBANGKAN PERSAHABATAN ANDA DENGAN ALLAH ?? (Analisa Terhadap Bab 12 Buku Rick Warren)

Bab 15
Mengembangkan Persahabatan Anda dengan Allah ??




Pada bab 15 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduabelas dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Sekilas, kita akan menjumpai terlalu banyak kata “saya” dimunculkan pada bab ini menunjukkan ajaran Warren ini self-centered ketimbang God-centered. Apakah saya terlalu menghakimi ? Mari kita akan menelusuri satu per satu.
Pada bagian awal bab ini, kembali, penyakit lama Warren kambuh, yaitu suka mengutip ayat Alkitab yang cocok dengan apa yang ingin ia ajarkan. Ia mengutip Amsal 3:32 versi New Living Translation (NLT), “Dia menawarkan persahabatan-Nya kepada orang yang saleh.” (Warren, 2005, p. 103).
Komentar saya :
Mari kita melihat ayat yang sama ini di dalam terjemahan lain, Terjemahan Baru Alkitab Bahasa Indonesia (TB-LAI), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), King James Version (KJV) dan English Standard Version (ESV). Berikut terjemahannya : TB, “karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.” BIS, “Sebab, TUHAN membenci orang yang berbuat jahat, tetapi Ia akrab dengan orang yang lurus hidupnya.” KJV, “For the froward is abomination to the LORD: but his secret is with the righteous.” ESV, “for the devious person is an abomination to the LORD, but the upright are in his confidence.” Meskipun BIS menerjemahkan bahwa Allah akrab dengan orang yang lurus hidupnya, artinya tetap tidak bisa dipersamakan dengan versi NLT yaitu Allah menawarkan persahabatan-Nya kepada orang yang saleh. Kalau versi NLT benar, bukankah dengan menawarkan persahabatan-Nya kepada orang yang saleh, berarti Allah membutuhkan manusia ? Ini bukan ajaran Alkitab, tetapi ajaran “theologia” Arminian yang menjadi fondasi doktrinal/ajaran dari Rick Warren ini. Alkitab yang dimengerti oleh theologia Reformed mengajarkan dengan bertanggungjawab bahwa manusia lah yang memerlukan Allah, bukan sebaliknya !

Kemudian, ia mengembangkan konsep bagaimana bersahabat dengan Allah sebagai berikut,
Kedekatan Anda dengan Allah bergantung pada pilihan Anda.
Seperti sebuah persahabatan, Anda harus berusaha mengembangkan persahabatan Anda dengan Allah. Persahabatan tersebut tidak akan terjadi secara kebetulan. Dibutuhkan kerinduan, waktu, dan tenaga. Jika Anda menginginkan hubungan yang lebih dalam dan lebih akrab dengan Allah, Anda harus belajar untuk dengan jujur menyampaikan perasaan-perasaan Anda kepada-Nya, mempercayai Dia ketika Dia meminta Anda melakukan sesuatu, belajar untuk peduli pada apa yang Dia peduli, dan merindukan persahabatan-Nya lebih dari apapun.
(Warren, 2005, p. 103)

Komentar saya :
Benarkah kedekatan kita kepada Allah bergantung pada pilihan kita ? Dari dasar ajaran yang tidak bertanggungjawab ini, Warren dengan jelas membangun presuposisi “theologia” Arminian yang anti-kedaulatan Allah ! Bagaimana theologia Reformed menyoroti masalah ini ? Theologia Reformed yang berbasiskan kedaulatan Allah tanpa menghilangkan unsur tanggung jawab manusia mengajarkan bahwa “sebelum” dunia diciptakan (“sejak” kekekalan), Allah memilih beberapa manusia untuk menerima anugerah keselamatan di dalam Kristus. Keselamatan ini dikerjakan melalui penebusan Kristus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya tersebut dan proses penyempurnaannya dilakukan melalui tindakan Roh Kudus yang mengefektifkan karya penebusan Kristus tersebut ke dalam hati umat pilihan-Nya dengan melahirbarukan mereka sehingga mereka dapat taat dan percaya di dalam Kristus. Keselamatan dan predestinasi (pemilihan) Allah MUTLAK tidak bergantung pada pilihan kita, tetapi pilihan Allah ! Dari konsep ini, ketika kita memang benar-benar anak-anak Allah (umat pilihan Allah), maka secara proses, kita akan terus merindukan untuk dekat dengan Allah melalui pembelajaran Firman Allah dan mengalami-Nya setiap hari melalui apa yang Alkitab ajarkan. Jadi, kedekatan dengan Allah murni bukan pilihan manusia berdosa, tetapi akibat atau reaksi manusia pilihan-Nya dalam menanggapi anugerah-Nya ! Sedangkan orang-orang “Kristen” palsu yang tidak termasuk umat pilihan Allah mungkin juga memiliki hasrat ingin dekat dengan Allah, tetapi hasrat itu palsu, karena hasrat itu tidak murni digerakkan oleh Roh Kudus ! Buktinya ? Sudah terlalu banyak terjadi pada mayoritas orang “Kristen” yang selalu mengklaim bahwa dirinya sedang “melayani ‘tuhan’”, dll, tetapi MALAS belajar Alkitab/theologia, karena menurut mereka, itu hanya tugas pendeta/hamba Tuhan. Inikah orang “Kristen” ?! TIDAK ! Kalau sampai mati, mereka belum bertobat dari dosanya ini, maka dapat dipastikan mereka bukan anak Tuhan, tetapi anak setan yang masih indekos di dalam gereja. Berhati-hatilah terhadap orang “Kristen” macam ini, pura-pura memiliki hasrat dekat dengan Allah, tetapi sebenarnya kedekatan mereka hanya untuk “menadah” berkat-berkat-Nya untuk mereka nikmati. Itu slogan “theologia” sukses yang materialis, humanis dan Arminian.

Setelah itu, ia melanjutkan pengajarannya dengan mengemukakan masing-masing 4 prinsip mengembangkan persahabatan dengan Allah,
Saya harus memilih untuk jujur terhadap Allah. Landasan utama bagi persahabatan yang lebih dalam dengan Allah adalah kejujuran sepenuhnya, baik mengenai kesalahan-kesalahan Anda maupun mengenai perasaan-perasaan Anda...
Di dalam Alkitab, sahabat-sahabat Allah jujur mengenai perasaan mereka, dengan sering kali mengeluh, mengkritik, menuduh, dan berargumentasi dengan Pencipta mereka. Meskipun demikian, Allah tampaknya tidak terganggu oleh keterbukaan mereka ; sebetulnya Allah mendorong hal itu...
Untuk menjadi sahabat Allah, Anda harus jujur kepada Allah, dengan menyampaikan perasaan Anda yang sebenarnya, bukan apa yang Anda pikir seharusnya Anda rasakan atau katakan...
Kepahitan merupakan penghalang terbesar terhadap persahabatan dengan Allah : Untuk apa saya ingin menjadi sahabat Allah jika Dia mengizinkan hal ini terjadi ? Tentu saja, jawabannya adalah menyadari bahwa Allah selalu bertindak demi kepentingan Anda, sekalipun tindakan tersebut menyakitkan dan Anda tidak memahaminya. Tetapi melepaskan kemarahan Anda dan menyatakan perasaan Anda merupakan langkah pertama untuk penyembuhan...
Untuk mengajari kita tentang kejujuran yang tulus, Allah memberi kita Kitab Mazmur, yaitu buku panduan penyembahan, penuh dengan jeritan, kemarahan, kebimbangan, ketakutan, kepahitan, dan penderitaan yang dalam digabungkan dengan ucapan syukur, pujian, dan pernyataan-pernyataan iman... Ketika Anda membaca pengakuan yang emosional dari Daud dan orang lainnya, sadari bagaimana Allah ingin Anda menyembah Dia dengan cara ini, tidak menahan apapun yang Anda rasakan...
(Warren, 2005, p. 103-106)

Komentar saya :
Perhatikan kalimat-kalimat yang saya sengaja garis bawahi untuk menunjukkan kelemahan fatal ajaran Warren.
Pertama, di dalam Alkitab, menurut Warren, sahabat-sahabat Allah jujur mengungkapkan perasaan mereka kepada Allah, dan anehnya Warren mengatakan bahwa perasaan-perasaan itu diterima dan bahkan didorong oleh Allah. Benarkah ajaran ini ? Ini jelas adalah ajaran yang tidak bertanggungjawab ! Kalau benar, Warren berkata demikian, mengapa Petrus yang adalah rasul Kristus (tentu juga disebut sahabat Allah) ketika berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Matius 16:22), Tuhan Yesus tidak senang dengan perkataan itu dan berkata, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23) disambung dengan pengajaran-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku…” (Matius 16:24) ?! Kalau Petrus juga termasuk sahabat Allah, mengapa Kristus marah dengan Petrus pada waktu itu ? Bagaimana Warren menjawab hal ini ?! Mungkin sekali Allah seolah-olah mendengarkan perasaan-perasaan mereka yang bersoal jawab dengan-Nya, tetapi itu semua tidak mengajarkan bahwa Allah mendorong kita bertindak seperti itu ! Tafsiran itu terlalu dilebih-lebihkan dan tergolong sesat ! Allah mengizinkan para sahabat-Nya mengutarakan perasaan-perasaan mereka, tetapi tidak berarti Allah membenarkan mereka ! Berusahalah membedakan antara kata “mengizinkan” dan “membenarkan” pada diri Allah. Ketika Allah mengizinkan dosa masuk, pasti berarti bahwa Allah tidak pernah membenarkan tindakan dosa itu !
Kedua, Warren mengatakan bahwa kepahitan adalah penghalang bagi terciptanya persahabatan yang akrab dengan Allah. Cara menyembuhkannya, menurut Warren, adalah dengan, “melepaskan kemarahan Anda dan menyatakan perasaan Anda”. Bukankah ini adalah ajaran psikologi ?! Pada bab yang lalu, ia mengajarkan bahwa tujuan yang ia paparkan bukan berdasarkan psikologi (meskipun sebenarnya secara implisit, tujuan yang ia tetapkan tetap mengandung unsur psikologi), tetapi mengapa ia memasukkan unsur psikologi ini ?! Ini membuktikan ketidakkonsistenan Warren. Apakah dengan melepaskan kemarahan dan menyatakan perasaan kita, itu berarti kepahitan kita usai ? TIDAK ! Itu adalah ajaran inner healing (kesembuhan batin) yang sedang merajalela di dalam ke“Kristen”an padahal ini tidak diajarkan oleh Alkitab. Bagaimana cara mengatasi kepahitan ? Caranya bukan melampiaskan kemarahan kita, tetapi dengan memandang kepada Allah dan firman-Nya sebagai penghancur kepahitan kita. Lalu, mungkinkah seorang Kristen sejati (anak-anak Tuhan) mengalami kepahitan terhadap Allah?! TIDAK MUNGKIN ! Mengapa ? Apakah berarti mereka sudah sempurna dan tahu 100% kehendak Allah sehingga mereka tidak mungkin mengalami kepahitan terhadap Allah ?! TIDAK ! Meskipun tidak 100% mengerti kehendak-Nya, mereka tetap beriman di dalam-Nya, karena mereka adalah umat pilihan-Nya yang telah Ia tetapkan. Tidak berarti karena mereka tidak pernah mengalami kepahitan terhadap Allah, itu berarti mereka hidup sukses, lancar, tanpa penderitaan. Meskipun mengalami penderitaan yang berat, mereka tetap tidak pernah mengalami kepahitan terhadap Allah, karena ada janji pemeliharaan-Nya.
Ketiga, kitab Mazmur memang berisi puji-pujian, tetapi penulisan kitab ini tidak bermaksud bahwa Allah ingin mengajar kita untuk menyembah-Nya dengan cara demikian ! Inti kitab ini adalah memuji Tuhan dan Tuhan saja yang layak ditinggikan, oleh karena itu kita sebagai anak-anak-Nya harus memuji-Nya selama-lamanya. Itu prinsipnya !

Lalu, ia juga melanjutkan pengajarannya pada poin kedua, sebagai berikut,
Saya harus memilih untuk menaati Allah di dalam iman. Setiap kali Anda mempercayai hikmat Allah dan melakukan apapun yang Dia firmankan, meskipun Anda tidak memahaminya, Anda memperdalam persahabatan Anda dengan Allah...
Kita menaati Allah, bukan karena kewajiban atau ketakutan atau paksaan, tetapi karena kita mengasihi Dia dan percaya bahwa Dia mengetahui apa yang terbaik bagi kita...
Sebenarnya, Allah lebih senang bila kita melakukan hal-hal yang kecil bagi Dia karena ketaatan yang didasari oleh kasih...
Kesempatan-kesempatan besar mungkin datang sekali seumur hidup, tetapi kesempatan-kesempatan kecil mengelilingi kita setiap hari. Bahkan dengan tindakan-tindakan sederhana seperti berkata yang benar, berbuat kebaikan, dan membesarkan hati orang lain, kita mendatangkan senyuman pada wajah Allah.
(Warren, 2005, pp. 106-108)

Komentar saya :
Kita menaati Allah, memang bukan karena keterpaksaan, tetapi karena kita mengasihi Dia, tetapi sekali lagi, kita dapat mengasihi-Nya karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita dengan memilih kita “sebelum dunia dijadikan” (kekekalan). Ketaatan hanya dapat terjadi jika Allah menggenapkan kehendak untuk taat ke dalam hati setiap umat pilihan-Nya. Paulus mengajarkan hal ini, “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Filipi 2:12-13) Seringkali orang-orang yang ber“theologia” Arminian dan Katolik menggemari ayat 12 di dalam Filipi 2 untuk menolak kedaulatan Allah dan sengaja menghilangkan atau tidak mengutip ayat 13 sebagai penjelasan dari ayat 12. Padahal kedua ayat ini saling berkaitan satu sama lain. Kita dituntut Paulus untuk mengerjakan keselamatan (tidak berarti keselamatan bisa hilang!), dan kita dapat mengerjakan apa yang Tuhan tuntut melalui Paulus ini karena ada kuasa Allah yang memampukan kita bisa memiliki kehendak yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ini tidak berarti kita tinggal menunggu gerakan Roh Kudus. Ini juga tidak benar. Kita memang tetap perlu mengerjakan apa yang baik menurut Allah, tetapi ingatlah satu hal : bukan karena kehendak kita sendiri yang mengingininya, tetapi Allah lah yang mendorong kita.

Kemudian, ia melanjutkan pengajarannya pada poin ketiga,
Saya harus memilih untuk menghargai apa yang Allah hargai. Semakin akrab Anda sebagai sahabat Allah, Anda akan semakin peduli terhadap hal-hal yang Allah peduli, bersedih atas hal-hal yang membuat Allah bersedih, dan bersukacita atas hal-hal yang mendatangkan kesenangan bagi Dia.
Paulus merupakan teladan terbaik dalam hal ini. Program Allah merupakan programnya, dan keinginan Allah merupakan keinginannya : “Hal yang membuatku begitu terganggu adalah karena aku begitu mempedulikan kamu, inilah kerinduan Allah yang membakar hatiku !” (2 Korintus 11:2 ; The Message).
Apa yang paling Allah pedulikan ? Penebusan umat-Nya... Hal yang paling berharga bagi Allah adalah kematian anak-Nya. Hal kedua yang paling berharga adalah ketika anak-anak-Nya memberitakan kabar tersebut kepada orang lain.
(Warren, 2005, pp. 108)

Komentar saya :
Memang benar bahwa sebagai sahabat-Nya, apapun yang ada di dalam diri kita harus sinkron dengan Allah (tidak berarti kita di dalam Allah, Allah di dalam kita secara harafiah) ! Kehendak, emosi dan rasio kita harus sesuai dengan kehendak, emosi dan rasio Allah. Itulah yang Pdt. Dr. Stephen Tong sebut sebagai menyangkal diri. Ketika hati Allah bersukacita, maka demikian pula dengan hati kita. Jika Allah marah, maka kita pun wajib marah sesuai dengan kemarahan-Nya. Jangan dibalik.
Paulus yang dicontohkan oleh Warren merupakan terbaik dalam menghargai apa yang Allah hargai. Tetapi Warren lagi-lagi gemar mengutip Alkitab versi terjemahan The Message yang kurang tepat dan kurang sinkron dengan bahasa aslinya. 2 Korintus 11:2 versi King James Version (KJV) berkata, “For I am jealous over you with godly jealousy: for I have espoused you to one husband, that I may present you as a chaste virgin to Christ.” Lalu, Terjemahan Baru (TB) mengartikannya, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.” Paulus memang mempedulikan jemaat di Korintus, tetapi kepedulian ini bukan kepedulian yang biasa, tetapi kepedulian yang urgent, karena jemaat di Korintus bersikap tenang dan acuh tak acuh terhadap setiap ajaran yang tidak beres yang muncul di antara mereka. Berikut ucapan Paulus pada pasal 11 ayat 4, “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.” Kepedulian Paulus bukan kepedulian biasa yang hanya menanyakan kabar atau lainnya, tetapi kepedulian Paulus adalah kepedulian yang menegur, menyadarkan, memperingatkan jemaat di Korintus akan bahaya kesesatan yang terjadi di kalangan jemaat Korintus. Seorang yang menghargai apa yang Allah hargai adalah orang yang juga bertindak tegas dan bijaksana dalam menghadapi para pemalsu Injil Kristus.

Setelah itu, ia melanjutkan pengajarannya pada poin keempat,
Saya harus merindukan persahabatan dengan Allah lebih dari segala yang lain...
Kerinduan Yakub untuk memperoleh berkat Allah atas kehidupannya begitu besar sehingga dia bergumul di lumpur sepanjang malam dengan Allah,... Allah tidak tersinggung bila kita “bergumul” dengan-Nya, karena bergumul memerlukan hubungan pribadi dan membawa kita dekat kepada-Nya !...
Paulus adalah contoh lain dari orang yang sangat menginginkan persahabatan dengan Allah. Tidak ada hal yang lebih penting ; persahabatan dengan Allah merupakan prioritas utama, fokus mutlak, dan tujuan akhir hidupnya. Inilah sebabnya Allah memakai Paulus secara demikian hebat. Alkitab versi Amplified menunjukkan kekuatan penuh dari kerinduan Paulus : “Tujuan utamaku ialah agar aku dapat mengenal Dia, agar aku secara bertahap bisa bergaul semakin dalam dan akrab dengan Dia, merasakan dan mengenali serta memahami keajaiban Pribadi-Nya dengan lebih kuat dan lebih jelas.” (Filipi 3:10)
(Warren, 2005, pp. 108-109)

Komentar saya :
Pertama, Warren terlalu berani mengatakan bahwa Allah tidak tersinggung bila kita “bergumul dengan-Nya” sebagai refleksi dari kisah Yakub yang bergumul dengan Allah dan Allah membiarkannya menang. Refleksi dan tafsiran ini terlalu dilebih-lebihkan ! Perikop ini bukan mengajarkan demikian. Geneva Bible Translation Notes memberikan penjelasan sedikit mengenai perikop Kejadian 32:28, “God gave Jacob both power to overcome, and also the praise of the victory.” (=Allah memberikan Yakub kekuatan untuk mengalahkan-Nya, dan juga pujian akan kemenangan.).
Kedua, versi Amplified dari Filipi 3:10 untuk menunjukkan bahwa Paulus sangat menginginkan persahabatan dengan Allah menjadi prioritas utama dan tujuan akhir hidupnya adalah terlalu dicocok-cocokkan. Filipi 3:10 versi Terjemahan Baru (TB) berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,”, Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “Satu-satunya yang saya inginkan ialah supaya saya mengenal Kristus, dan mengalami kuasa yang menghidupkan Dia dari kematian. Saya ingin turut menderita dengan Dia dan menjadi sama seperti Dia dalam hal kematian-Nya.” Terjemahan King James Version (KJV) menerjemahkan, “That I may know him, and the power of his resurrection, and the fellowship of his sufferings, being made conformable unto his death;” Versi Amplified di atas tidak mengandung kata “persekutuan dalam penderitaan-Nya” di mana pernyataan ini ada di dalam TB, BIS, dan KJV dan justru pernyataan yang penting ini sengaja dihilangkan oleh versi Amplified. Mengapa penting ? Karena ayat selanjutnya, yaitu ayat 11 menjelaskannya, “supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan : KeKristenan adalah Kristus (Christianity is Christ). Tanpa salib/penderitaan, tak ada kemuliaan. Maka orang-orang Kristen sejati harus memikul salib dan menderita bagi-Nya, supaya mereka beroleh kemuliaan yaitu kebangkitan.

No comments: