22 February 2009

Matius 13:24-29: CONDITION OF THE KINGDOM (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 1 April 2007
Condition of the Kingdom
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 13:24-29


Kita telah memahami sebelumnya bahwa Kerajaan Sorga bukan bersifat duniawi atau materi melalui perumpamaan, Tuhan Yesus membukakan hal Kerajaan Sorga yang berkait erat dengan iman dan respon manusia terhadap iman. Pada perumpamaan kedua kembali Tuhan Yesus membukakan tentang hal Kerajaan Sorga khususnya tentang kondisi dan situasi Kerajaan Sorga.
Alkitab membukakan bahwa Kerajaan Sorga itu tidak sama dengan yang dipikirkan oleh manusia. Banyak orang pikir Kerajaan Sorga itu gereja Tuhan dimana di dalamnya berisi orang-orang Kristen. Calvin pun ternyata pernah mempunyai pemikiran yang salah tentang Kerajaan Sorga. Calvin beranggapan Kerajaan Sorga itu adalah gereja dimana di dalamnya berisi anak-anak Tuhan yang baik dan taat maka untuk menjadikan seorang Kristen itu baik dan taat dibutuhkan pengajaran firman yang ketat dan benar. Perlu diingat, konteks Eropa pada jaman itu, sebagian besar orang sudah Kristen namun mereka tidak mendapat pengajaran Alkitab yang ketat dan benar. Calvin pun mulai mengajar setiap pagi tiap-tiap harinya, dia mengeksposisi ayat demi ayat dengan solid yang dapat kita jumpai sampai hari ini. Calvin beranggapan pengajaran yang salah itulah yang membuat orang Kristen tidak bertumbuh dan berbuah. Namun setelah sekian lama ia mengajar ternyata tidak ada perubahan dalam diri mereka sampai kemudian ia dibukakan akan perumpamaan tentang lalang dan gandum.
Pertama, Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladang-Nya. Benih yang baik itu seharusnya menghasilkan gandum yang baik akan tetapi ternyata, pada waktu semua orang tidur, datanglah musuh menaburkan benih lalang di antara gandum. Di tengah ladang itu kini, tumbuh lalang dan gandum; kedua tanaman ini kelihatan sama tetapi secara esensi berbeda. Jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan Kerajaan Sorga itu bukanlah gereja. Kerajaan Sorga digambarkan dengan ladang dimana orang-orang di dalamnya digambarkan dengan gandum dan lalang. Calvin mulai menyadari ada dua esensi yang berbeda, yaitu: 1) gereja yang kelihatan, visible church, yakni gereja dengan papan nama dengan beberapa orang yang menjadi anggota jemaat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua orang di dalamnya adalah warga Kerajaan Sorga? Jawabannya adalah belum tentu, tidak semua orang yang menjadi suatu anggota gereja maka ia termasuk warga Kerajaan Sorga maka, 2) gereja yang tidak kelihatan, invisible church, yakni gereja yang terdiri dari umat Allah yang sejati. Sejak itu, Calvin pun mulai menekankan penginjilan di dalam gereja disamping pengajaran yang ketat dan benar. Apalah artinya semua pengajaran yang baik kalau semua itu tidak mengubahkan hidup mereka.
Jangan campuradukkan invisible church dan visible church. Dalam gereja yang kelihatan, kita harus memilah antara lalang dan gandum. Secara esensi, gereja adalah umat Allah sejati. Kekristenan menekankan gandum haruslah dipelihara sedemikian rupa supaya menghasilkan buah yang baik dan membatasi lalang dengan demikian tidak bertumbuh dan berkembang. Dari perumpamaan ini, Matthew Henry menyadari pada saat gereja itu tertidur maka itulah waktunya iblis datang menabur benih lalang di dalamnya. Lain halnya kalau gereja itu setia dan waspada maka masuknya dan pertumbuhan lalang dapat dihambat. Hati-hati, si jahat tidak akan pernah tinggal diam; sewaspada apapun kita dan berjaga-jaga, iblis yang licik akan berusaha dengan segala cara memasukkan benih lalang dan mencemari ladang milik si tuan. Karena itu, hendaklah kita sadar dan janganlah tertidur sehingga iblis dengan bebas menebar benih lalang ke dalamnya. Ini menjadi salah satu kegagalan gereja saat ini yang tidak menjaga ladang gandumnya dengan baik.
Di suatu daerah, seorang pendeta muda dipercayai menggembalakan sekelompok jemaat di sebuah gereja namun karena beberapa faktor tertentu, membuatnya tidak dapat menjaga ladangnya dengan baik akibatnya berbagai pengajaran mulai masuk. Sementara waktu, secara kuantitas jumlah jemaat menjadi bertambah namun tidak secara kerohanian, kekacauan dan perpecahan mulai terjadi di dalam gereja. Sesungguhnya, jumlah jemaat yang bertambah palsu, mereka tidak pernah berhenti menuding yang salah demikian juga dengan para rasul, banyak itu tidak lebih hanyalah lalang belaka. Ketika si tuan itu membawa benih baik yang murni maka sudah menjadi tugas penjaga ladang untuk menjaga agar ladang itu tidak terkontaminasi dengan demikian gandum itu dapat menghasilkan buah berlipat ganda. Adalah menjadi tugas si penjaga ladang menghambat pertumbuhan lalang dan menjaga ladangnya. Itulah sebab, gereja reformed sangat ketat menjaga mimbar, setiap pengkhotbah haruslah mempunyai pengertian theologi yang benar dan ia harus diuji terlebih dahulu dengan demikian pertumbuhan lalang dapat dihambat. Perhatikan, menjaga ladang itu bukan hanya tugas seorang pendeta tetapi setiap anak Tuhan dipanggil untuk senantiasa waspada dan tidak menjadi terlelap. Perhatikan yang membawa ajaran sesat ke dalam gereja justru dilakukan oleh para jemaat itu sendiri dan jemaat tidak cukup waspada bahkan jemaat tidak memahami mana yang salah dan mana yang benar. Karena itu, jemaat harus menuntut diri sendiri untuk belajar selain mendapat pengajaran dari mimbar dan para pengajar juga melalui buku-buku yang benar yang ajarannya dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga ia bertumbuh dalam iman dengan demikian jemaat juga turut serta menjaga supaya ladang ini tidak diacak-acak oleh iblis. Biarlah gereja Tuhan itu hanya menjadi tempat dimana benih yang baik ditaburkan dan bertumbuh dan berbuah lebat dan berlipat ganda.
Kedua, Sepintas memang lalang dan gandum ini sangat mirip namun perhatikan, sesungguhnya si penjaga ladang itu dapat membedakan antara lalang dan gandum. Ia seorang yang ahli yang dapat membedakan antara lalang dan gandum. Berbeda halnya dengan orang awam yang tidak biasa bekerja di ladang akan sukar untuk membedakan antara lalang dan gandum. Demikian pula halnya di dalam gereja, kalau kita tidak peka sukar bagi kita membedakan antara palsu dan asli. Sebagai contoh, apakah karena semua mobil itu beroda empat, mempunyai satu kemudi dan ciri-ciri lain yang sama maka kita langsung menyimpulkan kalau semua mobil itu sama? Sepintas memang kelihatan sama tetapi seorang yang ahli di bidang permobilan langsung dapat membedakan bahkan dapat menyebutkan perbedaan dengan detail berbagai jenis mobil. Ini urusan di dunia materi pertanyaan bagaimana dengan hal Kerajaan Sorga? Hal Kerajaan Sorga adalah hal yang peka karena di situ ada dua unsur yang sangat mirip, yaitu gandum dan lalang dan hanya seorang ahli yang dapat membedakan diantara keduanya.
Kekristenan dipanggil untuk mempunyai ketajaman membedakan yang palsu dan asli. Kekristenan dipanggil untuk menyatakan kebenaran di tengah dunia berdosa. Seorang Kristen yang melihat ketidakadilan atau ketidakbenaran di tengah dunia tetapi ia tidak berani menyatakannya, ia hanya diam tidak peduli maka ia telah berdosa terhadap Tuhan, yakni dosa akan ketidakpedulian, dosa akan ketidakpekaan akan kebenaran. Tuhan ingin kita mempunyai kepekaan sehingga kita dapat membedakan antara lalang dan gandum. Hendaklah kita mengevaluasi diri apakah kita termasuk dalam jenis gandum ataukah lalang? Kalau seseorang itu gandum asli, ia pasti berasal dari benih gandum yang baik - benih firman yang ditaburkan oleh Kristus. Anak Tuhan sejati yang berasal dari benih yang baik akan nampak dari responnya, seberapa jauhkah ia bereaksi terhadap firman, seberapa jauhkah ia hidup dan bertumbuh dalam kebenaran firman? Seorang yang berasal dari benih yang buruk, ia akan menolak firman, ia tidak akan sejalan dengan firman sebaliknya, ia lebih suka dengan segala sesuatu yang palsu.
Alkitab menegaskan barangsiapa mengasihi Kristus, ia memegang perintah-Nya dan melakukannya; barangsiapa percaya pada Kristus maka ia adalah murid-Ku. Seorang murid sejati adalah seorang yang setia pada Firman dan mengerti kebenaran; dan orang yang berada dalam kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan (Yoh. 8). Kalau seorang mengaku percaya kepada Kristus tetapi ia tidak hidup dalam firman, tidak mencintai firman, tidak setia dengan firman maka pertanyaan sesungguhnya, ia gandum atau lalangkah? Banyak orang yang beranggapan salah bahwa hanya dengan percaya Kristus maka manusia akan diselamatkan dan beroleh hidup kekal. Pernyataan itu tidak berhenti sampai di situ saja tetapi yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah percaya seperti apa? apakah hanya sekedar pernyataan kosong yang tidak ada makna? Ingat, meskipun kita telah menjadi Kristen dan ke gereja selama puluhan tahun namun kalau tidak ada perubahan dalam diri membuktikan kita bukan murid sejati; kita tidak lebih hanya lalang yang hanya memanipulasi firman demi memuaskan keinginan dan jiwa berdosa kita. Tuhan Yesus membukakan kebenaran kenapa orang tidak dapat mengerti firman karena sesungguhnya, mereka tidak lebih adalah anak iblis. Ironisnya dibukakan tentang hal ini tidak menjadikan mereka bertobat sebaliknya mereka melawan Tuhan Yesus bahkan mereka melempari Tuhan Yesus dengan batu dan bermaksud membunuh-Nya.
Adalah tugas setiap Kristen sejati menyatakan kebenaran di tengah dunia berdosa dan menyadarkan manusia akan dosa. Pada jaman Perjanjian Lama, para nabi dengan keras menyatakan mana sejati mana mereka dengan tegas menyatakan akan kesalahan. Hari ini, ketika orang dibukakan akan kebenaran orang tidak berterima kasih dan bertobat tetapi malah menuduh balik bahwa ia telah menghakimi. Perhatikan sikap si tuan pemilik ladang, ketika si penjaga ladang itu memberitahukan kepada tuannya tentang benih lain yang bercampur dengan gandum, si tuan tidak menyalahkan atau menuduh si penjaga ladang telah membuat tuduhan yang salah. Tidak! Perhatikan, ketika si penjaga meminta ijin supaya ia mencabut lalang ini, si tuan tidak mengijinkannya. Inilah yang dimaksud dengan menghakimi; ketika kita dapat memilah antara salah dan benar maka tindakan melakukan vonis bukan hak kita. Orang seringkali lebih ingin bertindak menurut keinginan kita. Si tuan tidak langsung mencabut lalang, disini kita melihat kesabaran anugerah Tuhan sekaligus spirit of the Kingdom. Cara kerja Tuhan berbeda dengan cara dunia.
Di dunia tidak mengenal toleransi, orang langsung menindak menurut caranya sendiri sebaliknya, Tuhan masih berbelas kasih, Tuhan masih panjang sabar memberikan kesempatan pada kita untuk bertobat. Karena itu, jangan sia-siakan anugerah Tuhan. Tuhan punya cara dan waktu tersendiri untuk menentukan vonis. Tuhan tidak membiarkan kita yang melakukan vonis karena alasan yang sangat signifikan, yakni ketika mencabut lalang, kemungkinan gandum ikut tercabut juga. Ketahuilah, Tuhan Yesus tahu kalau ia mempunyai bendahara yang tidak jujur meskipun para murid yang lain tidak tahu dan perlu diingat, bukan Tuhan yang memilih Yudas untuk jadi bendahara; Tuhan memilih dia menjadi murid. Dalam cinta kasih Tuhan, Dia berkali-kali memperingatkan Yudas melalui berbagai pengajaran bahkan di detik terakhir yakni pada perjamuan terakhir, Tuhan Yesus langsung menunjuk: dialah yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya, dia yang menyerahkan Aku namun toh peringatan keras itu tidak menjadikan Yudas bertobat. Yudas masuk dalam kebinasaan kekal.
Hendaklah kita belajar dari sejarah, kalau Tuhan berpanjang sabar pada bangsa Israel maka itu Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat namun mereka tidak sadar sampai akhirnya Tuhan murka dan menghukum mereka dalam kebinasaan. Ketika kita melihat cinta kasih Tuhan, seberapa jauhkah hal itu menyadarkan kita untuk bertobat?
Ketiga, Alkitab membukakan sekalipun banyak lalang yang tumbuh, hal itu bukan menjadi halangan gandum untuk bertumbuh. Kerajaan Sorga itu akan tetap bertumbuh namun pada titik terakhir pasti akan datang penghakiman Tuhan. Jangan pernah berpikir akan ada pengecualian buat anak Tuhan. Tidak! Tuhan menuntut kita untuk berbuah, tidak ada alasan yang membuat kita tidak berbuah. Banyak orang Kristen yang berdalih segala macam alasan karena ia tidak mau berbuah. Jangan pernah berpikir karena Tuhan cinta dan penuh anugerah maka lalang dapat masuk ke dalam lumbung Tuhan. Tidak! Ingat, lalang akan dibakar, pohon yang tidak menghasilkan buah harus dipotong. Allah sejati tidak berkompromi dengan dosa. Allah telah memilih dan menetapkan kita supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap.
Warga Kerajaan Sorga sejati adalah orang yang menghasilkan buah dan orang seperti inilah yang akan menjadikan Kerajaan Sorga ini besar seperti sebuah pohon sehingga burung dapat bernaung dalamnya. Orang yang mengaku Kristen tetapi ia tidak pernah berbuah, ia hanya menanti kebajikan dan belas kasihan Tuhan tanpa pernah berbuat apa-apa maka ia bukanlah anak Tuhan sejati; ia tidak lebih hanya lalang yang harus dibakar. Tidak ada kemungkinan lain selain dibuang. Alkitab berulang kali menegaskan kalau garam itu menjadi tawar maka ia akan diinjak dan dibuang; pohon anggur yang tidak berbuah harus dipotong, dibuang dan dibakar. Hal ini seharusnya menyadarkan manusia bahwa Kedaulatan Allah tidak dapat dipermainkan. Biarlah kita mengevaluasi diri sudahkah kita menghasilkan buah? Adalah tugas dan tanggung jawab setiap anak Tuhan untuk membesarkan seluruh pekerjaan Tuhan. Inilah inti dari perumpamaan lalang dan gandum yang Tuhan mau coba gambarkan melalui perumpamaan Kerajaan Sorga.
Dunia semakin hari semakin menuju pada kehancuran biarlah kita dipakai Tuhan dan berani menyatakan kesalahan dan membawa mereka pada kebenaran sejati. Tuhan panggil kita menjadi alat-Nya yang menerangi dunia yang gelap dan menjadi garam yang mengasinkan dunia yang hambar dengan demikian kita dapat menghasilkan buah dan buah kita lebat. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: