07 July 2010

Ujilah Segala Sesuatu!-3: MENGUJI SEGALA SESUATU DAN MEMEGANG TEGUH YANG BAIK

UJILAH SEGALA SESUATU!-3:
MENGUJI SEGALA SESUATU dan MEMEGANG TEGUH YANG BAIK


oleh: Denny Teguh Sutandio



“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
(1Tes. 5:21)

“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.”
(1Yoh. 4:1-6)




Pada bagian ketiga dari tema menguji, saya akan membahas tentang langkah selanjutnya yang pertama setelah kita menguji, yaitu memegang teguh yang baik. Mari kita menyimak perkataan Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:21, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Setelah menguji segala sesuatu, Tuhan melalui Paulus memerintahkan kita untuk memegang yang baik. Kata memegang dalam teks Yunaninya katekhete yang berasal dari akar kata katekho yang bisa berarti hold back (menahan) atau possess (memiliki). King James Version (KJV), New King James Version (NKJV), dan Young Literal Translation (YLT) menerjemahkannya hold fast (memegang erat). New International Version (NIV) dan International Standard Version (ISV) menerjemahkannya hold on to (berpegang pada). Pdt. Hasan Sutanto, D.Th. dalam Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia (2006) menerjemahkannya peganglah teguh (hlm. 1096) Dalam struktur Yunani, kata ini berbentuk imperatif dan aktif. Dengan kata lain, setelah menguji segala sesuatu, kita dituntut untuk memegang teguh/erat-erat yang baik. Kata baik dalam teks Yunaninya adalah kalon yang berasal dari akar kata kalos yang dapat diterjemahkan baik, berguna, dll. Mengapa setelah menguji, kita perlu memegang teguh/erat-erat apa yang baik? Karena Tuhan ingin kita bukan hanya teliti menguji ajaran, namun kemudian tidak bertindak apa-apa, namun Ia ingin setelah kita teliti menguji, kita kembali memegang apa yang baik sesuai dengan wahyu khusus Allah. Pengujian atas segala sesuatu harus dilanjutkan dengan langkah selanjutnya yaitu berpegang teguh pada apa yang baik. Berpegang teguh pada apa yang baik mengandung beberapa arti, yaitu:
Pertama, ada suatu pendirian teguh. Melalui ayat 21 ini, Paulus memperingatkan jemaat Tesalonika untuk memiliki pendirian teguh. Artinya, di tengah maraknya filsafat Yunani yang beredar di Tesalonika waktu itu, para jemaat Tesalonika ditegur Paulus untuk tidak ikut filsafat tersebut dengan menguji kebenarannya dan juga berpegang teguh pada ajaran firman Tuhan yang jelas. Berarti, Kebenaran membuat kita berdiri teguh di tengah tantangan zaman di sekitar kita. Bagaimana dengan kita? Kita yang hidup di zaman postmodern pun memiliki tantangan serupa. Zaman postmodern dengan segudang racun filsafat dari materialisme, pragmatisme, empirisisme, atheisme (atheisme praktis), dll mencoba meracuni Kekristenan dan tidak menutup kemungkinan kita sebagai orang Kristen di dalamnya. Mampukah kita berdiri teguh dengan keyakinan yang tak tergoyahkan di tengah pluralitas dan relativitas dunia ini? Mampukah kita meneriakkan Kebenaran di dalam zaman yang rusak ini? Biarlah Roh Kudus memakai kita untuk berdiri teguh di dalam Kebenaran Firman (Alkitab) di tengah arus zaman yang melanda dunia kita.

Kedua, harga yang harus dibayar. Menarik, Matthew Henry di dalam tafsirannya Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa kita harus berdiri teguh dan jangan melepaskan kebenaran yang kita percayai meskipun ada perlawanan dan penganiayaan mengancam kita. Dengan kata lain, kebenaran di dalam Kristus bukan hanya perlu kita pegang teguh di tengah zaman ini, kita pun harus rela dilawan dan dianiaya oleh orang-orang dunia demi kebenaran sejati yang kita pegang ini. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus berfirman bahwa barangsiapa yang mengikut-Nya harus menyangkal dirinya dan memikul salib-Nya (Mat. 10:38; 16:24). Tidak ada jalan mulus tatkala kita mengikut Kristus, karena yang sedang kita ikuti, yaitu Kristus, di mana Ia bukanlah Pribadi yang berasal dari dunia dan ajaran-ajaran-Nya pun tidak cocok dengan filsafat dunia. Di dalam sejarah gereja, kita membaca bahwa Kekristenan terus-menerus dianiaya dan banyak dari mereka TIDAK melawan. Tetapi Tuhan bekerja dengan luar biasa. Di dalam penganiayaan karena nama-Nya, kita melihat Injil makin tersebar luas. Istilahnya, “makin dibabat, makin merambat.” Jika ada agama lain yang berkembang melalui perang, maka Kekristenan berkembang dengan begitu pesat justru melalui penganiayaan. Inilah paradoksikal iman Kristen yang tidak mungkin bisa dimengerti oleh orang dunia. Bagaimana dengan kita? Siapkah kita difitnah, dihina, dianiaya tatkala kita harus berdiri teguh di atas Kebenaran dan memberitakan Kebenaran kepada seseorang di dalam zaman ini? Biarlah Tuhan menguatkan komitmen kesetiaan kita kepada-Nya di tengah arus zaman yang kacau ini.

Tuhan yang telah menguatkan komitmen kesetiaan para hamba-Nya di dalam berdiri teguh di atas Kebenaran dan memberitakan Kebenaran (Paulus, Petrus, Yohanes, dan para rasul Kristus lainnya, Augustinus, Dr. Martin Luther, Dr. John Calvin, Dr. J. Gresham Machen, Dr. Francis A. Schaeffer, Dr. Carl F. H. Henry, dll) biarlah menguatkan komitmen kesetiaan iman kita juga kepada-Nya di dalam dunia yang kacau ini. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: