19 April 2009

Matius 14:1-12: THE POWER OF THE KINGDOM (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 10 Juni 2007

The Power of the Kingdom
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 14:1-12


Hari ini kita akan merenungkan Matius pasalnya yang ke-14 yang mempunyai inti tema the power of the Kingdom. Sepintas, kalau kita membaca perikopnya yang pertama, yakni tentang Yohanes Pembaptis dibunuh maka sepertinya tidak berkaitan dengan inti tema dan sepertinya antara kisah yang satu dengan kisah yang lain tidak terkait. Hati-hati, judul perikop terkadang memudahkan kita untuk memahami konteks Alkitab namun terkadang menyelewengkan kita dari inti tema. Kisah tentang Yohanes Pembaptis dibunuh menjadi pembuka yang memudahkan kita untuk memahami inti tema dan memudahkan kita memahami tiga perikop selanjutnya.
Injil Matius 14:1-12 ini berbentuk sastra berbingkai, artinya dalam cerita terdapat cerita. Kisah ini dimulai dari Herodes yang mendengar berita tentang pelayanan Tuhan Yesus dan uniknya, Herodes langsung mengkaitkannya dengan Yohanes Pembaptis yang telah ia bunuh. Kenapa Herodes melihat Yesus Kristus sebagai cerminan dari Yohanes Pembaptis? Untuk memahaminya, ada baiknya kita melihat latar belakang dari Herodes. Herodes bukanlah orang Yahudi asli, ia orang Idumea keturunan Edom dan dengan cara licik, ia berhasil menjadi raja Yudea. Herodes membangun Bait Allah untuk menarik simpati orang-orang Yahudi dan menjadikannya sebagai raja. Herodes bukanlah seorang pecinta Taurat, ia memanipulasi Taurat bahkan demi karir politiknya maka tidaklah heran kalau konsep pernikahan itu menjadi rusak; Herodes mengambil Herodias, istri Filipus, saudaranya sendiri. Yohanes Pembaptis yang tahu pelanggaran kebenaran ini, menegur Herodes dan Herodias; mereka pun menjadi marah. Terdapat gejolak dalam diri Herodes, di satu sisi, ia ingin membunuh Yohanes Pembaptis tapi di sisi lain, ia takut sebab Yohanes Pembaptis mempunyai banyak pengikut dan tentu saja, Herodes akan kehilangan pendukung maka Yohanes Pembaptis pun dipenjara. Herodias yang menyimpan dendam memakai Salome sebagai alat supaya ia meminta meminta hadiah kepala Yohanes Pembaptis di atas talam sebagai hadiah yang dijanjikan Herodes. Peristiwa ini begitu mencekam pikiran Herodes maka ketika ia mendengar berita tentang Tuhan Yesus, pikiran Herodes langsung tertuju pada Yohanes Pembaptis.
Jadi, jelaslah Matius 14:1-12 bukan sekedar berita tentang kematian Yohanes Pembaptis tetapi Firman Tuhan membukakan tentang reaksi Herodes ketika ia mendengar berita tentang Tuhan Yesus. Disini kita melihat pertempuran dari dua kekuatan besar, yakni kekuatan duniawi dan kekuatan kuasa Kristus. Ada beberapa aspek yang perlu kita perhatikan, yakni:
1. Kuasa kebajikan diatas kuasa kefasikan
Adalah sifat manusia berdosa yang marah ketika ditegur dosanya. Herodes marah karena teguran keras dari Yohanes Pembaptis akan dosa-dosanya sebab ia merasa dirinya adalah raja yang berkuasa dan siapakah Yohanes Pembaptis sehingga berani menegurnya. Herodes pikir dengan kematian Yohanes Pembaptis maka ia akan aman. Ternyata, Herodes salah, kematian Yohanes Pembaptis tidak menghentikan berita kebenaran. Berita yang sama: “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat“ kembali terdengar Herodes dari mulut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dengan keras menegur manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Berita kebenaran ini menggetarkan hati Herodes seorang yang memiliki segala kekuatan kuasa dunia. Manusia lupa bahwa kuasa yang ia miliki malah membuat manusia makin terjerat ke dalam dosa dan berakibat pada kematian kekal. Manusia pikir kalau ia mempunyai kuasa besar maka ia akan mempunyai pengaruh di dunia. Tidak! Ada kuasa lain yang lebih besar, yaitu kuasa kebenaran sejati.
Sebesar-besarnya orang memiliki kuasa, sekaya-kayanya orang, ia akan tetap gemetar ketika ia mendengar berita kebenaran yang dibawa oleh Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis. Kristus tidak mempunyai kekuasaan ataupun kekuatan seperti raja Herodes, Ia tidak mempunyai istana, Ia tidak pernah duduk di singgasana, dan Ia tidak memakai jubah indah atau mahkota layaknya seorang raja. Tidak! Sekali-kalinya jubah ungu yang pernah Ia kenakan ketika Ia oleh Herodes sebagai penghinaan dan mahkota yang Ia kenakan bukanlah mahkota yang indah tetapi mahkota duri. Namun ada satu kekuatan yang Kristus memiliki yang dapat menggetarkan raja Herodes yang besar, yakni Kristus mempunyai kekuasan kebenaran. Kristus adalah Raja sejati, Dia adalah Raja di atas segala raja. What is the true power? Sekuat-kuatnya manusia, sekaya-kayanya manusia dan kuasa sebesar apapun yang dimiliki manusia, tidak dapat membuatnya lepas dari jerat dosa.
Hari ini, dunia dengan segala cara berusaha membuang berita kebenaran. Sadarkah kita bahwa semakin kita melawan kebenaran justru itu menjadikan makin berdosa. Hidup di kota metropolis dimana globalisasi menjadikan manusia egois dan humanis itu menjadi salah satu penyebab menjadikan manusia tidak peka akan dosa, manusia semakin terjerat ke dalam dosa. Berbeda halnya hidup di kota kecil dimana kritik sosial dan tekanan dari masyarakat turut andil menjaga manusia tidak berbuat dosa, manusia lebih takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar asusila maupun hukum.
Ironisnya, hari ini gereja yang seharusnya menegur dosa dan memberitakan kebenaran, justru menjadi takut. Tuhan memanggil kita untuk dua hal, yakni: 1) menyadarkan kita betapa dahsyat kekuatan kuasa kebenaran dibanding dengan kuasa dunia. Setiap orang berdosa pasti akan gemetar ketika ia mendengar berita kebenaran dan ditegur dosanya. Berita seperti inilah yang dibutuhkan oleh dunia berdosa. Satu-satunya kekuatan besar yang dapat kita miliki adalah ketika orang kembali dan hidup dalam kebenaran. Jelaslah, perikop ini bukan sekedar berita tentang kematian Yohanes Pembaptis tetapi perikop ini membukakan pada kita bagaimana Herodes yang gemetar ketika ia mendengar berita kebenaran yang dibawa oleh Kristus. Sehebat apapun manusia, dia akan gemetar ketika kebenaran itu sampai ke hadapannya. The true power is the power of truth; 2) Adalah tugas setiap anak Tuhan untuk memberitakan kebenaran dan menyadarkan orang akan dosa dan penghakiman. Orang Kristen adalah wakil Kristus di tengah dunia berdosa. Ingat, Tuhan akan marah kalau kita tidak memberitakan berita kebenaran. Berita Injil telah diselewengkan sedemikian rupa, yakni hidup berkelimpahan, sehat, dan kaya. Tidak! Berita Injil sejati adalah menegur orang akan dosa dan membawa manusia kembali pada kebenaran. Adalah anugerah kalau orang sadar akan dosa dan orang mau bertobat dan mau kembali pada kebenaran. Daud ketika ditegur dosanya, ia langsung gemetar, menangis dan bertobat – Tuhan pun mengampuni dosanya. Berbeda dengan Saul, ketika ditegur dosanya, ia tidak mau kembali pada Firman sebaliknya buruk muka cermin dibelah. Inilah dunia berdosa, orang justru menjadi marah dan melawan ketika ditegur akan dosa. Reaksi ini wajar malahan kalau orang masih bereaksi ketika ditegur dosanya, berarti ia masih ada pengharapan bagi dia untuk bertobat. Sebaliknya, orang yang bersikap dingin ketika mendengar berita kebenaran maka itulah titik kematiannya. Hanya dengan membawa seseorang bertobat maka disana ada keselamatan sejati.
2. Kuasa Sorga diatas kuasa dunia
Yohanes Pembaptis adalah orang yang sangat berkarisma dan berkuasa, ia sangat dihormat oleh orang Yahudi bahkan orang Farisi, ribuan orang bertobat dan meminta diri dibaptis. Namun, Yohanes Pembaptis tidak satu kali pun membuat mujizat namun toh berita kebenaran yang diteriakkan oleh Yohanes Pembaptis mampu menggetarkan Herodes. Dan kini, Herodes berhadapan dengan Kristus yang mempunyai kuasa lebih besar dibanding Yohanes Pembaptis dan kuasa itu membuat raja Herodes yang besar itu takut dan gemetar (ay.2). Seharusnya Herodes sadar akan keberadaan dirinya, who i am? Herodes bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan. Ironisnya, banyak orang Kristen hari ini tidak menyadari kekuatan kuasa Kristus dalam hidup mereka. Dunia terus mencari kuasa seperti Herodes, yakni kuasa yang materialis, kuasa yang humanis, kuasa yang hanya mengejar unsur kedagingan dan kenikmatan dunia semata. Celakanya, dunia menganggap kuasa dunia itu sebagai kuasa terbesar. Tidak! Hendaklah kita belajar dari kuasa Kristus. Herodes mempunyai kuasa kedagingan, kuasa kemiliteran, kuasa kematerian dan kuasa lain yang sifatnya dosa namun ketika ia berhadapan dengan kuasa kebenaran maka semua kuasa yang ia miliki tidaklah berarti.
Kristus membawa kuasa kebenaran – kuasa Kerajaan sorga dan tidak ada kuasa dunia yang dapat melawan kuasa Kristus. Orang Kristen sejati yang hidup benar di dalam Kristus mempunyai kuasa kebenaran jauh lebih besar dari semua kuasa dunia dan kuasa setan. Jelaslah, mengusir setan bukan karunia tetapi mengusir setan merupakan hak setiap orang Kristen. Inilah kuasa terbesar yang Allah sediakan. Kalau kita ada di dalam Kristus, siapakah lawan kita? Jangan takut dengan segala kuasa dunia dan kuasa setan sebab semua semua kuasa itu tidaklah lebih besar dari kuasa Kerajaan Sorga yang dimiliki oleh orang percaya. Kita lebih dari sekedar seorang pemenang karena kita adalah anak Tuhan. Pertanyaannya benarkah kita anak Tuhan sejati? Seorang anak Tuhan sejati tidak menggunakan segala kuasa yang ada untuk egois diri, segala kuasa yang ada bukan untuk berbuat dosa tetapi kuasa itu untuk menyatakan kebenaran Allah dan menyadarkan orang akan dosa. Betapa indah hidup kita kalau kita berjalan dalam pimpinan-Nya. Kalau Tuhan di pihak kita, tidak ada siapapun yang berani melawan kita? Jangan pikir kalau kita dapat melawan Allah dan menang; melawan Tuhan akan berakibat kematian. Ingat, hanya kepada Tuhan sajalah kita harus menyembah, jangan takut pada segala kuasa dunia sebab tidak ada kuasa lain yang lebih besar dari kuasa Kristus. Manusia, iblis dan malaikat harus tunduk pada Kristus Sang Raja. Ingat, kalau bukan Kristus yang menyerahkan diri maka tidak ada kuasa manapun yang dapat menangkap Dia. Jadi, dalam seluruh perjalanan sejarah terbukti apa yang menjadi kehendak kedaulatan Allah tidak dapat diganggu oleh manusia. Dengan segala cara, iblis berusaha menghambat apa yang menjadi kehendak Allah namun semua itu sia-sia. Kekuasaan tertinggi ada di tangan Kristus. Sebaliknya, ketika kita berjalan dengan mengandalkan diri sendiri maka kita akan jatuh dan hancur dalam kebinasaan. Kuasa Kristus itulah yang menggetarkan Herodes – semua kuasa yang dimiliki Herodes bukanlah apa-apa dibanding kuasa Kristus. Inilah kuasa sejati. Hendaklah kita mengevaluasi diri, selama kita hidup, kita tunduk pada kuasa siapakah? Cara Tuhan bekerja memimpin seseorang dengan kuat kuasa-Nya yang dahsyat itu membuat orang berdosa takut dan gemetar. Sangatlah disayangkan, banyak orang Kristen tidak menyadari kuasa ini akibatnya mereka ikut pada kuasa dunia. Sadarlah, kita memiliki kuasa kebenaran, kuasa Kerajaan Sorga yang lebih besar dibanding dengan semua kuasa dunia.
3. Kuasa ketaatan diatas kuasa egoisitas
Herodes pastilah sangat traumatik akibat perbuatannya pada Yohanes Pembaptis. Traumatik ini membuat pola berpikirnya rusak total akibatnya ia melihat Yesus sebagai Yohanes Pembaptis. Dosa membuat seluruh struktur berpikir manusia menjadi rusak total. Dapatlah dikatakan orang dunia yang katanya pandai tetapi sesungguhnya ia bodoh. Knowledge is the interpretation to reality not reality itself. Yang disebut sebagai pengetahuan adalah cara melihat suatu realita, kalau kita gagal melihat realita yang sesungguhnya berarti kita telah gagal melihat realita yang sesungguhnya. Hal inilah yang terjadi dalam diri Herodes, ia tidak dapat melihat realita Yesus, ia melihat Yesus sebagai Yohanes Pembaptis karena pikirannya telah terpola tentang Yohanes Pembaptis. Mind set yang rusak itu seperti orang yang memakai kacamata hijau maka semua yang ia lihat akan berwarna hijau padahal realitanya tidaklah demikian. Francis Schaeffer menegaskan I do what I think and I think what I believe, apa yang kita lakukan adalah hasil dari apa yang kita pikir dan apa yang kita pikir adalah hasil dari kepercayaan kita. Jelaslah, kalau kepercayaan kita salah maka semua yang kita pikir pasti salah sebaliknya kalau kepercayaan kita benar maka seluruh yang kita pikir pasti benar. Dapatlah disimpulkan, letak permasalahan bukan pada pengetahuan tetapi bagaimana orang melihat dan memahami pengetahuan. Ini menjadi rentetan yang saling berkait dan tidak dapat dilepaskan.
Celakalah hidup kita kalau kita masuk dalam cengkeraman iblis, sulit bagi kita untuk lepas dari cengkeramannya. Perhatikan, semakin kita takut pada perbuatan jahat, takut dengan segala cara setan maka kita masuk dalam situasi traumatik. Realita bukanlah sekedar urusan psikologi. Tidak! Traumatik ini sudah masuk dalam wilayah theologi, yakni iman – apa yang menjadi kepercayaan kita. Satu-satunya cara adalah merombak total seluruh pemikiran kita dan kembali pada kebenaran sejati. Semakin hari dunia tidak menjadi semakin baik, dunia makin menegakkan kebenaran pribadi dan yang disebut sebagai hak asasi. Ketika manusia menegakkan kebenaran relatif, masing-masing pribadi merasa diri benar dan celakanya, setiap orang ingin menegakkan kebenaran yang ia anggap benar maka dapatlah dibayangkan betapa kacau dunia ini. Dunia harus berhenti menegakkan hak asasi dan mulai mengejar kewajiban asasi. Kalau setiap orang ingin menegakkan hak asasinya pasti ia akan melanggar hak asasi orang lain dan tentang hal ini, Firman Tuhan telah menegaskan bahwa hak itu hanya milik Tuhan semata. Tugas kita adalah menjalankan kewajiban; setiap orang yang menjalankan kewajibannya masing-masing maka hak itu pasti terpenuhi dengan sendirinya. Bayangkan, kalau seorang presiden menuntut haknya sebagai presiden dan lembaga pemerintahan yang lain juga menuntut haknya dan tak ketinggalan rakyat pun menuntut haknya maka kacaulah negara itu. Suatu negara akan makmur dan tenteram kalau setiap orang menjalankan kewajibannya masing-masing. Namun sangatlah disayangkan, dunia tidak memahami konsep ini, setiap orang ribut memperjuang-kan hak akibatnya kekacauanlah yang terjadi dan orang menjadi traumatik dan paranoid; orang akan selalu menaruh curiga pada apapun dan siapapun.
Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa orang lebih takut pada kuasa dunia dan tidak takut pada kuasa kebenaran yang mempunyai kekuatan lebih besar dari dunia? Janganlah pikiran kita dicengkeram oleh dunia, kita akan dibayangi oleh rasa takut ketika berhadapan dunia. Ingat, kita adalah anak Tuhan dan anak Tuhan sejati mempunyai kuasa jauh lebih besar dari kuasa dunia. Perikop ini telah membukakan pada kita kontrasnya antara kuasa Kristus dan kuasa dunia. Berbahagialah kita yang berjalan dalam pimpinan Tuhan yang memberikan kuasa Kerajaan Sorga itu pada setiap anak-Nya yang taat kepada-Nya. Maukah kita berjalan bersama dengan Dia? Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: