23 September 2008

Matius 11:5-6: KRISTUS SEBAGAI PUSAT HIDUP-5

Ringkasan Khotbah : 11 Juni 2006

Kristus sebagai Pusat Hidup (5)
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 11:5-6


Sebelumnya kita telah memahami lima tanda yang menunjukkan Kemesiasan Kristus. Hari ini kita akan merenungkan tanda yang terakhir, yaitu orang miskin mendapat kabar baik. Ironisnya, sampai hari ini, orang Yahudi masih menanti-nantikan kedatangan Mesias. Masa penantian ini disebut dengan advent. Tuhan menegaskan orang miskin mendapat kabar baik bukan orang miskin menjadi kaya. Hati-hati jangan masuk dalam jebakan iblis yang mengiming-imingi kekayaan duniawi namun berakhir dengan kebinasaan kekal. Manusia berdosa memanipulasi Firman demi keuntungan diri.
I. Konsep Miskin
1. Orang miskin secara konsep, orang ini selalu merasa kekurangan meskipun ia mempunyai harta melimpah, ia selalu merasa miskin. Amatlah kasihan hidup orang yang miskin konsep, sepanjang hidup menumpuk kekayaan tapi tidak dapat menikmati hasilnya. Gambaran ini cocok dengan Paman Gober yang super kaya tapi super miskin. Pertanyaannya adalah orang miskin model seperti ini lebih membutuhkan Injil atau uang?
2. Orang miskin yang tidak bisa makan. Golongan ini dibagi lagi menjadi dua, yakni: pertama, orang yang tidak mempunyai uang sehingga sulit baginya untuk makan; kedua, orang yang miskin motivasi, orang demikian ini selalu berpikir kalau kemiskinannya sebagai akibat dari korban lingkungan akibatnya ia tidak punya motivasi dan dorongan untuk menjalani hidup, ia akan malas untuk bekerja, ia hanya mau dikasihani orang lain. Orang miskin seperti ini tidak layak diberi uang seperti memasukkan air ke dalam laut dan bantuan itu justru menjadikannya semakin malas. Adalah natur manusia berdosa yang ingin hidup enak tanpa usaha dan perjuangan. Orang seharusnya berubah paradigma, kemiskinan tidak membuatnya kehilangan daya juang, kemiskinan seharusnya mendorong dia untuk hidup lebih baik. Kemiskinan bukanlah ikatan. Hari ini banyak orang sukses yang dulu miskin tapi karena perjuangan dan kegigihannya, ia berhasil lepas dari kemiskinan seperti pengalaman Yusuf Randi yang diceritakan kembali oleh pengkhotbah. Adalah tugas setiap murid Kristus untuk memberitakan Kebenaran sejati dengan demikian paradigma berpikir mereka yang salah diubahkan.
3. Orang miskin yang invalid, hal ini disebabkan karena keterbatasan yang ada pada dirinya, seperti cacat tubuh atau cacat mental dan ia tidak mempunyai sanak saudara. Kondisi mereka tidak memungkinkannya mempunyai kapabilitas untuk dia melewati batas garis kondisi kritisnya sehingga dia harus membutuhkan orang lain untuk menopang hidupnya. Orang semacam ini jumlahnya sangat sedikit dan biasanya mereka mempunyai daya juang; cacat tubuh bukan menjadi penghalang baginya untuk bekerja dan berkarya. Orang miskin yang invalid total seperti mereka inilah yang layak mendapat pertolongan. Secara materi, ia miskin namun sesungguhnya hidupnya kaya.
II. Gejala Orang Miskin
1. Serakah. Orang miskin seperti ini biasanya tidak mempunyai harga diri. Ketika ada peluang atau tawaran yang menggiurkan, ia selalu ingin menjadi yang pertama dan terdepan, ia tidak peduli dengan kondisi atau situasi orang yang ada di sekitarnya. Dimanapun ia berada, ia selalu merasa orang yang paling miskin. Perhatikan, miskin bukan tergantung dari berapa banyak uang yang ia punyai. Tidak! Tapi tergantung dari sikapnya. Betapa menyedihkan orang yang berjiwa miskin (petokhos, bahasa Yunani), seumur hidup selalu merasa kekurangan dan ketika ia melihat orang lain hidup nyaman, ia menjadi marah. Keserakahan adalah dosa yang mematikan.
2. Iri hati. Iri hati timbul ketika orang mulai membandingkan dengan orang lain dan biasanya dalam hal kepemilikan. Orang tidak suka melihat ada orang lain yang sukses dan hidup nyaman. Inilah kondisi dunia berdosa. Orang iri hati inilah yang dikatakan sebagai orang miskin. Iri hati itu bersifat destruktif atau perusak. Iri hati dapat menghancurkan diri sendiri dan orang lain. Jiwa petokhos ini merupakan akar dari kemiskinan. Pertanyaannya sekarang adalah ketika kita dapat melewati orang yang kepadanya kita merasa iri apakah hal itu menjadikan kita puas? Tidak! Hal itu justru membuatnya jatuh dalam dosa yang lain, yaitu sombong dan orang kehilangan motivasi untuk hidup.
3. Hidup boros. Kemiskinan yang paling mendasar adalah miskin dalam pengelolaan hidup. Orang tidak tahu bagaimana caranya mengatur hidup, mengelola seluruh daya yang ada pada dirinya, dan ia tidak bisa menjadi penatalayan yang baik, ia tidak dapat mengelola segala sesuatu yang Tuhan percayakan pada dirinya dengan baik. Ingat, jangan buang waktu dan tenagamu dengan percuma. Di masa muda ini kita harus pakai seluruh tenaga, waktu dan pemikiran kita untuk Tuhan. Usia sekolah dasar sampai sekolah menengah adalah usia yang paling tepat untuk mengisi otak kita segala macam pengetahuan sebanyak-banyaknya karena itu adalah waktu yang paling tepat. Setan yang mengetahui hal ini tidak tinggal diam, dengan licik, setan menggunakan berbagai model permainan seperti play station dan semacamnya. Orang tidak sadar kalau semua yang ada pada dirinya termasuk harta, tenaga dan kepandaian itu asalnya dari Tuhan dan kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Orang tidak memahami konsep ini, orang hanya tahu konsep kepemilikan, yakni segala sesuatu adalah milik pribadi yang dapat dipergunakan sesuai dengan keinginan diri. Orang seperti ini membutuhkan Injil.
III. Kebutuhan Orang Miskin
1. Orang miskin membutuhkan Injil. Dapatlah disimpulkan bahwa semua gejala tersebut di atas merupakan ciri: DOSA. Penyebab kemiskinan yang paling fatal adalah ketika manusia melepaskan diri dari sumber kehidupan yang utama, yaitu Tuhan. Kalau kita memampatkan sumber mata air maka kita tidak akan mendapatkan sumber air segar. Demikian juga kalau kita memutuskan hubungan dengan Tuhan yang menjadi sumber segala sumber, Dia adalah sumber kapasitas, sumber kepandaian, sumber konsep, Dia adalah sumber utama kehidupan akibatnya seluruh hidup kita akan hancur dan berakhir dengan kematian. Betapa miskin hidup manusia yang dilepaskan dari Tuhan karena itu orang miskin seperti demikian ini tidak membutuhkan uang tapi ia lebih membutuhkan berita Kabar Baik, yakni orang harus diperdamaikan dengan Tuhan sehingga sumber yang tadinya tertutup dibukakan kembali. Hidup kita akan penuh berlimpah karena perubahan konsep yang terjadi dalam pemikiran kita. Celakalah hidup manusia yang menolak sumber kehidupan sejati. Sudahkah kita memberitakan Kabar Baik pada mereka yang miskin sehingga mereka diselamatkan? Jadi, orang yang telah dipengaruhi dengan ajaran teologi sukses bukan diselesaikan dengan penyelesaian secara teologis tapi akar persoalan, yaitu dosa itulah yang harus diselesaikan. Artinya kepada orang-orang kaya yang miskin inilah kita harus memberitakan Kabar Baik. Perhatikan, Tuhan tidak pernah janji hidup anak-anak-Nya akan sukses dan kaya. Tidak! Tuhan menegaskan orang miskin mendapat Kabar Baik.
2. Orang miskin membutuhkan revitalisasi motivasi dan paradigma. Janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan akal budimu sehingga engkau dapat membedakan mana kehendak Allah apa yang baik dan yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm. 12:2). Perubahan seperti inilah yang harus diberitakan kepada mereka yang miskin dengan demikian mereka disadarkan dan mempunyai jiwa atau mentalitas yang diperkenan Tuhan. Berita kabar baik inilah dibutuhkan oleh orang miskin yang seringkali egois. Mereka perlu disadarkan bahwa diri mereka bukanlah titik acuan yang utama tapi kehendak Allah itulah yang seharusnya menjadi titik pusat hidup kita. Merupakan pendapat yang salah yang menyatakan bahwa melakukan kehendak Tuhan justru akan menjadikan hidup kita miskin. Tidak! Pengertian miskin disini bukan semata-mata soal materi tapi miskin itu hidup. Dunia menyadari kalau seorang yang mempunyai pemikiran idealis itu tidak miskin. Di dunia profesi, orang yang idealis tidak peduli meski ia tidak punya uang bahkan ketika ia dalam kesulitan ekonomi pun ia tidak akan minta pertolongan orang lain. Orang yang berpikiran idealis inilah yang disebut sebagai orang kaya meskipun di satu sisi, mereka tidak punya uang. Bahkan orang yang idealis rela lapar dan tidak mendapat uang demi mewujudkan semua pikiran idealis-nya. Orang idealis biasanya lebih mementingkan nilai daripada harta dan mempunyai daya juang dan semangat untuk menjalani hidup di dunia dibanding mereka yang miskin yang selalu menyalahkan lingkungan di sekitarnya. Namun semua pemikiran idealis ini menjadi sia-sia kalau tidak di dalam Tuhan karena semua hanya berhenti di wilayah ciptaan yang tidak bersifat kekal. Sungguh amatlah disayangkan orang idealis yang punya iman besar tapi mereka mempunyai obyek iman yang salah. Ingat, Tuhan memberikan pada setiap anak-anak-Nya talenta dengan jumlah yang berbeda-beda maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau bekerja meskipun pada kita hanya diberikan satu talenta. Adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan kalau orang justru menguburkan satu talenta karena ia merasa iri hati pada mereka yang mendapat lebih. Ingat, Tuhan menuntut pertanggung jawaban atas apa yang dia sudah berikan pada kita. Orang-orang seperti ini butuh rekonstruksi paradigma sehingga mereka mempunyai etos hidup yang diperbaharui. Hanya Kristus satu-satunya yang patut untuk kita jadikan teladan hidup sempurna karena Dia adalah kebenaran sejati. Karena itu hendaklah dalam hidupmu bersama engkau memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti yang dimiliki oleh Kristus.
3. Orang miskin harus melakukan aksi positif. Orang miskin tidak boleh berhenti pada tindakan yang berorientasi pada dirinya sendiri. Segala sesuatu yang berpusat pada diri malah akan mencelakakan dirinya. Karena itu, Firman Tuhan mengajarkan adalah lebih baik memberi daripada menerima. Namun manusia egois tidak mau memberi, ia hanya mau menerima karena ia selalu merasa diri kekurangan. Orang tidak menyadari pada saat memberi itulah kita tidak merasa miskin. Setelah diubahkan paradigmanya maka langkah selanjutnya harus nyata, yakni memberi. Sadarlah ketika kita memberi justru saat itu kita tidak merasa kekurangan. Hati-hati dengan ajaran iblis yang seringkali memutarbalikkan kebenaran: memberi menjadikan kita miskin. Salah! Orang yang selalu merasa kekurangan takut kalau sumbernya habis. Yang terjadi justu sebaliknya pada saat kita menerima itulah justru kita akan kehilangan. Orang yang beriman dan bersandar penuh pada Tuhan yang hidup, Tuhan yang adalah sumber segala kehidupan sangat menyadari bahwa ketika memberi justru hidup semakin berlimpah. Seperti sebuah sumur yang airnya terus memancar maka air itu tidak akan pernah habis meski selalu diambil sebaliknya air sumur justru akan menjadi kotor dan berbau kalau airnya didiamkan saja. Alkitab menegaskan justru saat memberi itulah kita adalah “orang kaya“. Pengertian kaya disini bukan kaya secara materi tapi kita kaya karena kita punya Tuhan sumber kehidupan. Pertanyaannya sekarang adalah sudahkan kita berjiwa kaya?
Jangan takut dan kuatir ketika hidup kita berpaut pada Tuhan yang adalah Sumber dari segala sumber kehidupan maka pada saat kita memberi, Tuhan tidak akan meninggalkan kita, Dia selalu memelihara hidup kita. Hal ini sudah terbukti, Tuhan mencukupkan kebutuhan seorang janda miskin dan anaknya ketika memberi roti pada Elisa, hamba-Nya. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis meski dipakai untuk memasak. Begitu juga ketika kita menerima Firman maka yang terbaik adalah kita membagikannya pada orang lain. Saat kita membagikan Firman maka pada saat yang sama, Firman itu akan melekat di pikiran dan hati kita. Seorang guru yang membagikan ilmunya tidak akan pernah kehabisan ilmu justru ilmu kita semakin bertambah. Tuhan adalah sumber ilmu pengetahuan, sumber berkat, sumber semua kehidupan maka apapun yang kita kerjakan dan kita upayakan demi untuk kemuliaan Tuhan, Dia akan tambah-tambahkan pada kita. Percayalah, Tuhan akan menolong dan mencukupkan ketika Dia memberikan tugas dan pekerjaan pada anak-anak-Nya. Justru sebaliknya, kita seringkali takut dalam melangkah karena kita selalu memperhitungkan untung dan rugi. Sesungguhnya kitalah yang memiskinkan diri sendiri, mematikan kapasitas diri sendiri. Miskin membutuhkan perubahan konsep paradigma, miskin membutuhkan kabar baik. Orang miskin tidak cukup kalau diberikan uang dan dijadikan kaya. Jikalau kita mengerti konsep ini maka hidup kita menjadi kaya dan diperkaya oleh dunia, Tuhan akan memakai kita menjadi berkat bagi dunia. Biarlah kita diubahkan cara berpikir kita, hendaklah kita mempunyai hati yang senantiasa ingin memberi daripada menerima, kita tidak mempunyai iri hati ketika melihat orang lain lebih sukses dengan demikian hidup kita menjadi lebih berdaya guna.
Sebagai penutup, teladan hidup yang ditunjukkan oleh Pdt. Stephen Tong sebagaimana dia mengikut teladan Kristus ini dapatlah kita jadikan teladan sempurna. Pdt. Stephen Tong dibesarkan oleh seorang janda yang sangat miskin namun meski miskin, ia masih mempunyai hati yang memberi, setiap minggu ibunya memberi segenggam beras dan gula kepada orang yang lebih miskin. Stephen Tong kecil melihat apa yang dilakukan oleh ibunya ini justru semakin memacu semangatnya untuk berjuang dan menjadi berkat bagi orang lain. Miskin materi bukanlah faktor utama yang menjadikan hidupnya tidak dapat berdaya guna. Tidak! Ada harta lain yang melimpah dalam dirinya yang tidak menjadikannya miskin, yakni Tuhan yang menjadikan hidupnya kaya dan semakin diperkaya dan menjadi berkat bagi dunia. Biarlah kita berubah dalam paradigma dengan demikian tidak berjiwa miskin tetapi sebaliknya kita berjiwa kaya karena kita mempunyai Tuhan adalah sumber segala kehidupan. Amin

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: